Author POV
"Gracia..."
"Y...ya, Kak?"
"Kamu belum makan, kan?"
Gracia menggeleng pelan.
"Ini kamu makan dulu terus ini ada jaket biar kamu gak kedinginan."
Mata Gracia langsung terarah pada sebuah kotak bento yang ada di tangan kiri dan jaket yang ada di tangan kanan Vienny. Tidak terpikirkan oleh Gracia untuk menolak kedua benda yang sangat dia butuhkan itu.
"Makasih, Kak Vien..." belum selesai Gracia berterimakasih, Vienny sudah lebih dulu meninggalkan Gracia.
Gracia melirik ke kiri-kanan sebelum dia membuka kotak bentok tersebut. Gracia menduga, saat itu memang jam istirahat untuk seluruh staff yang ada di set itu. Maka dari itu, tanpa menunggu lagi, Gracia langsung membuka dan menyantap makanan tersebut.
Setelah beberapa suap, Gracia baru teringat dengan Shani. Kira-kira Ci Shani udah makan belum ya? Aku yang daritadi duduk diam aja kelaparan apalagi Ci Shani yang daritadi gak berhenti beraktivitas dari tadi matahari terbit sampai sekarang dah mau terbenam.
Ah...tapi ada Kak Vienny. Kak Vienny pasti bisa jagain Ci Shani sampai selesai, lanjut Gracia dalam hati.
Kembali ke Vienny, setelah dia memberikan jaket dan makanan, Vienny kembali ke tenda tempat Shani berada.
"Udah aku kasih ke Gracia," kata Vienny.
Shani mengangguk kemudian dia sendiri lanjut menyantap makanannya.
"Makannya gak usah cepet-cepet, waktu istirahat masih ada 15 menit lagi kok," ucap Vienny melihat Shani yang makan terburu-buru.
"Kalau ada waktu...aku mau nemuin Gracia sebentar."
Vienny mendesah pelan. Terlalu pelan untuk terdengar Shani.
"Gracia bakal stay sampai selesai kok. Kamu gak usah buru-buru."
"Oh...Gracia menolak pulang duluan?"
"Iya, sebelumnya kan udah aku tawarin dia buat pulang duluan dianter supir, tapi dia mau ikut sampai selesai."
"Oh..."
"Makanya kamu tenang aja, makan udah gitu istirahat dulu sebentar kan lumayan."
Shani mengangguk dan menurut. Dia melanjutkan makannya dengan tempo yang lebih pelan.
Kira-kira 15 menit kemudian, waktu istirahat untuk para staff berakhir. Shani sendiri sudah kembali ke ruang make-up untuk persiapan pengambilan gambar selanjutnya.
"Semangat ya, Shan. Dua sesi lagi," Vienny bisa melihat raut wajah Shani yang sudah kelelahan meski makeup mahal menutupinya.
"Iya, aku semangat kok."
Vienny tersenyum lalu dia membantu merapikan rambut Shani. Dalam hati, tentu saja Vienny merasakan sesuatu yang berbeda hari itu. Biasanya kalau sudah menjelang sesi-sesi terakhir, Shani suka rewel dan marah-marah tidak jelas, apalagi sutradara hari ini cukup rese dan meminta take diulang berkali-kali. Namun Shani hari ini benar-benar menjadi anak baik yang menurut segala perintah sutradara. Alasannya Vienny tidak perlu menebak jauh-jauh, sudah pasti karena ada Gracia hadir di set tersebut.
"Ngeliatin apaan, Vin ? Kok mukanya serem amat..."
"Eh, Kak Richard," sapa Vienny pada ketua fotografer acara tersebut. "Enggak aku lagi ngeliatin..." Vienny kesulitan berbohong. Dari arah kepalanya saja sudah jelas dia melihat ke arah jejeran Visitor.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Thousand Pictures
Fanfiction"Ci Shani, aku gak ngerti kenapa sih Ci Shani berbuat segini baik ke aku? Aku bukan siapa-siapa, kenal Ci Shani aja sama sekali tidak pernah sebelumnya" Sayangnya jawaban dari pertanyaan seorang Shania Gracia itu tidak bisa langsung dia dapatkan. S...