24. Shani

4.1K 405 93
                                    

A/N : Masih inget kemarin saya bilang tulisan saya yang kemarin paling panjang di wp? Salaahhhh ini yang paling panjang wkwkwkwk 9000 words guys, selamat menikmati akhir minggu anda~ enjoy


======


Author POV

"Kak Vin..."

"Kak Vienny..."

"Kak...!" Shani menepuk pundak Vienny karena ia tak kunjung merespon. Mata Vienny tertuju pada jalanan Kota Jakarta di malam hari, meski sudah jelas bukan gemerlap lampu yang menyita pikiran Vienny saat itu.

"Eh, iya kenapa, Shan?" Vienny akhirnya menoleh ke arah Shani.

"Kak Vienny mikirin apa sih? Kok dari tadi siang kayaknya diem aja terus?" tanya Shani yang keheranan. Benar, sedaritadi siang tepatnya setelah Vienny kembali ke ruang makeup, Vienny lebih banyak diam. Bahkan kopi yang dipesan Vienny juga dibawa ke ruangan dan tidak diminum, padahal Vienny adalah tipe orang yang menghabiskan kopi sebelum dingin. Tentu Shani sempat menanyakan apakah ada yang sesuatu yang membuat Vienny seperti itu, tapi jawaban Vienny hanyalah gelengan kepala.

"Aku...enggak lagi mikirin apa-apa kok, Shan. Cuman agak capek aja," jawab Vienny dengan senyuman tipis.

"Kak Vienny masih marah ya gara-gara ucapan aku tempo hari," ucap Shani dengan agak berbisik karena tidak ingin suara mereka terdengar oleh supir.

"Enggaklah, Shan. Aku gak marah sama kamu kok. Aku cuman kurang tidur aja."

Shani tampak tidak percaya dengan jawaban Vienny, tapi melihat mobil yang mereka tumpangi sudah memasuki pelataran lobby apartemen, Shani mengurungkan pertanyaannya lebih lanjut. Seperti biasa, kedua gadis itu turun di lobby lalu mereka langsung menuju unit mereka di lantai atas.

"Kamu mandi dulu deh, Shan. Udah malem loh udah mau jam 10."

Shani menurut. Sementara Shani mandi, Vienny menyiapkan sepoci teh jasmine untuk mereka berdua. Selagi menunggu air di ceret mendidih, Vienny kembali melamun, memikirkan kembali tindakan yang sudah dilakukannya hari itu.

Piiipppp!

Suara air yang mendidih menyadarkan Vienny dari lamunannya. Segera Vienny membawa ceret tersebut ke ruang tengah di mana dia sudah menyiapkan poci berisi daun teh segar. Tepat saat air hangat dalam poci itu mulai berubah kecoklatan, Shani keluar dari kamar mandi.

"Shan, aku dah buatin teh. Kamu mau?"

"Boleh, Kak. Kak Vienny gak mau mandi?"

"Euhh...sebentar lagi deh, Shan. Aku...ada yang mau diomongin sama kamu sedikit," ucap Vienny. "Kamu belum mau tidur kan?"

"Belum kok, Kak. Aku juga ada yang mau disampein ke Kak Vienny." Shani duduk di depan Vienny.

Vienny mengangkat kedua alisnya. Jujur, agak kaget bercampur heran juga dia mendengar pernyataan itu.

"Apa yang mau kamu sampein, Shan?" tanya Vienny.

"Kak Vienny duluan deh."

"Loh, yang mau aku sampein panjang loh. Nanti kamu keburu lupa lagi kamu mau ngomong apa," Vienny menuangkan teh tersebut ke cangkir milik dirinya dan Shani.

"Gak akan lupa kok, soalnya ini penting," jawab Shani sambil melemparkan senyum yang membuat Vienny tidak bisa membantah lagi.

"Oke deh...." Vienny mengetuk-ngetukkan jarinya ke pinggir cangkir beberapa kali sambil menyusun kalimat di otaknya. Dia sendiri heran, padahal sudah dari sore Vienny menyiapkan diri untuk menyatakan perihal ini pada Shani, tapi sekarang tetap saja kalimat-kalimat yang sudah disusun itu sulit keluar dari mulutnya.

The Tale of Thousand PicturesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang