Episode 13

111 5 0
                                    

Do Kyung menelp Dokternya yang sudah dianggap sebagai kakak sambil menyetir mobil.
“Hyung, Aku tidak perduli kalau aku mati. Tapi aku tidak akan mati dalam penyesalan. Aku tidak akan mati dalam penyesalan. Aku akan ikuti kata hatiku dan melakukannya sampai akhir.” Ucap Do Kyung lalu mengemudikan mobilnya dengan menyalip-nyalip mobilnya didepanya.
Ia juga berusaha menelp Hae Young dengan nama “Tetangga sebelah” tapi ponsel Hae Young masih saja tak aktif. Hae Young sedang ada dikamarnya membereskan barang pemberian Do Kyung dalam sebuah tada dan ditarush pada kotak yang tak ingin dilihatnya lagi.
[Episode 13 - Hati Yang Aku Pahami]
Ibu Hae Young menyapa Hee Ran didepan rumah dengan menatapnya dari bawah ke atas karena penampilanya begitu modis. Hee Ran khawatir karena  Hae Young tidak mengangkat ponselnya.
Ibu Hae Young memberitahu anaknya sedang ada dikamar, lalu menyuruhnya untuk masuk saja. Hae Young tiba-tiba sudah keluar rumah mengajak Hee Ran untuk segera pergi.
“Seolah kau tahu aku akan datang, Sudah siap pergi.” Kata Hee Ran,
“Kau harusnya berpakaian bagus sebelum keluar.” Komentar ibunya melihat penampilan anaknya yang berbeda antara anaknya dan Hee Ran berbeda sangat jauh.
Hee Ran pun pamit pergi pada Ibu Hae Young, Ibu Hae Young pun menyuruh mereka pergi yang jauh seperti ke pantai atau sejenisnya. Hee Ran mengoda ibu Hae Young kalau mereka mungkin tidak akan pulang. Ibu Hae Young hanya bisa diam saja melihat penampilan anaknya dari belakang dan Hee Ran sangat berbeda.
Dalam mobil, Hae Young hanya diam saja menatap keluar jendela. Hee Ran pikir kalau memang Hae Young tidak mau bicara lebih baik
tidak usah, tapi ia akan memasang lagu untuk temanya.
“Aku tahu air mataku akan sulit kau lihat. Maafkan aku. Hanya itu yang bisa kulakukan ...”
Hae Young membuka jendela mobilnya dengan menopang kepalanya, Hee Ran merasa timingnya pas sekali menurutnya Liriknya persis dengan perasaan Hae Young saat ini lalu membeserkan volume radionya.
“Aku yang cinta padamu dan kehilangan pikiranku. Aku yang memimpikan dirimu.
merindukan dirimu yang menatapku sekali lagi.
Masih banyak kenangan dalam ingatanku Aku harap suatu hari angin membawa kabarku kepadamu. Kuingin suatu hari kau tahu hatiku yang berjingkat di dekatmu. semua harapan ini dan cinta bodoh ini dapat menyakitimu.”
Hae Young mendengarkan lagunya mengingat saat naik mobil dengan Do Kyung dan terlihat bahagia. Lalu mereka bertengkar di jalan menuju rumah, tapi saat itu juga Do Kyung menciumnya untuk pertama kalinya. Setelah mengetahui semua kebenaranya, Do Kyung memeluknya membiarkan hubungan mereka putus dan Ia menelp Do Kyung dengan menangis. Seblum itu padahal mereka tertawa bahagia berjalan dipantai karena sudah mengakui perasaan masing-masing.
Keduanya berjalan di taman, Hae Young mengira saat berusia 30 tahun hidupnya akan hebat dan
akan tinggal di apartemen, naik mobil sendiri,
Jalan-jalan keluar negeri sekali dua kali setahun, tapi entah kenapa hidupnya seperti ini di usia 30 tahun
“Kau mengira akan punya penghasilan besar.
Mungkin kau kira punya penghasilan besar itu mudah.” Komentar Hee Ran
“Aku kira akan punya percintaan yang hebat. Tapi aku masih tersandung pada cinta seperti orang bodoh.” Keluh Hae Young
“Meskipun begitu, aku ... merasa iri pada orang yang tersandung oleh cinta, Karena aku tidak pernah mengalaminya. Apa Kau akan mengakhirinya ?” tanya Hee Ran
“Yah... Aku diputuskan.” Ucap Hae Young dengan tersenyum
“Menurutku kau tidak diputuskan. Lagipula memang akan sulit menyelesaikan ini dengannya.
Park Do Kyung mengakhiri semuanya dengan baik denganmu. Dia ingin hanya dirinya saja yang jadi orang jahat dan tidak menjadikanmu wanita jahat. “ komentar Hee Ran
“Heii..... Itu artinya dia tidak cukup cinta padaku.” Balas Hae Young
“Hei.... Itu ... bukan karena dia tidak cinta padamu. Tapi dia tidak tahu bagaimana caranya mencintai. Laki-laki, tidak mengerti rasa sakit yang dirasakan wanita” ucap Hee Ran
“Coba Lihat saja Tae Jin, Dia mengira kau akan menunggunya, maka dia mencampakkanmu, dan berkata buruk agar tidak membebanimu. Laki-laki tidak paham yang mana yang lebih menyakitkan bagi perempuan, menunggunya yang pergi karena bangkrut atau hidup selamanya karena sakit hati setelah mendengar omongan buruk kekasihnya yang mana yang paling menyakitkan bagi perempuan, laki-laki tidak mengerti. Bagi perempuan, mereka selalu siap bertarung sampai akhir. Benarkan?” ucap Hee Ran
Hae Young tersenyum, lalu berteriak bertanya kapan dirinya bisa lebih dulu memutuskan seseorang. Hee Ran pikir lakukan saja kali ini, dengan menegaskan mulai sekarang Hae Young
harus lebih dulu memutuskan hubungan. Hae Young setuju, menegaskan Mulai sekarang akan lebih dulu mencampakkan lelaki yang
dikencaninya. Hee Ran akan terus mengikutinya dan meminta temanya untuk memutuskan duluan.
“Aku akan mengatakan padamu " Oh Hae Young, ini kesempatan sekali seumur hidup ! Cepat putuskan. Cepat !"” kata Hee Ran bahagia
“Jadi Putuskan saja ? Aku akan putuskan lebih dulu ?” ucap Hae Youn tertawa
“Tentu saja! Lakukan. “ kata Hee Ran mendukung penuh.
Tiba-tiba angin meniupkan topi Hee Ran lalu jatuh dibawah pancuran air dari bawah, Hee Ran panik karena topinya itu harganya mahal. Hae Young langsung berlari mengambil topi untuk temanya, saat itu air pancuran air dari bawah keluar membasahi semua tubuhnya. Hee Ran menjerit panik, akhirnya ikut basah-basahan dibawah air mancur bersama temanya.
Hae Young bersin-bersin dikamarnya, Ibunya membawa nampan dengan obat memarahi anaknya kalau memang bajunya basah, harusnya langsung beli baju baru ganti pakaian dalam, menurutnya harganya tak mahal. Tapi anaknya malah kesana kemari dengan baju basah.
“Aku lihat sudah lama kau tidak basah kuyup begini.” Ucap ibunya mengomel, Hae Young hanya tersenyum sambil meminum teh yang dibuatnya.
“Ibu dan ayah akan pindah, jadi kau ikutlah dengan kami. Kau kan bilang, ingin pindah ke kota kecil. Kita ke Chung Joo saja dan tinggal dengan nenek.” Ucap ibu Hae Young sambil melipat baju anaknya.
“Aku harus kerja besok.” Ucap Hae Young
“Tidak perlu keras kepala, lebiha baik kau mengundurkan diri saja. Setelah kau keluar, ikut dengan ayah dan ibu ke Chung Joo.” Kata Ibu Hae Young
“Kalau melarikan diri lebih memalukan. Aku ingin bangkit kembali dan tetap tinggal disini. Putri ibu
ini anak yang kuat. Aku tidak akan runtuh karena hal seperti ini. Aku ini wanita yang bertahan setelah dicampakkan sehari sebelum menikah. “ kata Hae Young merasa bangga
Ibunya menyuruh Hae Young tak membicarakan masalah itu lagi, Hae Young menceritakan jika ibunya mencari secara online dengan mengetik suara Oh Hae Young maka langsung ketemu.
Ibunya kesal menurutnya itu Kehormatan besar buat keluarga Hae young saja. Terdengar bunyi bel dalam rumahnya.
Ayah Hae Young menatap intercom, Istrinya keluar dari kamar dan Ayah Hae Young langsung menutupi layar intercom dengan tubuhnya lalu berjalan keluar. Istrinya bertanya siapa yang datang. Ayah Hae Young tak menjawab memilih untuk keluar rumah. Ibu Hae Young melihat dilayar ternyata Do Kyung yang datang kerumah mereka.
“Kau, besok aku akan suruh Hae Young menelponmu. Sekarang Pergi saja, ayo cepat pergi !” ucap Ayah Hae Young panik berbicara dengan Do Kyung didepan rumah.
Ibu Hae Young keluar dari rumah, Tuan Oh langsung menarik Do Kyung untuk segera berlari kabur. Ibu Hae Young berlari ke sisi jalan ke sebelah kanan, Tuan Oh mengintip istrinya dengan Do Kyung dibalik dinding. Mereka berdua pun kembali berjalan ke depan rumah, saat itu Ibu Hae Young tiba-tiba sudah ada didepan mereka. Do Kyung sempat memberikan hormat tapi tanganya kembali ditarik untuk berlari kabur.
Keduanya pun kembali bersembunyi disebuah gang dan meliha ibu Hae Young berlari lurus. Saat itu Ibu Hae Young datang kembali, Ayah dan Do Kyung pun tak bisa kabur lagi. Do Kyung pun dengan sopan membungkuk pada ibu Hae Young.
“Tangan siapa yang sedang kau pegang ?” sindir ibu Hae Young melihat suaminya yang memegang tangan Do Kyung, Tuan Oh langsung melepaskanya.
“Aku mohon.... jangan buka bajumu.” Kata Tuan Oh khawatir kalau istrinya marah membuka baju di depan orang.
“Tidak akan... Aku hanya begitu kalau aku punya perasaan suka pada orang itu.” Ucap Ibu Hae Young, Do Kyung hanya bisa mengucapkan permintaan maafnya.
“Aku kira mata orang tidak akan berbohong. Tapi ternyata aku tertipu oleh matamu. Orang memang tidak bisa dinilai dari wajahnya. Seorang anak perempuan yang mengejar lelaki yang sudah merusak hidupnya, tanpa diketahuinya. Ibu yang sudah menaruh daging di nasi orang itu. Jadi Ibu dan anak sama bodohnya.” Kata Ibu Hae Young menyindir.
“Aku minta maafkan” ucap Hae Young dengan wajah tertunduk. Ayah Hae Young pun memilih untuk pergi meningalkan keduanya.
Ibu Hae Young rasa harus tetap diam meskipun tahu dimana Do Kyung tinggal. Menurutnya tidak perlu mengumpat pada orang yang ingin memutuskan hubungan sepenuhnya dengan Do Kyung. Makanya ia tidak datang menemuiny, tapi ia harus tetap mengatakanya sekarang pada Do Kyung.
“Tidak ada yang cuma-cuma di dunia ini. Kalau kau membuat orang lain menderita, maka suatu hari kau akan dapat balasannya. Kau sudah merusak hidup pasangan yang punya masa depan cerah. Kau sudah menghancurkan hati putriku yang berharga. Kau akan dihukum atas semua perbuatan salahmu. Terima semua dan
Kau harus menerima semuanya. Putriku sudah seperti di neraka karena perbuatanmu.” Ucap Ibu Hae Young
“Maafkan aku.” Kata Do Kyung yang tak bisa berkata apa-apa lagi selain itu.
Hae Young sedang bersin-bersin dikamarnya, Tuan Oh masuk kamarnya memberitahu kalau dia ada disini, Hae Young binggung siapa yang dimaksud ayahnya.
Do Kyung tertunduk, Ibu Hae Young meminta maaf menurutnya tak ada gunanya mengutuk hidup orang, lalu berteriak ke langit kalau ia ingin membatalkan perkataannya, menurutnya cukup memukulnya sekali saja. Hae Young datang meminta ibunya untuk masuk ke rumah.
“Mulai sekarang, kalau bertemu orang turunkan pandangan matamu. Mata besarmu yang menyedihkan itu ... padahal Aku tadinya ingin memaki-maki dirimu ...” kata Ibu Hae Young sinis, Hae Young meminta ibunya masuk saja.
“Ayo masuk.... Kenapa kau terus-terusan menyalahkan matanya ?” kata Tuan Oh lalu menarik tangan istrinya untuk segera masuk.
Do Kyung menatap Hae Young, lalu mendekat ingin memegang tanganya, tapi Hae Young berjalan mundur. Hae Young bertanya tanpa menatapnya,alasan Do Kyung datang kerumahnya. Do Kyung mengatakan merindukanya.
“Maaf ... Karena sudah datang terlambat.” Kata Do Kyung
“Astaga.. Kau membuatku bertanya-tanya pria macam apa kau ini. Kau bahkan tidak bergeming ketika aku memohon padamu waktu itu. Tapi karena kau sudah merasa agak baikan, lalu kau datang menemuiku lagi.” Ucap Hae Young mengejek, Do Kyung kembali mengucapkan permintaan maafnya.
“Kita ini memang tidak jodoh.... Timing kita sangat keluar garis. Semuanya sudah berakhir sekarang, jadi jangan datang ke sini lagi Aku sudah terima uang jaminannya dan aku tak mau berkata apa pun pada tuan pemilik rumah itu.
Jadi kau bayar saja sewanya tepat waktu. Jangan sampai dia meneleponku.”tegas Hae Young berjalan pergi.
“Aku yang salah.... Aku benar-benar salah. Aku takkan pernah lagi bertindak seperti pecundang di depanmu. Aku takkan pernah lagi begitu. Apa pun yang terjadi, maka aku takkan pernah melepaskanmu..” tegas Do Kyung menyakinkan. Hae Young pun kembali membalikan badanya.
“Aku juga takkan pernah bimbang dalam keputusanku ini Aku sudah memutuskan
merelakanmu dan sudah melepaskanmu pergi.” Balas Hae Young
Do Kyung tahu Hae Young itu marah padanya sambil mendekat ingin memegang tanganya, Hae Young menghempaskanya, menurutnya dalam pikiran Do Kyung sekarang dirinya sedang jual mahal. Ia menjelaskan kalau Ketika menyukai seseorang, maka tidak main-main atau mungkin Do Kyung mengira dirinya gampangan sekali sampai akan tertipu lagi setiap kali mengejarnya.
“Kau tahu bukan itu maksudku. Kau tahu aku juga sudah enggan membuatmu pergi padahal aku menyukaimu.” Ucap Do Kyung membela diri
“Tidak perlu lagi kau bersikap begitu. Aku takkan pernah kembali ke pelukankanmu, Jika kita tak sengaja bertemu di jalan maka kita tidak usah saling menyapa. Daripada berpura-pura bersikap biasa saja dan pura-pura bahagia, karena Aku tidak pandai hal begituan.” Kata Hae Young memegang hidungnya.
Ia memberitahu kalau hidunga itu bukan karena air mata, tapi karena sedang terkena flu. Do Kyung hanya menatapnya, Hae Young menegaskan dirinya tak sedih tapi memang
sedang demam jadi meminta Do Kyung untuk tak salah paham. Do Kyung ingin menghentikan Hae Young, tapi Hae Young kembali berhenti dan menengok pad Do Kyung.
“Aku berterima kasih, Karena kau membiarkanku
dengan mencampakkanmu untuk mengakhiri ini semua.” Ucap Hae Young lalu meninggalkan Do Kyung. Sementara Do Kyung hanya bisa menatap Hae Young yang pergi kembali ke rumah.
Malam hari
Do Kyung berdiri menatap rumah Hae Young dari depan gerbang. Hae Young tiba-tiba keluar rumahnya dengan membawa tas yang berisi barang-barang Do Kyung yang pernah diberikanya.
“Aku tidak membutuhkan lampu ini lagi.” Ucap Hae Young lalu menaruhnya di aspal karena Do Kyung tak mau menerimanya.
Ia lalu masuk ke dalam rumah, Do Kyung hanya diam melirik isi dari tasnya itu adalah musik box dan juga lampu yang diberikanya.
Do Kyung kembali melihat lagi ibunya yang datang keruanganya mengajaknya untuk pergi dan memohon ampun pada Ketua Jang, karena tahu pasti calon suaminya itu akan melakukan apa pun, jadi lebih baik datang ke rumahnya untuk memohon ampun.
“Do Kyung... Biarlah kita memohon padanya.” Ucap Ibunya memohon, Do Kyung hanya bisa memejamkan matanya.
“Ini semua akan terjadi...”
Do Kyung kembali melihat Tae Jin yang berbicara padanya,
“Ini membutuhkan waktu yang lama, tapi pada akhirnya kita kembali pada orang yang tepat.”ucap Tae Jin merasa menang dari Do Kyung karena Hae Young kembali padanya.
“ sama dengan semua yang telah kulihat”
Do Kyung sudah ada di dokter, membahas tentang seperti yang dikatakan dokternya semua yang kulihat adalah kenangannya sebelum mati, yaitu sebuah Moment penyesalan.
“Penglihatan yang tak dapat diubah dan tak ada gunanya dilihat. Aku ingin tahu kenapa aku melihat itu semua.” Ucap Do Kyung, Dokter berbicara sambil membaca bukunya, "Kita semua melihat kembali hidup kita yang sudah berakhir."
“Tiap kali aku merasa sudah membuang tenagaku sia-sia, aku mengatakan kutipan ini pada diriku.
"Kita semua melihat kembali hidup kita yang sudah berakhir." Bagaimana seandainya hidup kita akan berakhir berdasarkan skenario yang sudah selesai ditulis dan masa kini hanyalah kenangan dari jiwa kita ?” ucap Dokter berdiri dari tempat duduknya.
“Kau akan merasa sia-sia, 'kan? Dan hidup hanya sesuka hatimu ‘kan? Tapi ini justru sebaliknya.
Jika kau sungguh menerima ini semua, maka kau merasa nyaman. Kau perlahan-lahan mulai
melihat ke dalam hatimu. Dalam situasi ini... apa yang paling diinginkan oleh hatimu?” jelas Dokter.
“Hidup adalah sebuah skenario yang menceritakan isi hatimu. Jangan terlalu berusaha
mengubah situasinya. Dari waktu ke waktu, perlahan-lahan dengan tenang, lebih baik
bersantailah dan lihatlah apa yang kau ingin inginkan di dalam hatimu” kata Dokter duduk, Do Kyung hanya diam saja mendengarnya.
Do Kyung berjalan di trotoar
“Aku tidak pernah mengungkapkan perasaanku dengan mudah. Agar tidak terluka... aku selalu menyembunyikan perasaanku. Tak seperti kebanyakan orang lain yang mengungkapkanya, tapi aku sangat menyembunyikannya. Patokanku selalu berdasarkan reaksi orang lain.” lalu ia berhenti melangkah.
Flash Back
Do Kyung masih duduk disofa depan dokter, memberitahu pada dokter tidak pernah mengeluarkan keinginan hatinya tidak sekali pun. Lalu mengingat kata-kata ayahnya “ Setelah kau menyadari bahwa semua hal bersifat sementara maka kau tidak membuang energimu untuk hal yang tak berguna.”
“Saat ini Aku tidak takut mati sama sekali. Aku tidak cukup mencintai orang yang seharusnya bisa kucintai. Aku seharusnya bisa lebih mencintainya seperti yang kuinginkan, tapi tidak kulakukan. Pada Kenyataannya bahwa ada wanita
yang menderita... karena keraguanku... Itulah yang paling membuatku tidak nyaman.” Ucap Do Kyung pada dokter
Do Kyung berdiri ditempat jalan saat melihat Hae Young yang berjalan dengan gipsnya.
Hae Young masuk ke dalam lobby kantor dengan sebuket bunga menyapa semua orang dengan wajah sumringah, semua teman satu timnya melonggo melihat Hae Young yang datang ke kantor. Lalu Hae Young masuk lift lebih dulu sambil menyapa semua yang sudah lama tak bertemu, semua timnya masih diam melonggo melihat Hae Young yang kembali berkerja.
Akhirnya Hae Young bertanya apakah mereka tak akan naik, semua pun tersadar lalu masuk ke dalam lift. Semua mencoba saling mencolek agar mencaritahu tentang Hae Young yang kembali masuk kerja setelah kejadian yang memalukan.
“Aku ingin ambil cuti lagi... tapi aku sudah banyak
absen tahun ini. Wajahku sangat berbeda, 'kan?
Beratku turun dua kilogram dan Pinggangku juga jadi lebih ramping. Aku harusnya membuat masalah lagi biar beratku turun dua kilogram lagi!” ucap Hae Young bahagia.
Semua mengangguk mengerti, tapi beberapa temanya masih khawatir melihat Hae Young yang tersenyum tapi hatinya sakit. Hae Young menyakinkan kalau dirinya itu baik-baik saja jadi mereka bicara dengan santai, Sung Jin pun memastikanya, lalu Hae Young menegaskan dirinya baik-baik saja.
Pria berdiri disampinganya bertanya bunga yang dipegang Hae Young, Hae Young mengatakan sengaja membelinya, agar tak terlihat menyedihan dan bisa membuatnya lebih gembira. Semua terlihat kasihan, Hae Young kembali menegaskan kalau ia baik-baik saja dan menyuruh tertawa saja sepuasnya. Semua tertawa walaupun terdengar terpaksa untuk menghibur Hae Young.
Hae Young menemui Soo Kyung diruanganya, Soo Kyung mengaku tidak tahu, ternyata adiknya
yang menghancurkan pernikahan Hae Young, lalu meminta maaf. Hae Young menyadari Semua orang bilang mengatakan maaf padanya.
“Ini pertama kalinya aku mendengar ungkapan itu sangat sering sekali. Tapi aku tidak merasa senang, Rasanya seperti aku seorang pecundang.” Ucap Hae Young
“Maaf... Maafkan aku.” Ucap Soo Kyung, Hae Young merasa benar-benar tak menyukainya.
“Sudahlah, lupakan... Aku tidak merasa bersalah dan tak ingin minta maaf Do Kyung sudah banyak menderita” kata Soo Kyung berdiri dari tempat duduknya.
“Suruh dia jangan menderita lagi, Semuanya sudah berakhir sekarang. Yah.. Aku seharusnya tak perlu menyuruhnya begitu, jadi tidak usah dipikirkan. Aku baik-baik saja. Mulai sekarang, aku akan hidup sepertimu. Menurut prinsipmu
"Aku tidak membutuhkan seorang pria. Siapa yang peduli dengan cinta?" Aku akan hidup seperti itu. Seperti orang keren, glamor, dan mandiri.” Kata Hae Young bangga
Tapi ia melihat ada yang terjadi saat mengambil waktu cuti, karena melihat pertama kalinya Soo Kyung tak pakai sepatu heels. Soo Kyung melongo lalu beralasan kalau kakinya bengkak sambil melemaskan otot kakinya dengan mengoyangkanya. Hae Young melihat Soo Kyung yang memaka tahi lalat dimulutnya.
Soo Kyung binggung memegang wajahnya, Hae Young pun menunjuk tahi lalat dimulut atasannya, tapi ternyata langsung lepas dan bekas makanan. Ia heran karena Soo Kyung tak pernah makan
yang manis. Soo Kyung beralasan tingkat gula darahnya agak rendah.
Si cantik Hae Young dan Hae Young bertemu dengan berdiri menatap jendela. Si cantik Hae Young meminta maaf, Hae Young pikir tak perlu, menurutnya sekarang semuanya sudah
terungkap, dirinya sekarang merasa lega, seperti
sedang telanjang pergi kelililing dunia, jadi Tak ada yang perlu disembunyikan atau
dikhawatirkan.
“Aku hanyalah... wanita yang seperti ini. Aku ingin mengundurkan diri... tapi kalau aku berhenti sekarang, nanti aku merasa takkan pernah bisa kembali. Kau si cantik Oh Hae Young Dan aku si biasa Oh Hae Young. Aku akan tetap merasa
seperti itu selamanya.” Kata Hae Young yang membuat si cantik Hae Young menatapnya.
“Waktu aku dibandingkan denganmu saat kita SMA... kupikir aku punya persepsi bahwa akulah seorang pecundang. Begitulah perasaanku sekarang ini. Entah itu saat di tempat kerja atau dimana pun. Berada di sampingmu... melihatmu sekarang ini... aku ingin mengatasi rasa gundahku.” Akui Hae Young
“Kau masih sama.... Kau selalu bisa mengatasi hal dengan mudah dan kembali menjalani hidupmu.” Kometar Si cantik Hae Young
Hae young merasa tak yakin, Si cantik Hae Young ingat temanya itu waktu SMA, bisa menangis seperti bayi tapi setelah itu akan tersenyum seolah tak ada yang terjad, bahkan bisa membuatnya merasa canggung karena sudah khawatir pada Hae Young, lalu menawarkan diri kembali untuk minum denganya. Hae Young pikir
Lain kali saja mereka bisa minum bersama. Si cantik Hae Young menagih kapan mereka bisa minum bersama, Hae Young mengatakan suatu hari nanti lalu pamit pergi.
“Park Do Kyung dan aku sudah berakhir. Kau bisa temui dia sekarang. Semoga berhasil” kata Hae Young sebelum meninggalkan temanya. Si Cantik Hae Young melotot kaget lalu melihat temanya yang berjalan meninggalkanya.
Hae Young memotong sayuran, mulai kubis merah, timun, tomat ceri. Lalu mencampurnya pada mangkuk dan membuang bekas sampahnya pada tempat cuci piring seperti alat dirumahnya bisa membuat sesuatu yang berguna. Setelah semua selesai, Hae Young memakan saladnya sendirian.
“Oppa dan Hae Young.... Mereka tidak putus
karena saling menbenci atau karena mereka tidak saling menyukai. Mereka putus meskipun mereka masih saling mencintai. Itulah yang membuatku sedih. Aku bahkan bukan lagi kekasih yang
menyakitkan bagi Do Kyung Jika kita tidak bisa jatuh cinta lagi... Aku ingin setidaknya tetap dikenang sebagai kenangan cinta yang paling menyakitkan bagi dia.” Gumam Hae Young dengan berkaca-kaca
Park Hoon berbaring di pakuan pacarnya, Anna dengan telaten membersihkan kuping pacarnya, setelah selesai. Park Hoon merengek ingin Anna melakukan lagi. Beberapa saat kemudian, Anna sibuk didapur memasak nasi goreng kimchi. Park Hoon pun tertidur lelap, tapi dibangunkan oleh telpnya yang berdering.
Dengan mata tertutup mengangat telpnya, lalu matanya langsung terbuka dan duduk, memberitahu kalau sedang dirumah. Anna melihat dari dapur, Park Hoon tiba-tiba berdiri dan mengatakan akan segera kesana. Anna bertanya siapa yang menelpnya. Park Hoon memberitahu PD Kim, Anna melotot panik berpikir ada yang salah dengan rekamannya.
“Tidak. Tidak.... Dia ingin melihat skenarioku. Ini
Aneh, kalau dia setuju, skenarioku bisa dibuat jadi film!” ucap Park Hoon gemetaran lalu berteriak tak percaya dan langsung pergi. Anna berteriak memanggilnya karena pacaranya tak makan nasi goreng buatanya.
Hee Ran bertemu di cafe dengan baju yang belahan rendah, Park Hoon melihat kulit Hee Ran yang mulut sambil meminum lemon teanya. Hee Ran mulai berbicara kalau sudah membacanya. Park Hoon pun tersadar dari lamunanya dan mencoba tertunduk.
“Karakternya bagus. Kita lakukan sedikit penyesuaian pada skenarionya, lalu kita tawarkan pada para pemainnya. Setelah kita dapat aktor yang bagus, sponsor secara alami akan berinvestasi pada proyek ini. Pertama... ...aku harus memberikan ini untuk Jung Min.” Ucap Hee Ran, Park Hoon melonggo kaget
“Tidak. Mungkin aktor tampan akan lebih cocok dengan karakter ini. Pria tampan, yang memainkan peran pecundang, memang itulah
actor yang harus memainkan. Ah... Aku harus menunjukkan ini ke Jung Jae dulu.” Kata Hee Ran bersemangat, Park Hoon makin melonggo dan senyum-senyum sendiri.
Hee Ran melihat kembali lembaran skenario, dengan sedikit menunduk menurutnya ada bagian adegan yang kurang sesuai. Park Hoon melihat belahan dada Hee Ran yang terlihat, Hee Ran pikir ada yang hilang dalam adegan laga ini, menurutnya Adegan ini harus bagus supaya
aktor menyukai naskahnya. Park Hoon dengan gugup setuju, merasakan sepertinya ada bagian yang sedikit kurang. Hee Ran menopang dagunya dengan gaya mengoda, kalau memang tidak sesuai.
Park Hoon mengerti dan akan berusaha mengoreksinya, jadi meminta waktu satu hari, lalu mengubah dua hari sampai tiga hari. Hee Ran memperlihatkan wajah imutnya, Park Hoon seperti mengerti akan memperbaikinya selama dua hari.
Dua bibi penjaga melihat Soo Kyung turun dari bus, tapi berjalan begitu saja. Si bibi satunya berbisik tak percaya melihat Soo Kyung yang tak pulang dalam keadaan mabuk kali ini. Si bibi lain juga melihat Soo Kyung mengunakan sepatu flat. Soo Kyung berhenti berjalan melihat si bibi, dua bibi langsung memalingkan wajah berpura-pura tak melihatnya.
“Permisi... Apa kalian bisa mengantarku pulang?” ucap Soo Kyung menepuk pundaknya, dua bibi itu langsung memalingkan wajahnya.
“Aku... sedang hamil.... Tolong antar aku pulang.” Akui Soo Kyung sambil menangis. Dua bibi itu langsung melotot kaget mendengarnya.
Keduanya pun bertemu dicafe, si bibi bertanya apakah dengan lelaki itu. Soo Kyung mnceritakan pria itu tidak tahu kalau ayah dari bayi yang dikandungnya dan berpikir itu adalah bayi orang lain. Si bibi terlihat sedih, lalu bertanya apakah Soo Kyung berencana akan melahirkan bayi ini. Soo Kyung hanya menghela nafas.
“Bukankah kau bilang dia punya banyak masalah?
Katanya dia suka ganti-ganti wanita...” kata si bibi tak bisa berkata-kata lagi.
“Bukan cuma itu masalahnya. Dia pemerkosa, Pembunuh berantai. Dia pengacara kelas rendah... yang membela siapa pun yang
membayarnya dengan banyak uang. Dia tidak punya hati nurani sama sekali. Bajingan itu tanpa malu-malunya merasa tidak bersalah!” teriak Soo Kyung sambil berdiri membuat semua pelanggan melihatnya, dua bibi pun kaget lalu meminta Soo Kyung duduk kembali dan tenang.
Soo Kyung teringat dengan kandungan, lalu memegang perutnya memastikan kalau Bayinya
akan baik-baik saja. Ia menegaskan dengan gaya seksinya, Secara obyektif pria itu memang
sampah Tapi secara subyektif, dirinya menyukai bapak dari bayinya Karena sudah tidur dengannya.
“Kalau begitu kau harus tanyakan padanya. Siapa yang tahu? Mungkin dia mau menikah.” Kata si bibi
“Takkan pernah dan Takkan mungkin dia mau, Dia bisa pingsan...saat dia tahu kalau aku hamil anaknya... terlebih lagi kalau dia tahu, kami sudah tidur bareng. Aku sudah mengenalnya sejak dia 14 tahun. Dia dulu berjalan sambil telanjang di depanku. Kalau dia tahu...kami tidur bersama...” ucap Soo Kyung terhenti karena Jin Sang menelpnya.
Jin Sang menelp sedang berada di bar dengan dua wanita disamping, sambil berbicara pada Soo Kyung kalau bertanya pada enam pria.
“Jika seorang wanita jadi hamil setelah bercinta satu malam dan minta pertanggungjawaban si pria, maka si pria takkan pernah menikahinya. Dia
akan menyuruhnya jangan melahirkan bayi itu.” Ucap Jin Sang, Soo Kyung bertanya bagaiaman jika itu Jin Sang.
“Aku akan segera pergi keluar negeri. Siapa peduli dia melahirkan anak itu atau tidak? Aku bakal kabur. Apa pun yang terjadi Aku akan pergi ke pedesaan di Inggris mengubah namaku jadi William Sutherland, dan tinggal di sana.” Ucap Jin Sang dengan berbisik. Soo Kyung tertunduk mendengarnya, lalu seperti meminta tolong sesuatu.
Jin Sang memanggil semua temanya memberitahu, teman kakannya mau melahirkan bayinya, sudah berusia 44 tahun, karena Ini bisa jadi kehamilan terakhir dalam hidupnya. Makanya
Soo Kyung mau melahirkan bayinya. Yang menjadi masalah, haruskah menanggung hidup bayi sendiri setelah memberitahukan pada ayah si bayi atau haruskah membesarkan bayi itu diam-diam.
“Jadi beginilah pertanyaannya, Apakah lebih baik kau menjalani hidup tanpa mengetahui keberadaan anakmu Atau lebih baik kau
menjalani hidup kau dengan kau tahu ayah dari anak itu? Angkat tanganmu jika kau lebih suka tidak mau tahu.” Ucap Jin Sang,
Hasilnya hanya dua orang saja lalu yang ingin tahu ada empat orang. Jin Sang pun memberitahu hasilnya 2 banding 4, kalau teman-temanya lebih baik mengetahuinya dan ia pun seperti itu menurutnya Soo Kyung ayah dari bayi itu harus tahu, dengan menjalani hidup tanpa tahu ternyata punya anak Sepertinya agak..., Jin Sang terlihat kebinggungan menjelaskanya.
“Seolah-olah ada bom di rumah... tapi aku sendiri orang yang tidak tahu kalau ada bom di rumahku.” Kata Jin Sang
“Nunnim... Pastikan kau bilang begitu padanya! Oke?” teriak teman Jin Sang
“Alangkah lebih baik kau bilang padanya yang sebenarnya. Bila kau mau membesarkan bayi itu sendirian... apa yang akan dia katakan lagi?
Cepatlah katakan padanya. Hubungi dia dan katakan padanya sekarang.” Kata Jin Sang penuh semangat,
Soo Kyung mengerti karena Jin Sang tak perlu mengkhawatirkanya, karena akan memberitahunya lalu menutup telpnya. Si Bibi pun dengan penuh semangat agar Soo Kyung melakukan segera. Soo Kyung tersenyum lalu mengajak si  bibi untuk makan bersama.
Do Kyung berlari pulang kerumah dan terdiam melihat Hae Young sudah ad di depan rumahnya, Hae Young melirik sinis pada kedatangan Do Kyung. Si pria mengomel kepada kduanya karena
membuat kesepakatan tentang rumahnya Ia juga memarahi Do Kyung yang seolah-olah menjadi pemilik rumah, denga mengusirnya keluar penghuni wanita dengan membayar uang jaminannya.
“Kau sangat ingin dia keluar dari sini. Jadi kau akhirnya menendang keluar? Dasar kau
Kejamnya!!! Aku kebetulan datang ke sini dan melihat rumahnya kosong. Jika aku tidak kesini... maka kau pasti sudah membuatnya seolah dia masih tinggal di sini, ya 'kan? Dasar Liciknya dirimu! Bukankah sudah kuberitahu aku tidak akan memberikan rumah itu padamu?” ucap Si pria pemilik terus nyerocos mengomel
“Agasshi, dengar baik-baik. Menurut kontrak, aku akan mengembalikan uang jaminanmu dalam satu tahun. Sampai saat itu, kau harus bayar sewanya. Jika tidak, maka aku akan mulai mengambilnya dari uang jaminanmu.” Kata Si pemilik rumah
“Dia akan memberikan uang sewanya pada tuan
tepat waktu.” Kata Hae Young tertuju pada Do Kyung
“Memangnya aku menyewa tempat ini pada orang ini? Aku menyewakannya padamu.” Kata Si pria
“Aku dapat uang jaminannya dari dia, jadi tak perlu aku yang bayar sewanya.” Tegas Hae Young
Si Pria heran Hae Young bisa datang uang jaminan dari Do Kyung karena ia adalah pemilik rumah ini, menurutnya jika seperti ini cara Hae Young menanganinya untuk apa tanda tanga kontrak, ditambah lagi kesepakatan tidak berlaku jadi mereka akan bertemu satu tahun lagi. Ia juga memperingatakan Do Kyung tak bisa menggunakan tempat ini.
“Aku tak mau kembali ke tempat ini setelah satu tahun. Aku ingin mengakhiri semuanya sekarang.” Tegas Hae Young, Do Kyung terdiam dan kembali melihat dalam pengelihatanya.
Ia berbicara “Aku akan memberikanmu berapa pun jumlah uang yang kau minta. Apa gunanya berusaha melarang dia pindah?” terkesan tak peduli lagi dengan Hae Young. Do Kyung terdiam mengingat semua kata-katanya.
“Bisakah kau... pindah lagi kesini? Aku senang kalau kau pindah kembali kerumah ini.” ucap Do Kyung mengungkapkan seluruh isi hatinya. Hae Young menatap tak percaya.
Hae Young langsung keluar dari rumah, Do Kyung mengejarnya ingin mengantarnya, Hae Young menolaknya dan berjalan begitu saja, di tasnya terdengar bunyi getaran ponsel. Do Kyung kembali memejamkan matanya, dalam pengelihatanya Hae Young yang mengangkat telp dari Tae Jin dan mengatakan akan segera datang kesana. Do Kyung memilih untuk membalikan badan dan kembali ke rumah, sementara Hae Young terus berjalan membiarkan ponselnya tanpa diangkatnya.
Hae Young dan Tae Jin bertemu disebuah restoran dengan makan steak. Tae Jin melihat wajah Hae Young, bertanya ada apa dengan wajahnya. Hae Young mengaku sedang terserang demam. Tae Jin bertanya apakah sudah minum obat. Hae Young mengatakan sudah minum obat.
“Maaf sudah salah paham pada kalian berdua.
Kupikir kalian berkencan dam dia melakukan itu
untuk membuatmu jauh dariku. Aku minta maaf.” Kata Tae Jin, Hae Young mencoba mengalihkan dengan mengajak mereka untuk makan saja karena makananya sangat enak.
“Aku berencana ingin balas dendam padanya.
Tapi itu buang-buang waktu saja. Aku tidak percaya ternyata ini kesalahpahaman...” ucap Tae Jin
“Bisakah kita tidak usah membicarakan tentang dia? Aku tidak ingin membahasnya.”kata Hae Young
Tae Jin terdiam seperti tak menyangka Hae Young bisa mengataka itu, Hae Young meminta maaf karena mungkin efek dari tidak enak badan jadi memintanya untuk mulai makan saja. Tae Jin hanya tertunduk, Hae Young mengelap hidungnya memberitahu karena kedinginan jadi hidungnya meler.
“Kita tak perlu bertemu lagi .... Lebih baik kita putus.” Kata Hae Young dengan wajah serius
“Kita... cukup saling menyapa ketika bertemu, Aku tak mau kau menghapusku dari hidupmu.
Biarlah waktu yang menjawab dan jika masih tidak bisa,barulah kita putus. Karena aku merasa
menyesal dan bersalah” ungkap Tae Jin. Hae Young hanya menatapnya.
Hae Young pulang kerumah, Ibunya langsung menghampiri bertanya apakah sudah makan, Hae Young mengatakan sudah. Ibunya kembali bertanya apakah sudah minum obat, Hae Young mengatakan sudah. Ibunya heran melihat wajah Hae Young semakin pucat, berpikir demamnya belum turun. Hae Young memegang kepalanya, merasa Sudah baikan
Ibunya mendengar suaranya lebih serak dari kemarin. Hae Young pikir kalau suaranya itu lebih seksi dengan suara seperti itu, memberikan kecupan jauh bibirnya lalu masuk ke kamarnya. Ibunya hanya bisa mengumpat anaknya itu memang gila. Hae Young duduk dikamarnya, lalu menatap kearah kiri lalu tersenyum dan tertunduk.
Pagi hari
Hae Young akan pergi ke kantor membuka tempat sepatu dan melihat sepatu milik Do Kyung tersimpan, teringat kembali saat Do Kyung menaruh di depan rumah sambil mengomel Hae Young sedang mengumbar-umbar kalau hidup
sendiri, padahal kurir tadi memiliki uang kembalian.
Akhirnya Hae Young memilih sepatu yang warna ungu, Ibunya melihat mengetahui kalau sepatu itu kekecilan dan membuatnya kakinya sakit. Hae Young pikir sudah sedikit melar jadi bisa dipakai lalu pamit pergi lalu pamit pergi. Ibu Hae Young terdiam dengan helaan nafas melihat tingkah anaknya. Hae Young menyandarkan kepalanya di jendela bus, terlihat tak bergairah.
Do Kyung baru saja akan masuk, pegawainya memberitahu kalau ada tamu untuknya. Do Kyung binggung siapa yang akan datang. Pegawainya pun menunjuk ke tempat si tamu yang sudah menunggu atasanya. Do Kyung mendekat seperti tak kaget melihat Tae Jin yang datang ke kantornya.
“Wow, kantormu keren, Bukannya harusnya kau yang menemuiku duluan?” ucap Tae Jin menyindir.
Lalu keduanya bertemu di ruangan, Do Kyung duduk di sofa. Tae Jin duduk didepan papan nama yang bertuliskan “CEO Park Do Kyung” lalu ia mengungkapkan dulu juga pernah jadi CEO sekali tapi jabatan itu melayang karena seseorang, dengan nada menyindir.
“Berhati-hatilah kau. Kau bisa jadi kehilangan pekerjaanmu secepat mungkin. Jika seseorang sudah mengumpulkan niat...” kata Tae Jin memperingati
“Aku takkan menghindarinya, Lakukan saja sesukamu.” Balas Do Kyung tak peduli lagi
“Kau mengatakan ini saat kau menabrak mobilku, kan? “Itu hanyalah kesalahan kalau kau menghancurkan perusahaanku.” Kata Tae Jin
Flash back
“Itu adalah kesalahanku karena membuat
perusahaanmu bangkrut. Tapi kalau yang ini, aku sengaja melakukannya.” Ucap Do Kyung saat menabrak mobil Tae Jin
Tae Jin tahu Do Kyung itu sengaja menabrak mobilnya karena sudah jatuh cinta pada Hae Young, Do Kyung hanya diam saja, Tae Ji tahu Do Kyung marah karena wanita yang disukai terluka
karena perkataannya. Menurutnya seharusnya Do Kyung berhenti menemui Hae Young setelah mengetahuinya, tapi malah mendekatinya bahkan
sampai sekarang masih menemuinya.
“Sekarang semua orang tahu ceritanya. Apa yang akan kau lakukan? Jadi tidak ada cara lain. Kita semua harus kembali ke tempat awal kita masing-masing. Itulah yang harus terjadi. Jika semua orang tahu kau yang mencuri pacarku... maka Aku takkan mampu bertahan hidup di negeri ini lagi. Bergantung pada apa yang kau lakukan... Aku bisa menghancurkanmu atau membiarkanmu.” Kata Tae Jin berdiri menghadap ke arah Do Kyung
“Jadi... biarlah kita kembali ke titik awal kita. Kau juga punya wanita yang kau sukai, Semua ini terjadi karena dia, 'kan. Aku anggap, kau akan melakukan apa yang kukatakan.” Kata Tae Jin sambil memegang pundak Do Kyung seperti tanda memperingatinya, lalu pamit pergi.
“Ini membutuhkan waktu yang lama, tapi... entah bagaimana kita semua akhirnya kembali bersama dengan orang yang semestinya.” Ucap Tae Jin sama persis dengan yang dilihat oleh Do Kyung.
Do Kyung hanya menatapnya seperti tak bisa membedaka kenyataan dan pengelihatnya. Tae Jin berjalan keluar ruangan, melihat poster film
["Contender"] tak percaya ternyata Do Kyung
mengerjakan film itu juga dan ternyata banyak berkontribusi di film terkenal.
Dua pegawai Do Kyung, mengeluh karena lelah berkerja lalu melihat Tae Jin yang berjalan didepanya menyapa mengucapakan selamat jalan. Pria berkumis bertanya siapa pria itu, Si pria tambun juga tak tahu. Si pria berkumis melihat pria yang menemui atasanya itu sangat berkharisma. Do Kyung masih tertunduk kebinggungan.
Hee Ran dan Park Hoon kembali bertemu di cafe, Park Hoon terlihat gugup dengan mengigit kukunya. Hee Ran menopang wajahnya dengan dua tanganya, lalu berkomentar Park Hoon itu tak bisa, Park Hoon mengaku memang tak bisa padahal sudah berusaha. Hee Ran pikir
Sepertinya sulit sendirian memperbaikinya.
“Kalau kau memberiku satu hari lagi...” kata Park Hoon
“Kita......perbaiki saja bersamaku hari ini.” ucap Hee Ran yang membuat Park Hoon melonggo, Hee Ran pun menyuruh Park Hoon untuk segera berdiri.
Beberapa botol bir dan soju sudah habis diatas meja dengan beberapa kotak makanan. Park Hoon konsertrasi menuliskan naskahnya kembali, tapi sepertinya tak bisa menemukan idenya, tiba-tiba matanya melihat paha Hee Ran yang mulut duduk disofa. Hee Ran mengeluh kalau ia idenya
buntu di bagian ini.
“Aku menonton ratusan film laga, biar aku bisa memperbaiki naskah ini. Tetap saja tidak berhasil.” Kata Park Hoon,
“Ahh, aku tidak bisa melakukan ini lagi. Aku sangat lelah dan mau tidur dulu.” Ucap Hee Ran membaringkan tubuhnya disofa.
“Tentu, kalau begitu aku pergi dulu...” ucap Park Hoon gugup.
“Tidak, lanjutkan saja. Kau harus menyelesaikannya hari ini. Aku akan tidur sebentar dan bangun lagi.” Kata Hee Ran
Park Hoon mengerti, tanganya diatas keyboard tapi matanya menatap ke paha Hee Ran yang gerak-gerak sambil tertidur. Tiba-tiba Hee Ra terbangun dari tidurnya, merasakan Panas sekali jadi ingin ganti baju berjalan ke kamarnya.
“Ya ampun. kenapa dia ganti baju sekarang? Apa
Dia sedang menggodaku?!! Haruskah aku pergi?
Apa yang harus kulakukan sekarang?” ucap Park Hoon panik
Langkah Hee Ran terlihat keluar dari kamar, melemaskan otot lenganya dengan mengangkat tanganya. Park Hoon buru-buru berkonsertrasi mengetik, Hee Ran menawarkan minuman. Park Hoon menolaknya tanpa mau melihat kearah Hee Ran. Tapi ketika Hee Ran berjalan ke dapur tatapanya tertuju pada Hee Ran yang mengunakan pakain tidurnya.
Hee Ran melangkah mendekat, Park Hoon panik kebinggungan apa yang harus dilakukanya. Tanganya terus mengetik tanpa berpikir, Hee Ran semakin mendekat, tulisan di layar “ada masalah” dengan berderet banyak. Hee Ran memberikan segelas minuman agar Park Hoon beristirahat. Park Hoon panik langsung berpura-pura mengangkat telpnya dan berjalan pergi.
Tiba-tiba kakinya tersandung bangku, Hee Ran panik mendekatinya. Park Hoon langsung berdiri dan berusaha kabur. Hee Ran melonggo kaget melihatnya, Park Hoon jatuh berguling dari tangga. Hee Ran berlari menanyakan keadaanya. Park Hoon dengan kepala dan hidungnya berdarah mengatakan kalau ia baik-baik saja, lalu merayap keluar rumah.
Hee Ran menduga kalau Park Hoon itu berpikir dirinya itu mau menggodanya, lalu ia mengeluarkan sepatu, jaket, tas dan skenario lalu melemparnya, sambil mengumpat Park Hoon itu sudah gila. Park Hoon terlihat masih bergetar mengambil skenario yang berjudul [ Pembuka Botol yang Bergairah ] lalu menjerit melihat darahnya.
Di sebuah bioskop
Seorang Produser memuji Suara film ini mengagumkan, menurutnya Do Kyung bisa mendengarkan suara yang dibuatnya itu sangat
menakjubkan. Do Kyung mengangguk. Produser itu pun mengajak Do Kyung untuk makan setelah itu.
Do Kyung menonton di bioskop sendirian, walaupun yang lain terlihat berpasangan, dalam adegan perkelahian ia seperti melihat layar berubah menjadi pertengkaran dirinya dengan Hae Young yang akhirnya mereka berciuman.
Kenangan dengan Hae Young seperti kembali terputar, saat Hae Young memeluknya lalu menjerit bahagia karena mengetahui ia mengakui perasaanya yang sangat menyukainya. Setelah semua terbongkar, Hae Young meminta agar
sembunyi-sembunyi menjalin hubungan lalu baru putus.
“Tanpa ada yang tahu, biarlah kita saling bertemu baru kita putus. Jika aku putus denganmu karena rasa marahku sekarang...Aku bisa menderita untuk waktu yang lama.” Ucap Hae Young
Tapi Do Kyung memilih untuk meninggalkan dan membiarkan Hae Young menangis sendirian.
Do Kyung berjalan pulang dari bioskop, langkahnya terhenti melihat sosok Hae Young yang berjalan berlawan arah, mengingatkan saat melihat Hae Young saat tanganya di gips. Hae Young terus berjalan seperti tak menyadari kalau Do Kyung ada didepanya, ketika semakin mendekat ia baru menyadari Do Kyung berdiri di depannya.
Keduanya saling menatap tapi Hae Young memilih terus melangkah tanpa memikirkanya, ketika saling berpapasan Do Kyung bertanya mau kemana Hae Young. Langkah Hae Young terhenti mengingatkan tak usah saling menyapa kalau
berpapasan di jalan.
Saat itu Do Kyung mengingat kembali pengelihatanya berkata “Maaf karena aku sudah menyapamu.” Dengan nada sinis. Ia berkata pada Hae Young sesuai dengan hatinya, menyuruh Hae Young untuk menganti sepatunya. Langkah Hae Young pun kembali terhenti, Do Kyung mengatakan suara ketukan sepatunya tidak nyaman dipakai.
Hae Young kembali berjalan seolah tak peduli, Do Kyung kembali melihat Tae Jin yang menghampiri Hae Young lalu sebuah balon meledak, dan membuatnya tersenyum bahagia lalu bergandengan jalan bersama. Do Kyung melihat Tae Jin yang menghampiri Hae Young dengan senyuman lalu sebuah balon meledak, akhirnya ia memilih untuk pergi tak ingin melihat sesuatu yang menyakitkan hatinya.
Tae Jin mengulurkan tangan ingin mengandeng tangan Hae Young, tapi Hae Young memilih untuk menyelempangkan tasnya dan melipat tanganya didada. Tae Jin hanya bisa diam saja melihat sikap dingin Hae Young, Do Kyung berjalan diarah berlawanan dengan penuh amarah.
Do Kyung duduk termenung dirumahnya, Jin Sang melihatnya memberitahu kalau ada berita mengejutkan yang akan membuat Do Kyung
melupakan penderitaannya,Tapi akhirnya mengubah niatnya tidak bisa memberitahunya walaupun sebenarnya sangat ingin memberitahunya.
“Aku bisa kena pukul kalau aku memberitahumu.
Tapi dengan berita ini, kau bisa melupakan semuanya.” Kata Jin Sang berdiri dari tempat duduknya.
“Aku punya kartu tersembunyi yang akan membuatmu tutup mulut” kata Soo Kyung keluar dari kamarnya.
Jin Sang memberikan kode mengerti tak akan memberitahunya, lalu menyuruhnya untuk segara pergi. Soo Kyung pun pergi meninggalkan keduanya. Jin Sang pikir kalau mereka punya hobi yang sama maka mereka bisa bersenang-senang, lalu mengajaknya untuk pergi ke klub, bar, atau
kemana pun malam ini.
Do Kyung hanya berbaring di atas karpet, Jin Sang binggung kenapa Do Kyung berbaring di sana. Do Kyung mengatakan sangat lelah, Jin Sang menyuruh Do Kyung untuk pergi ke
kamarnya kalau memang mau tidur. Do Kyung mengatakan terlalu lelah untuk pergi ke kamarnya, seperti ia merasakan tubuhnya itu baru ditabrak oleh mobil dengan kecepatan tinggi dan terbaring di aspal dengan semua luka di sekujur kepalanya. Air matanya mengalir mengingat senyuman bahagia Hae Young yang terakhir dilihatnya
Ibunya membersihkan meja, sementara ayahnya sedang menonton TV. Hae Young masuk rumah dengan berjinjit. Ibunya bertanya apakah Hae Young sudah makan, Hae Young mengatakan sudah. Ibunya bertanya ada apa dengan anaknya, Hae Young mengaku kakinya sakit.
Dibagian tumitnya terlihat luka lecet akibat sepatu yang dipakai kekecilan. Hae Young menuangkan air minum ke gelas, memberitahu mau tidur seharian besok,jadi jangan meminta agar tak membangunkannya. Ibu Do Kyung bertanya apakah demam Do Kyung belum sembuh juga. Hae Young hanya minum air saja.
“Kenapa obatnya tidak ampuh? Apa kau mau pergi ke rumah sakit esok?” kata Ibunya khawatir
“Aku baik-baik saja dan Sudah baikan” kata Hae Young berjalan masuk ke kamarnya.
Hae Young berbaring di kamar, dengan wajah memerah dan juga kakinya penuh obat merah karena lecet. Ia memiringkan tubuhnya dengan mata sedikit terbuka.
Flash Back
Hae Young berjalan di kantor dengan sepatu kekecilan lalu berjalan kesana kemari menemui timnya.
“Jika aku berjalan seharian memakai sepatu kekecilan... aku bisa mengurangi rasa rinduku padanya. Karena yang kupikirkan adalah kakiku.
Lalu pulang, aku melepas sepatuku. Aku jadi senang dan lega meski sesaat.”
Ketiga pagi hari melihat sepatu Do Kyung membuatnya memilih mengunakan sepatu yang ukurannya kecil, lalu ia melihat gel branya yang mengingatkan saat berlari ke pelukan Do Kyung dan membuat gel branya terlepas.
“Karena kenangan akan dirimu terus bermunculan... Dimana pun dan kapan pun...Aku sedih bila memikirkanmu makanya aku ingin kakiku jadi lebih sakit dan sakit lagi.”
Di malam hari, Hae Young selalu mengecek ponselnya dan mengingat saat berjalan meninggalkan Do Kyung tak memperdulikanya, tapi sebenarnya ia menahan tangisnya.
“Setiap kali aku cek ponselku waktu tengah malam... Aku berusaha melangkah ke depan. Tapi pikiranku ingin berjalan ke arahmu. Sakit.... Ini sangat menyakitkan. Jika aku kesakitan sampai tak bisa mengangkat jariku... atau aku tak bisa sadar lagi.Aku bisa berhenti memikirkan dia.
Semakin tinggi demam yang kualami.. maka semakin sedikit aku memikirkannya, Meski pun aku merasa sakit, tapi aku merasa baikan.”
Hae Young tertidur dengan setengah sadar dengan demam semakin tinggi membuat wajahnya sangat merah.
Ibu Hae Young ingin membuang sampah menemukan bungkus obat milik anaknya, yang harus diminum tiga kali sehari, tapi obatnya masih utuh. Dengan wajah panik masuk kamar anaknya berusah membangunkanya, tapi Hae Young seperti setengah sadar dan melihat wajah ibunya berbayang. Hae Young akhirnya jatuh lemas ditempat tidurnya.
Hae Young dilarikan ke UGD, ibu dan ayahnya terlihat panik terus membangunkan Hae Young agar tetap bisa membuka matanya. Hae Young sedikit membuka matanya, seperti melihat Do Kyung yang duduk diruang tunggu, dalam hatinya bergumam kalau ia pasti berkhayal.
Hae Young terbangun dan sadar sudah ada dirumah sakit.
“Hanya karena aku sedikit lebih baikan sekarang... bagaimana bisa aku langsung
memikirkan dirinya? Aku marah.” Gumam Hae Young menatap jarum infus yang menempel ditubuhnya.
Hae Young akhirnya duduk di atas tempat tidurnya, Perawat datang melihatnya.  Hae Young meminta untuk melepaska saja, Perawat itu heran karena Hae Young harus diinfus, Hae Young mengatakan kalau ia tak mau di infus.
Do Kyung seperti baru selesai di infus dan perawat meminta agar terus menekan plesternya. Lalu dua perawat pun membuka tirai yang menutupi dua tempat tidur. Do Kyung melihat lebih dulu Hae Young yang masih meminum air putih. Hae Young terdiam ketika melihat Do Kyung ada didepanya, keduanya saling menatap tapi setelah itu Hae Young buru-buru menarik tirai agar tak melihat Do Kyung.
Akhirnya Do Kyung melangkah pergi, tapi ia kembali membalikan badanya dalam pengelihatanya ia berkata “Jangan sampai sakit.” Dengan tatapan dingin dan terlihat lemparan gelas yang hampir mengenai kepalanya.
“Aku senang melihatmu! Tidak adil kalau Cuma
aku saja yang sakit. Aku senang sekali kau sakit juga!” teriak Do Kyung mengeluarkan semua isi hatinya.
“Jika kita bisa memutar kembali waktu... aku juga akan merusak pernikahanmu dengan cara yang sama. Aku akan membuatmu pindah bertetanggaan denganku lagi dan bertemu denganmu lagi. Maafkan aku. Aku bener-benar meminta maaf. Tapi aku tidak menyesal menghancurkan pernikahanmu!” tegas Do Kyung dengan nada tinggi lalu kembali membalikan badannya.
“ Maafkan aku. Tapi beginilah perasaanku. Aku sakit karena aku tidak bisa memelukmu.” Akui Do Kyung hanya melihat bagian pipi Hae Young lalu berjalan meninggalkan IGD.
Hae Young masih tetap duduk dengan memegang gelasnya erat-erat, Do Kyung terus berjalan melewati pintu lobby seperti tak menyangkan dirinya bisa meluapkan perasaan yang sejujurnya. Ia pun berjalan di taman rumah sakit, dari belakang terlihat orang yang berlari kearahnya. Hae Young berlari sambil menangis, ketika Do Kyung membalikan badanya langsung mendapatkan pelukan dari Hae Young.
Keduanya berpelukan sangat erat melampiaskan rasa rindunya selama ini, keduanya lalu saling menatap dan tersenyum bahagia, Hae Young pun mencium Do Kyung lebih dulu, keduanya pun berciuman ditaman rumah sakit.

~bersambung ke episode 14~

Another Miss Oh [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang