3

1.9K 119 10
                                    

*Happy Reading

Cessy POV

Aku sedang berjalan2 di sebuah taman, sekedar menyegarkan mata serta pikiran. Sekaligus mencari inspirasi baru untuk rancanganku berikutnya. Dari kejauhan aku melihat seseorang yang sepertinya sangat aku kenal sedang duduk sendiri di kursi taman menghadap ke danau buatan yang ada di tengah2 taman.

"Hallo Shinta.. Sedang apa? Sendirian aja?" tanyaku pada sosok yang tak sengaja kutemui. Kulihat sepertinya ia sedikit tersentak karna panggilanku tiba2. Pasti tadi ia sedang melamun. Mungkin sedang memikirkan sesuatu.

"Eh Cessy, hallo juga. Ah itu.. Sedang santai saja sih menikmati semilir angin disini. Iya seperti yang kamu lihat, aku sendirian," jawabnya seketika menoleh ke arahku, memberikan senyum tipis lalu kembali menatap ke danau.

"Lagi galau ya..? Kok tadi aku lihat kamu kayak lagi melamun gitu.. Maaf ya bukan maksud kepo. Hanya peduli aja, kalo emang lagi galau kamu bisa cerita sama aku. Aku siap dengerin kamu." kutatap wajahnya dari samping.

"Hmm bukan apa2 kok Ces.." jawabnya masih belum melepas arah pandangannya.

"Ya sudah kalo kamu belum mau cerita." kutatap matanya sekali lagi, masih dari samping, seperti ada butiran cairan bening yang siap jatuh dari sudut matanya.

Cukup lama keadaan hening. Ia tak bersuara. Akupun tak mau mengusik ketenangannya. Mungkin ia memang ingin sendiri. Kemudian kuputuskan saja meninggalkannya sendiri. Tapi belum sempat aku berjalan menjauh, ia menarik tanganku dan kembali menyuruhku duduk di sampingnya.

Sreett.. Dug!

"Maafkan aku, aku tak bermaksud mengabaikanmu. Aku hanya sedang bingung," ujarnya sambil menundukkan kepalanya, terlihat butiran bening tadi sudah jatuh mengaliri pipi mulusnya.

"Hei kenapa minta maaf, kamu ga salah. Mungkin aku yang justru mengganggumu. Maafkan aku ya.." kuraih dagunya agar menghadapku serta menyeka air matanya dengan lembut.

Bruukk...

Tanpa aba2 ia langsung memelukku. Sangat erat sampai aku merasa kesusahan untuk menghirup oksigen sebagai pasokan udara dalam paru2ku. Kurasakan bahunya bergetar sangat hebat, serta isakan tangisnya makin besar. Jujur aku bingung apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya tak ingin orang lain di sekitar taman ini mendengar tangisannya lalu menuduhku yang tidak2.

Cukup lama kami berada di posisi ini. Kuakui pelukan ini sangat nyaman. Senyaman suara dentuman jantungku yang membentuk pola menjadi irama merdu. Sepertinya ia belum mau melepasnya juga maka kueratkan kembali rengkuhanku pada tubuhnya berharap ia akan merasa tenang setelahnya.

15 menit berlalu, perlahan ia mulai meregangkan pelukannya, masih menunduk tapi cairan bening yang sempat mengalir tadi sudah hilang berganti dengan mata yang memerah.

Locked By You, Anin. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang