*Happy Reading
Cessy POV
Sudah beberapa bulan ini aku mengenal Shinta. Jujur aku nyaman jika sedang berada di dekatnya. Sama seperti pertama kali bertemu, aku merasa ada magnet dalam dirinya sehingga aku merasa ingin selalu di dekatnya. Beberapa kali juga kami tak sengaja bertemu atau sengaja janjian bertemu. Di setiap pertemuan selalu saja ada hal yang membuatku ingin terus tahu tentangnya. Hatiku menghangat jika sedang berada di pelukannya. Tak jarang jantung ini juga berdetak tak normal jika sedang bertatap mata dengannya. Sungguh nyaman. Siapa Shinta sebenarnya? Kenapa hatiku sangat menginginkannya?
"Huhh... Lelah juga jika setiap hari memikirkannya," rutukku dalam hati.
Aku sudah hampir menyelesaikan baju pesanannya dan tak sabar ingin melihatnya memakainya. Aku lantas menelponnya menyuruhnya ke butik untuk mencoba apakah masih ada kekurangan pada baju pesanannya. Tak berapa lama sosoknya tiba, aku langsung mengajaknya ke ruang ganti dan menyuruhnya mencoba bajunya. Ia juga menyuruhku mencoba baju yang akan dikenakan kk nya. Kami berdua siap, kemudian melihat pantulan diri melalui cermin full body yang ada di ruangan ini.
Deg!
Ketika pandangan mata kami bertemu melalui pantulan kaca di depan kami, aku seperti mengingat sesuatu. Baru saja aku akan berkata tiba2 saja pandanganku menjadi gelap. Aku pingsan, entah berapa lama.
Setelah siuman, aku melihat wajah khawatirnya dengan sangat jelas. Sampai tak sadar aku menyebut nama kekasihku karna melihat penampilannya yang masih mengenakan gaun pengantinnya. Ia benar2 khawatir, terbukti dari raut wajahnya dan nada bicaranya yang sedikit bergetar, ia juga sangat memaksa aku untuk diperiksa ke dokter. Tapi aku yakini dia bahwa aku baik2 saja. Sampai ia menangis dan mengatakan sesuatu yang sungguh tak kumengerti. Ia berkata sangat menyayangiku.
Yah, ku akui aku juga sayang padanya. Lalu bagaimana dengan perasaan cinta yang selama ini tak pernah berkurang? Apa maksudnya kata2 itu? Aku sungguh bingung dibuatnya. Sampai ia menarik tanganku mengajakku pergi entah kemana.
Tak berapa lama kami sampai. Ternyata ia mengajakku ke pantai. Tunggu, ini adalah pantai yang biasa ku datangi bersama kekasihku. Lalu apa maksudnya? Apa yang ingin ia sampaikan sebenarnya? Dengan sangat tenang ia bercerita tentang kenangannya akan tempat yang sekarang kami pijaki. Sesekali ia menghembuskan nafasnya kasar, seperti sedang menyimpan beban yang sangat berat. Ia terus saja bercerita panjang lebar sambil menunjukkan tempat2 di sekitar pantai, lagi2 aku sepertinya mengingat sesuatu setelah mendengar ceritanya.
"Tunggu, aku seperti...." tiba2 kepalaku terasa sakit kembali, aku memeganginya.
"Apa maksud ini semua? Kenapa semua cerita yang baru saja diceritakannya seperti deja vu bagiku. Aku seperti pernah mengalami itu semua tapi aku sama sekali tak bisa mengingatnya," racauku frustasi dalam hati.
Aarrgggghh....
"Cessy kamu kenapa? Mukamu pucat sekali. Ini minum dulu." ia menyodorkan air mineral ke arahku.
"Udah gpp kok. Aku tadi hanya.. Huh.." belum sempat kalimatku selesai ia lalu berkata,
"Sudah tak perlu dipikirkan, aku tak mau kamu nanti malah kenapa2," katanya sambil mengelus rambutku.
"Bukan begitu, aku hanya merasa seperti mengalami deja vu. Rasanya aku pernah mengalami semua kejadian yang kamu ceritakan tadi. Tapi sungguh aku tak ingat apa2. Aku bingung.." rutukku dengan sedikit air mata yang menetes di pipi.
"Tentu kamu pernah merasakannya. Karna kamulah orang yang ada dalam ceritaku itu, Cessy," ditariknya bahuku agar berhadapan dengannya lalu ia menatap mataku dalam dan aku menggelengkan kepalaku.
"Aku ga ngerti sama sekali. Maksud kamu apa Shinta?" aku mengerang frustasi sambil memegang tanganya.
"Baiklah kita ulang dari awal. Kenalin nama aku Shinta Rahayu Anindya." la menyodorkan tangan untuk berjabatan denganku.
"Aku sudah tahu, tak perlu kamu menyebutnya secara lengkap Shinta," tanpa ragu aku membalas jabatan tangannya.
"Bagaimana perasaanmu saat pertama kali mendengar namaku disebut saat pertemuan pertama kita?" dia mencoba mengajakku mengingat kejadian dimana pertama kali kami bertemu.
"Sejujurnya kepalaku terasa sakit. Tapi hatiku bergetar tak karuan, rasanya seperti sudah sangat lama mengenal kamu, seperti ada magnet dalam dirimu yang menarik paksa tubuhku. Tapi sungguh aku tak mengenal siapa dirimu," kataku begitu mengingat pertemuan pertama kami.
"Shinta adalah panggilan untuk orang awam. Artinya ketika aku berkenalan dengan seseorang yang baru mereka pasti akan memanggilku Shinta. Namun, tidak dengan orang2 terdekatku. Mereka akan memanggilku Anin. Panggilan saat aku masih kecil. Dan kamu kekasihku, yang juga lebih suka memanggilku dengan nama belakangku itu. Maka dari itu aku adalah Anin. Aku Anin-mu Cessy," jelasnya yang malah membuatku sedikit terkejut.
"A-anin? Maksud kamu, kamu adalah Anin kekasihku yang dulu pernah mengalami kecelakaan di jalan xxx karna sebuah truk?" cengoku memastikan.
"Benar. Aku adalah Anin kekasihmu yang dengan sengaja meninggalkanmu dalam keadaan sakit parah. Maafkan aku.." katanya sambil menggenggam jemariku.
"Maafkan aku, tapi sungguh aku tidak mengerti dengan semua ini. Maaf aku harus pergi," kulepaskan genggaman jarinya lalu melangkah pergi meninggalkannya dengan air mata yang membasahi kedua pipi mulusnya.
*tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Locked By You, Anin.
RomanceSeberat apapun keadaan yang menimpamu, jika takdir sudah berkata maka tak ada yang bisa kau lakukan selain menerimanya. Dan aku akan menerimamu, karna kamulah takdirku, Anin. Cerita ketiga... Semoga suka...