Mysha tak berkedip menatap wanita tinggi semampai yang berjalan ke arahnya. Pintu apartemen masih terbuka lebar, tapi Olivia memilih hanya berdiri di anak tangga teratas.
Mysha tahu, model papan atas itu tidak akan mau memasuki apartemen yang mungkin dinilainya kumuh. Selintas Mysha menoleh ke deretan jendela yang memantulkan bayangannya. Sial! Ia sama sekali tidak tampil maksimal. Rambutnya tak tertata sempurna dan riasannya juga sudah mulai luntur.
Tidak ada waktu untuk memperbaiki semuanya. Ia harus menguatkan hati untuk menghadapi makhluk yang sempat membuat Axel bergairah itu. Dengan dada bergemuruh lebih karena kesal, Mysha menghampiri Olivia.
"Jadi kamu wanita yang merayu Axel?" Olivia tersenyum sangat manis ketika mereka sudah berhadapan.
Semilir angin musim gugur yang cukup menggigit sama sekali tak menggoyahkan sikap anggun Olivia. Tampaknya dingin tak mengganggu meski Olivia mengenakan gaun yang memamerkan kaki jenjang indahnya.
Nyaris tak terlihat kecemburuan atau amarah di wajah Olivia. Namun, Mysha sadar betul wanita di hadapannya mengeluarkan aroma berbahaya. Mysha tak boleh gegabah. Setiap kata yang akan ia utarakan harus dipikirkan dengan kepala jernih. Ia tak boleh masuk dalam jebakan Olivia dan tampil sebagai wanita barbar yang haus darah karena emosi merusak ketenangannya.
"Anda salah." Mysha menjaga jarak dalam kalimatnya. "Axel-lah yang mendekati saya."
Mysha berusaha menjaga integritasnya. Ia tak boleh kalah tenang. Memang ia tak semenakjubkan Olivia yang mampu membuat siapa pun yang melintas menoleh sejenak. Namun, ia tak boleh gentar. Axel mencintainya, bukan Olivia, secantik apa pun model papan atas itu berdandan.
"Oh...." Olivia mengangkat alis kanannya yang tersulam sempurna. "Ternyata bukan cuma jelek. Kau juga bodoh sampai berkhayal hal yang mustahil."
Mysha merasakan hatinya mengerut dan nyeri. Namun, napas yang halus dan tenang tetap berhasil dipertahankannya. "Saya tidak butuh penilaian Anda. Lalu ada apa Anda sampai mendatangi saya?" Mysha berusaha tersenyum ramah. Namun, kemampuan aktingnya kalah jauh dibandingkan Olivia yang masih berdiri dengan jemawa.
"Hanya mau memberi peringatan." Olivia meletakkan tangannya ke pinggang. Tinggi badannya yang menjulang di atas Mysha mau tak mau memberi hawa intimidasi yang kental. "Menjauh dari Axel atau kau akan kubuat menyesal pernah mengenalku."
Mysha menarik napas berusaha menenangkan dirinya. Seenaknya saja wanita di hadapannya menyuruhnya menyingkir. Axel-lah yang pantang menyerah mendekatinya! Apa dunia tak akan memercayai fakta bahwa ada wanita dalam hidup Axel Delacroix yang tak mengejarnya lebih dulu? Oke ... meski Mysha akui, hatinya tak bisa memungkiri daya pikat CEO tertampan di New York itu.
"Anda tidak perlu cemas. Saya tidak akan mengejar Axel."
Senyum Olivia melebar. Ia senang melihat Mysha tampaknya mengerti apa yang diucapkannya. Ternyata gadis bodoh di hadapannya tak sedungu penampilannya.
"Tapi, saya tidak bisa mencegah Axel memberikan cintanya pada saya." Mysha melengkungkan bibir tipisnya dengan sempurna. "Dan saya akan membalas perasaan tulus yang dia berikan dengan senang hati."
"Kau!" Olivia naik pitam, tangan kanannya langsung terangkat ke atas.
Mysha menyadari Olivia hendak melayangkan tamparan ke arahnya. Wanita berkacamata itu menggeser tubuhnya ke belakang. Tangan Olivia yang diayun sekuatnya memukul angin. Tubuh tinggi yang mengenakan stiletto 12 sentimeter itu kehilangan keseimbangan.Olivia lupa ia berdiri di anak tangga teratas. Tubuhnya limbung ke arah kanan. Ia berusaha mencapai pegangan tangga, tapi refleksnya tak cukup cepat.
Mysha berusaha menyambar tangan Olivia, tapi wanita berambut pirang itu terlanjur terguling menyusuri lima anak tangga ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
END Passionate CEO x Malam yang Tak Terlupakan
RomanceHR #1 in Romance Bijaklah memilih bacaan! 18+ Dipersembahkan bagi pencari klimaks yang tak terbantahkan. Dibuat oleh orang-orang yang mencari kepuasan hakiki. CERITA MASIH UTUH 100%. Kalau nggak kebaca, silakan baca CARA BACA BAB HILANG Masih nggak...