23. The Truth is?

2.9K 368 105
                                    

Author POV

Seperti malam-malam pada umumnya, keluarga Morrison selalu makan malam bersama jika seluruh anggota keluarga mereka lengkap. Sekilas mungkin semua nampak berlangsung normal, namun pada kenyataannya jelas ada yang tidak beres di meja makan malam itu. Padahal dua hari sudah berlalu semenjak foto itu sampai di tangan Mama Gracia dan sebetulnya kedua orang tua Gracia sudah benar-benar tidak mempermasalahkan apapun yang Gracia lakukan di masa lalu, tapi Gracia tidak menunjukkan perubahan apa-apa. Gracia masih lebih banyak diam dan melamun.

Kalau sudah begitu, Papa dan Mama Gracia sudah hafal betul, tidak ada yang bisa mereka lakukan bagi Gracia. Dari dulu sampai detik ini, kalau Gracia ada masalah berat, satu-satunya cara adalah menunggunya reda dengan sendirinya. Hiburan atau bujukan apapun tidak akan mempan pada Gracia. Malah kalau mereka terlalu ikut campur, yang ada Gracia malah marah dan tidak mau bicara sama sekali. Akhirnya kedua orang tua Gracia terpaksa berlaku seolah tidak ada apa-apa.

"Oh ya," ucap Sang Mama tiba-tiba setelah sekeluarga sudah selesai makan malam. "Kue tiramisu coklat pemberian Tante Rika kemarin masih ada satu potong. Siapa yang mau?"

"Aku mau! Aku mau!" Eve mengacungkan tangannya dengan semangat.

"Gre, kamu mau?" Sang Mama bertanya pada Gracia.

"Oh, enggak, Ma. Kenyang...hehe. Kasih Eve aja," jawab Gracia seiring dirinya meninggalkan meja makan. Sang Mama pun hanya mengangguk sedikit.

Sementara Eve merasa heran. Biasanya sang Kakak tidak mau mengalah begitu saja kalau ada makanan enak. Apalagi kue tiramisu coklat yang adalah salah satu dessert kesukaan Gracia.

"Eve juga gak jadi mau deh..." jawab Eve tiba-tiba.

"Loh? Kenapa?"

"Gak deh, Ma. Dipikir-pikir buat besok siang aja pulang sekolah," lanjut Eve. Entah mengapa Eve merasa kue tiramisu itu tidak akan seenak biasanya kalau tidak rebutan dulu dengan Gracia. Terasa ada yang kurang begitulah pikir Eve.

Eve sadar akan perubahan tingkah laku Kakaknya selama dua hari ini, tapi dia adalah satu-satunya orang di rumah itu yang tidak tahu apa yang terjadi. Orang tuanya memang sengaja tidak mau memberitahu masalah itu padanya sehingga semua pertanyaan yang diajukan Eve tetaplah menjadi misteri baginya.

"Kak Grey," Eve menyusul Gracia naik ke lantai atas dan memanggilnya sebelum Gracia masuk ke dalam kamarnya.

"Hm?"

"Kak Gre kenapa sih?"

"Aku...gak kenapa-kenapa kok," jawab Gracia dengan nada yang jelas menunjukkan kalau dia kenapa-kenapa.

"Kalo gak kenapa-kenapa kok gak bawel kaya biasanya?"

Gracia tertawa pelan. "Kamu tuh aneh ya, dibawelin marah, didiemin protes."

Eve tidak menjawab. Dia berjalan cepat mendekati Gracia lalu memeluk Kakaknya itu dengan cukup erat.

"Papa sama Mama gak mau ngasih tau apa masalahnya, tapi Kakak jangan sedih-sedih kaya dulu lagi ya," ucap Eve yang masih ada dalam pelukan Gracia.

Gracia tersenyum tipis. Dia membalas pelukan Eve secara singkat kemudian berkata,"Enggak kok, Eve. Aku cuman butuh waktu sendiri doang sebentar."

"Yang bener?" tanya Eve tidak percaya.

"Bener kok. Makasih ya, Ip."

Eve masih nampak tidak puas dengan jawaban Gracia, tapi tidak ada pilihan lain untuknya selain kembali ke kamarnya saat itu.

Setelah Eve pergi, Gracia masuk ke dalam kamarnya. Helaan nafas keluar dari mulutnya ketika pintu sudah dikunci. Gracia juga sadar kalau tidak boleh begini terus, tapi untuk sekarang ini dia tidak bisa melakukan apapun selain menunggu dan berharap. Yona mengatakan padanya kalau dia akan melakukan sesuatu perihal ini dan Gracia berharap hal itu bisa segera terwujud.

The Tale of Thousand PicturesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang