02. Another One

5K 514 49
                                    

Gracia POV

"Ini gimana ceritanya, Gre. Kok micro-sd-nya bisa tau-tau dikirim ke aku?" tanya Kak Yona.

Seperti biasa, aku melapor dulu pada Kak Yona sebelum menerima job selanjutnya. Begitu aku duduk di ruangannya, Kak Yona langsung merenyitkan dahinya dan menatapku heran meski sebuah senyum muncul di bibirnya. Kejadian kemarin itu memang hampir saja majalah kami tidak dapat konten, karena itu Kak Yona juga senang hasil foto-foto itu diterima tepat pada waktunya.

"Ceritanya panjang, Kak. Pusing aku juga ngasih taunya, Kak," ucapku sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Kamu abis dari pantai, Gre?"

"Eung—ngitemin ya, Kak. Iya ini gara-gara kemarin ini juga—" kataku dengan suara lebih pelan. "E—tapi masalahnya udah selesai sih, Kak."

Kak Yona meringis. "Yasudah kalau sudah selesai sih," ucap Kak Yona tanpa niatan 'menyelidiki' lebih lanjut. Walaupun majalah ini bernama 'K3po' tapi Kak Yona sendiri sih tidak pernah terlalu banyak ikut campur urusan orang lain. Kalau aku gak cerita ya Kak Yona gak akan tanya.

"Hari ini aku ada jadwal gak, Kak?" tanyaku.

"Hari ini ya—" Kak Yona membuka berkas-berkasnya. "Oh hari ini museum nasional bakal kedatangan tamu dari luar negeri. Kamu liput ya?"

"Ooh—emmm—"

"Kenapa? Kamu gak bisa hari ini?"

"Bukan sih, Kak. Aku kira bakal disuruh ngeliput peluncuran handphone baru di SMS."

"Ng?" Kak Yona melirik berkas-berkasnya lagi, sepertinya mencari acara yang kumaksud. "Oh ini. Gak usahlah, Gre. Ini acara kecil kita gak akan masukin ke majalah. Ini di museum katanya bakalan ada barang-barang peninggalan jaman prasejarah gitu, mending kamu liput ini. Lumayan kan sekalian menarik agar anak-anak muda jaman sekaranang gak ngafe mulu sekali-kali ke museum gitu," lanjutnya.

"Oh ya deh. Jam berapa acaranya, Kak?"

"Jam empat sore, paling juga sampai jam tujuh udah selesai."

"Oke deh, Kak. Nanti abis makan siang aku langsung siap-siap," kataku mantap.

"Okeyy, makasih ya, Gre."

Aku mengacungkan jempolku lalu berpamitan sekali lagi sebelum aku keluar ruangan Kak Yona.

"Gre! Gre! Gre! Gre!"

Aku hampir menjatuhkan tas kameraku karena Nadse berlari ke arahku sambil memanggil namaku berkali-kali seolah aku ini jambret.

"Apa, Naddssss??"

"Gimana kemarin, Gre? Ketemu Ci Shani-nya?" tanya Nadse dengan semangat sampai menggenggam kedua tanganku seperti aku ini hendak kabur(?)

"Kete—mu sihh"

"Kok jawabnya gak semangat gitu sih, Gre?"

"Yah, panjang dan ribet ceritanya, Nads. Jangan tanya kenapa dah."

"Ribet kenapa, Gre?"

"Dibilang jangan nanya malah nanya kamu, ish," aku melepaskan genggaman tangannya. "Lepasin ih, Nads. Aku mau makan siang dah gitu lanjut ke museum."

"Ke museum? Ngapain?" Nadse menatapku dari atas sampai ke bawah. "Loh ngomong-ngomong kamu kok keliatan agak...?"

"Item? Iya emang ngitemin," jawabku ketus. Gara-gara idola kamu nih!

"Bukan, gendutin. Eh, iya sih kamu bilang ngitemin kamu ngitemin juga."

Aku tidak menjawab. Daripada aku makin bete ngomong sama si Nadse, mending aku makan aja.

The Tale of Thousand PicturesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang