04. Wound From The Past

3.7K 431 52
                                    

Author POV

Sudah hampir satu jam mobil milik Shani menempuh jalanan Kota Jakarta, mata Shani masih tertuju pada foto dalam figura yang dipinjamnya dari Gracia. Iya, pinjam. Shani tak mau dikatakan mencuri, toh nanti juga pasti dikembalikan, begitu janjinya pada diri sendiri.

Drrrt....drrrt....drrrt....

Viny calling....

Decakan pelan terdengar dari mulut Shani saat nama itu muncul di layar handphone-nya. Mau tak mau, Shani harus mengangkat telpon itu kalau tak ingin masalahnya bertambah panjang.

"Shani?" suara Viny langsung terdengar saat koneksi sudah tersambung.

"Hmmm?"

"Ada di mana kamu?"

"Ini udah dikit lagi sampe rumah kok."

"Pertanyaanku 'ada di mana kamu?' bukan 'berapa lama lagi sampe rumah' "

"Ya aku ada di seberang, Kak. Bentar lagi tinggal muter doang sampe rumah," ucap Shani dengan kesal.

"Mana Pak Yudi, aku mau ngomong." Pak Yudi adalah supir pribadi Shani dan juga orang yang saat itu sedang mengantar Shani ke rumahnya.

"Pak Yudi lagi nyetir, Kak."

"Shani, aku mau ngomong sama Pak Yudi," Viny bersikeras.

"Ck nih, Pak."

Sang sopir yang sudah hafal betul kondisi tersebut langsung menerima handphone.

"Iya, Mbak Viny."

.....

"Iya, ini di jalan seberang, Mbak. Tinggal muter aja nanti kita sampai."

.....

"Kami dari rumahnya temennya Mbak Shani, Mbak. "

.....

"Emmm-tadi di jalan Anggrek Raya."

......

"Baik, Mbak," kata Pak Yudi seraya memutuskan koneksi lalu mengembalikan hape tersebut pada pemiliknya. Sang pemilik hanya menerimanya dengan ogah-ogahan lalu melemparkan hapenya di samping kursi.

Tak sampai sepuluh menit, mobil yang dinaiki oleh Shani sudah sampai di apartemennya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Shani menyambar tasnya lalu langsung keluar mobilnya dengan cepat. Wajahnya sudah tidak bersahabat karena dia tahu pasti dia akan mendapat omelan lagi dari Viny.

Desahan panjang keluar dari mulut Shani sebelum dia memasukkan menempelkan kartu kunci untuk membuka pintu apartemennya. Sambil masuk ke dalam, Shani mencuri-curi pandang untuk mencari keberadaan Viny. Saat dia berjalan menuju ke kamarnya, ditemukannya Viny ada di ruang tengah dan tampak sedang sibuk dengan dokumen-dokumen yang ada di mejanya. Mata mereka sempat bertemu sesaat tapi Viny tidak mengatakan apapun.

Sesampainya Shani di kamarnya dan dia mengunci pintunya seperti biasa pun, Viny sama sekali tidak mengomentarinya. Bahkan menyapa pun tidak. Sampai-sampai Shani bingung sendiri.

"Kok tumben biasanya ngomel-ngomel," gumamnya.

Shani meletakkan tasnya asal di samping ranjang, mengganti pakaiannya dengan lebih santai, kemudian yang paling penting, menyembunyikan foto Gracia yang dia pinjam agar jangan sampai ketahuan Shani. Setelah meluruskan punggung beberapa saat di atas ranjang, Shani memutuskan untuk keluar menemui Viny. Mau tak mau , suka tak suka, sebal tidak sebal, Shani harus menemui Viny juga karena Viny adalah manager-nya.

The Tale of Thousand PicturesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang