06. Questions

3.2K 437 27
                                    


Author POV

Malam itu setelah acara makan malam selesai, masing-masing anggota keluarga kembali pada kesibukan sendiri. Begitu juga dengan Shania, sebagai tamu yang menumpang, hari itu dia masuk ke kamar sementaranya yakni kamar Gracia. Tentu hal itu bukan tidak berlangsung mulus, ada Eve yang tidak berhenti merengek meminta Shania tidur di kamarnya. Sayangnya, tipe ranjang Eve adalah single bed, sedangkan tipe ranjang Gracia adalah double bed dengan posisi atas-bawah. Mau tak mau Eve harus mengalah, sementara Gracia sih tak keberatan dengan keputusan manapun.

"Permisi ya, Gree. Maaf nih barangku banyaakk..." ucap Shania seiring masuk ke dalam kamar Gracia.

"Iya gakpapa kok, Kak. Itu ada lemari kosong kok, Kak Shanju taruh di sana aja," Gracia menunjuk salah satu lemari yang memang kosong.

"Oke deh, sementara doang kok sampai aku dapat kosan deket tempat tugas."

"Padahal gak usah ngekos, Kak. Nginep aja di sini kaya waktu itu."

"Enggak deh, Gre."

"Kenapaa?? Gak ngerepotin kok, Kak."

"Haha...bukan masalah ngerepotinnya kok, Gre. Tempatnya terlalu jauh dari sini. Aku harus naik Transjakarta beberapa kali terus masih harus naik ojek juga."

"Yaahh...sayang sekali."

"Aku bakal sering main ke sini kok, tenang aja," lanjut Shanju dengan yakin.

Kemudian, sementara Gracia sibuk menyiapkan ranjang bagian bawah untuk Shania, Shania melihat-lihat seisi kamar Gracia. Jelas kamar itu sudah jauh berubah dibandingkan terakhir dia ke sana. Dulu kamar Gracia serba ungu seperti kebun terong, tapi kini warnanya lebih bervariasi dan lebih 'kalem'. Dan tentu saja satu hal yang diingatnya dulu bertebaran di mana-mana namun sekarang tidak ada satupun. Foto Gracia dan pacarnya.

"Gre."

"Hm?"

"Ini kok bagian foto bolong satu? Ke mana?"

Gracia menoleh dan menyadari bagian kosong yang Shania maksud. Tentu saja bagian yang kosong itu adalah akibat foto yang diambil Shani.

"Iya itu....diambil temenku waktu dia ke sini. Iseng memang," jawab Gracia setelah jeda sesaat. Dia memutuskan untuk tidak menceritakan soal Shani. Ribet.

"Oooh," gumam Shania tanpa curiga. Insting design Shania 'bangkit', dia mengatur ulang susunan foto itu agar tidak 'berlubang' di tengah.

"Kak Shania, kalau Kak Shania mau istirahat duluan gakpapa. Aku mau backup data dulu dari camera," ucap Gracia.

"Oh, hasil foto hari ini ya?" Shania ikut berdiri di belakang Gracia seiring Gracia menyalakan laptop lalu mengeluarkan kartu memori kameranya.

"Iya, Kak. Aku cuman mau backup doang sih. Preview-nya biar besok aja, soalnya aku juga ngantuk."

"Kalau ngantuk yaudah istirahat, Gre. Backup kan bisa besok juga?"

"Euhmmm...engga deh, kemarin ini pernah soalnya aku males-malesan backup, gaktaunya malah corrupt datanya."

"Hah? Terus gimana?"

"Yaa... kena amuk Kak Lidya deh," Gracia tersenyum getir. "Tapi untungnya ga semua foto-fotonya ilang kok."

Shania ikut tertawa kecil. Tak berapa lama kemudian, Shania memilih duduk di ranjang yang sudah disediakan untuknya lalu meluruskan kakinya yang pegal. Dia sendiri juga sebenarnya sudah capek setelah banyaknya aktivitas yang dia lakukan hari ini.

The Tale of Thousand PicturesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang