His Office

187 25 2
                                    

"Ratna!" Teriakku, baru kali ini aku berani berteriak, mendengar suara detikan dalam amplop yang diberikan bunda membuat diriku was-was, apa bunda memasukkan bom ke dalam amplop ini? Apa bunda berinisiatif untuk membunuh Angga?

"Ya ada apa Mrs?" Tanya Ratna heran.

"Apa Jade ada di luar?" Tanyaku kepada Ratna, aku harap isinya bukan apa yang aku harapkan.

"Ada, Mrs mau kemana?" Tanya Ratna lagi.

"Ayo kita keluar!" Ucapku tegas sembari melangkah keluar membawa amplop tersebut, aku melangkah menuju pintu utama dengan sangat pelan.

"Jade!" Teriak Ratna, Jade adalah suami Ratna semenjak Jade tau kejadian yang aku alami, ia menawarkan istrinya untuk bekerja.

"Ada apa Mrs? Kau juga tidak perlu teriak Rat" Ucap Jade sembari mengelus rambut Ratna pelan, aku kadang suka iri dengan mereka, mereka terlihat bahagia dan romantis. Aku kadang suka membayangkan jika Angga menjadi Jade, apa ia akan romantis seperti itu? Aku saja yang terlalu berharap.

"Mrs?" Tanya Jade membuyarkan lamunan diriku, aku menoleh ke arah Jade dengan penuh imajinasi.

"Mrs Rena?" Tanya Ratna membuyarkan lamunan ku yang sudah terbang jauh entah kemana.

"Oh ya, bisakah kau buka ini Jade? Ada sesuatu yang berdetik di dalamnya" Ucapku pelan, untung saja Ratna tadi membuyarkan lamunan diriku, kalau saja Ratna tidak membuyarkannya mungkin sekarang diriku sudah memeluk tubuh Jade.

"Mrs isinya hanya sebuah jam tangan dan sebuah file" Ucap Jade dengan penuh tanda tanya.

"Eh? Ah kalau gitu kita ke kantor Angga! Ratna aku pergi dulu" Ucapku dengan tegas, aku masih tidak percaya dengan isi amplop tersebut, untuk apa bunda memberikan Angga jam tangan? Apa bunda tidak tau, Angga memiliki koleksi jam tangan setiap brand dari A-Z.

"Mrs ada apa sampai mau ke kantor Angga?" Tanya Jade, tunggu dulu mengapa Jade memanggilnya dengan Angga? Setiap orang yang bukan terdekatnya memanggilnya Tuan atau Sir kenapa Jade memanggilnya Angga? Sudahlah terserah orang mau memanggilnya apa.

"Tadi di suruh bunda" Jawabku pelan, aku melanjutkan pekerjaan yang sedari tadi aku lakukan, aku hanya duduk menghadap jendela melihat ramainya kota ini di pagi hari.

'Tring' ponselku bergetar menandakan adanya telepon masuk.

"Ren, Cyon marah, lo dimana?" Ucap seorang perempuan dengan nada lemah lembut, tapi aku mendengar suara lain apa itu Cyon? Mengapa ia mencariku? Biasanya juga ia akan mencaci maki diriku karena telat.

"Sakit Ra, tapi gue ke kantor hari ini mau ngasih berkas" Ucapku kepada perempuan yang bernama Rara dengan nada yang aku buat seperti orang sakit, tidak biasanya aku menggunakan kata-kata 'Lo dan Gue'. Tapi jika aku sedang berurusan dengan teman tidak mungkin aku berbicara dengan 'Aku dan Kamu'.

"Kasih tau Cyon dulu, dia ngamuk karena hari ini CEO mau dateng" Ucap Rara, aku memutuskan sambungan. Angga ke kantor? Untuk apa? Apa untuk memastikan diriku baik-baik saja karena semalam ia meminta jatahnya? Tidak mungkin!

"Mrs sudah sampai" Ucap Jade membuyarkan lamunan-ku untuk kesekian kalinya, aku menoleh sebentar dan melanjutkan aktivitas yang sedari tadi aku lakukan. Aku sama sekali tidak sadar bahwa mobil ini sudah berada di depan lift yang menuju ke lobby.

"Mrs" Ucap Jade lagi.

"Ah, maaf Jade kau tunggu saja di sini nanti saya car call" Ucapku pelan seraya keluar dari mobil menuju lift. Menunggu adalah hal yang menyebalkan, sudah 5 menit berlalu tapi lift ini tidak kunjung menampakkan keberadannya, setelah menunggu 7 menit akhirnya lift ini datang membawa diriku menuju lantai 1 dimana lobby berada.

Ini baru pertama kalinya aku melewati lobby, biasanya aku akan parkir di gedung sebelah agar aku bisa lebih cepat menuju kantor. Gedung ini sebenarnya ada 2, gedung yang pertama adalah gedung untuk para atasan, dan kelas tinggi. Sedangkan gedung yang kedua untuk para pekerja biasa, tidak ada jembatan di antara 2 gedung. Kedua gedung disatukan di lantai paling atas, lantai dimana CEO berada. Para pekerja biasa dengan pekerja kelas tinggi tidak boleh dipertemukan, takut ada perselisihan yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak.

Sesampainya di lobby, aku berjalan menuju lift untuk atasan tapi dirku di hadang oleh dua security mengingat tempat ini untuk kelas tinggi, tidak boleh sembarangan orang masuk.

"Ada perlu apa disini?" Tanya salah satu security yang aku yakin bernama Alan.

"Saya mau ke ruangan CEO" Ucapku pelan, aku tau aku salah memakai baju tapi salah baju gini aku istri seorang CEO.

"Sebaiknya nyonya tunggu di sini terlebih dahulu, kami akan menghubungi sekertaris CEO" Ucap seorang security, kalau boleh aku ingin sekali menerobos masuk kedalam lift tersebut, tapi jika Angga tau mungkin diriku sudah berada di dalam tanah ditangisi oleh kedua orangtuaku.

"Baik, kalau bisa saya harus bertemu dengannya sekarang" Ucapku dengan nada tegas, jika mereka tidak aku beri penegasan mereka akan terus meremehkan dririku.

"Nyonya butuh apa sampai ingin bertemu dengan CEO?" Tanya Alan, mengapa kedua security ini tidak menelpon sekertaris Angga? Apa mereka terlalu merendahkan diriku? Ah sudahlah, aku muak biarkan diriku yang menelpon Angga.

"Tidak perlu tau! Bisakah kau cepat sedikit! Aku sedang buru-buru!" Ucapku dengan nada keras, aku harap mereka sadar siapa yang sedang mereka hadapi!

"Tenanglah sedikit nyonya, kami belum tau nama nyonya" Ucap Alan dengan cengengesan, apa dia pikir aku kesini untuk melamar kerja? Lihat saja nanti!

"Saya? Sirena Lenara Dwipangga" Ucapku dengan sedikit penekanan di nama Dwipangga.

Tiba-tiba terasa ada seseorang yang memegang pundakku, aku menegang ketakutan. Bukan karena kaget tapi saraf geliku berada di pundak.

"Rena? Kenapa kesini?" Ucapnya di telingaku, tunggu dulu ini bukan suara Angga melainkan suara...

"Rena?" Ucap sosok itu lagi. Ini suara...

"Rena ini Axel" Ucapnya lagi, aku membalikkan tubuhku dengan perlahan.

"Axel! Tolong aku Axel! Aku hanya ingin bertemu dengan Angga! Tapi mereka sepertinya meremehkan diriku!" Ucapku dengan penuh memohon, aku sendiri tidak mengerti mengapa aku mengeluarkan sura-suara manja di depan Axel.

"Pagi Sir Axel" Ucap Alan, apa ini yang dinamakan membeda-bedakan, apa karena diriku yang memakai baju kaos dan celana jeans tidak diterima? Keterlaluan!

"Apa Angga ada di kantor?" Tanya Axel tegas, baru kali ini aku mendengar suara tegas Axel apa sifat aslinya seperti ini? Ini namanya satu keluarga dingin semua!

"Tadi keluar sebentar" Ucap Alan ramah, apa selama ini aku yang salah? Mungkin mereka menghalangi diriku ke atas karena Angga sedang tidak ada di ruangan.

"Baiklah, kalau begitu saya dan Rena akan ke atas. Jika Rena kembali kemari biarkan dia masuk" Ucap Axel tegas.

"Baik sir" Ucap mereka bersamaan, kami pergi menuju lift untuk CEO.

"Ren, ada perlu apa sampai ke sini? Tumben banget" Ucap Axel santai, apa dia akan begitu ke orang yang lebih rendah derajatnya dari dirinya? Jika iya, mungkin itulah sebab Axel susah mendapat jodoh.

"Berkas" Ucapku sembari menunjukkan amplop yang bunda kasih, Axel menyuruhku untuk ke ruangan Angga lebih dulu, Axel adalah HRD di kantor ini. Sebenarnya semua keluarga Dwipangga pasti pernah bekerja di perusahaan Angga, selain mencari bantuan Angga mempekerjakaan mereka karena masalah kepercayaan. Aku berjalan santai menuju ruangan Angga yang Axel beri tau.

Kemaren lupa untuk update lanjutannya...

22 Readers

4 Vote

1 Comment

Lanjut Gan...

TBC

The Truth [Completed]Where stories live. Discover now