"Jalang!" Teriak seseorang dari kejauhan, merasa diriku bukan jalang aku mempercepat langkahku menuju ruangan yang berada di depan mataku.
"Rena!" Teriak sosok tersebut, sekarang suaranya lebih dekat dari sebelumnya.
Aku ingin sekali mempercepat langkah kaki ku tapi tangan kanan ku sudah di tarik oleh sosok perempuan yang mengaku dirinya layaknya model.
"Ngapain ke sini!" Bentaknya di kuping kiri ku, mendengar suaranya melengking aku langsung menutup kuping agar tidak mendengar suara nenek lampirnya.
"Apa pedulimu Lia!" Bentak ku balik, tak mau kalah suara aku meneriaki nya lebih kencang.
"Aku sekertaris CEO!" Ucapnya tak kalah kencang nan melengking.
"Ada apa ribut- ribut! Saya sedang bekerja!" Ucap sosok di belakang kami dengan dingin dan tegas, Angga bantulah diriku kali ini! Aku tidak mau berurusan dengan nenek lampir satu ini!
"Sir! Ada Jalang yang ingin masuk ke ruangan Anda! Saya sudah mencoba mencegah tapi dia terus memberontak!" Ucap Lia dengan penuh seringi yang di tekan di bagian Jalang, awas saja kau Lia! Tunggu pembalasanku!
"Aku tidak memesan satu pun!" Ucap Angga lebih tegas dan dingin, aku mencoba untuk berbalik badan tapi tangan kanan ku masih ditahan oleh nenek lampir. Angga melangkah menuju ke arahku, Lia terus menghalangi diriku untuk bertemu Angga.
"Lia! Jika kau terus menyembunyikannya bagaimana aku bisa tau siapa dia!" Bentak Angga lagi, di lantai ini hanya ada ruangan Angga dan ruang meeting. Bisa dipastikan sekarang Axel sedang melihat kejadian ini, dikarenakan ia ke atas untuk meeting bersama dengan Alex.
Angga menepis tangan Lia yang masih saja setia mengenggamku.
"Bapak tidak perlu tau siapa dia! Saya akan membawanya pergi dari sini juga" Ucap Lia dengan penuh keberanian, ia membusungkan dadanya di hadapan Angga. Apa maksudnya? Mencoba untuk pamer apa mencoba untuk tegas?
"Kak! Itu Rena!" Ucap Axel dari kejauhan.
"Rena?" Ucap Angga dengan penuh tanda tanya.
"Lia! Apa benar ini Rena?" Tanya Angga dengan tatapan yang bisa membuat semua orang berlutut kepadanya.
"Iya Sir" Ucap Lia pelan, rasakan itu Lia!
"Kau mengatainya Jalang?" Tanya Angga lagi dengan penuh kemarahan, rahangnya mengeras dan tangannya sudah mengepal.
Lia hanya bisa tertunduk diam.
"Iya! Lia ngatain aku Jalang! Aku kan bukan Jalang! Berani banget dia kayak gitu! Apa dia gak ngaca!" Ucapku dengan penuh semangat, ada apa dengan diriku, mengapa aku seperti anak kecil? Mengapa juga nada sura ku dibuat layaknya anak kecil yang sedang mengadu.
"Lo tuh yang Jalang!" Bentak ku ke Lia, aku mendorong tubuh Lia sampai ia mundur. Angga menatapku dengan penuh amarah, begitu juga dengan Alex.
"Lex, kau jaga Lia! Rena! Kau masuk ke ruangan ku!" Bentak Angga, semua yang berada di situ pun kembali melanjutkan aktivitasnya begitu juga dengan Alex dan Axel, bedanya Alex sedang merangkul Lia dengan penuh kasih sayang. Aku kesal melihatnya begitu!
Angga menarik tanganku dengan cepat menuntunku ke arah ruangan nya yang tidak terlalu jauh.
"Rena!" Bentak nya, ruangan ini kedap suara bukan berarti ini hal bagus, Angga bisa saja membunuh diriku tanpa seorangpun mengetahuinya. Tanganku masih Angga pegang erat, ia menjatuhkan diriku di atas sofa dan ia kembali duduk di kursi kebesarannya.
"Angga! Tapi kan itu benar! Kau tidak pernah membelaku! Lia selalu mengatai diriku Jalang!" Rengek ku, apa aku hamil? Tidak mungkin! Mungkin aku sedang datang bulan. Angga berjalan dengan tegas menuju sofa yang aku duduki,
PLAK
Tamparan keras mendarat di pipi sebelah kiri. "Kau! Apa kau tau! Lia adalah Calon Istri Alex" Bentak Angga lagi, ia menekankan kata 'calon istri' agar aku tidak macam-macam dengannya. Aku masih saja memegangi pipi kiriku, sakitnya tak kunjung hilang tidak seperti biasanya.
"Angga! Kau menamparku lebih keras kali ini! Ini sangat sakit!" Ucapku manja, tiba-tiba saja diriku mual, tapi tadi pagi aku makan buah dan roti, apa ini karena aku belum makan berat? Mungkin.
"Bisakah kau diam! Apa mau kutampar lagi? Jika itu mau mu, aku bersedia" Ucapnya dingin dan tegas, sekarang Angga sudah menjadi dirinya sendiri, gagal sudah rencanaku.
"Kau kenapa? Apa maag mu kambuh? Mukamu pucat" Ucap Angga pelan tanpa berpaling dari laptopnya.
"Aku belum makan, ini bunda nitip sesuatu" Ucapku pelan, efek belum makan juga lumayan parah, jalan menuju meja Angga saja sudah lemas begini, gimana pulang nanti.
"Ini berdetik" Ucap Angga pelan, apa ia tak waspada? Bagaimana ia bisa cuek seperti itu sedangkan diriku saat menerimanya sudah sangat khawatir. Mungkin ia tau bahwa aku sudah melihat apa isinya.
"Isinya jam sama amplop" Ucapku pelan.
"Jam tangan?" Tanya Angga dengan mata penuh dengan ketakutan tapi masih bisa tegas. Aku hanya menangguk menjawab pertanyaan yang Angga lontarkan.
"Dasar! Perempuan tua! Dia tau caranya membuat diriku luluh!" Ucap Angga kesal, ia membanting kotak yang berisikan jam dan membuang kertas tersebut asal.
"Istriku yang cantik belum makan bukan? Ayo kita makan dulu" Ucap nya dengan nada jijik, rasanya aku ingin tertawa tapi perutku terasa mual.
"Angga, toilet di mana?" Tanyaku dengan pelan, tubuhku sudah ingin mengeluarkan sesuatu. Tanpa basa-basi Angga menarikku memasukki kamar mandi, ia keluar tapi sebelum ia keluar rasa mual ini sudah sampai di mulutku. Aku muntah berkali-kali tapi tidak ada satupun yang aku keluarkan, dan muntah ini menyiksa.
"Kau belum makan dari pagi" Ucap Angga membantuku untuk muntah.
"Masih ada nasi padang, kau mau? Aku belum menyentuhnya" Ucap Angga sembari memijat-mijat tengkuk ku.
"Boleh" Ucapku pelan, setelah muntah tadi tubuhku terasa lemas, mungkin ini efek tidak makan.
"Ini" Ucap Angga menyodorkan nasi padang. Aku mengambil nasi padang tersebut dan berjalan menuju sofa, baru saja 2 suapan nasi tapi diriku sudah muntah. Apa aku hamil? Tidak mungkin! Kami baru melakukannya semalam!
"Kau panas, ayo pulang" Ucap Angga pelan.
"Nanti muntahmu biar aku yang bersihkan" Ucapnya lagi, tapi sekarang tubuhku lemas, tidak bisa dibawa jalan.
"Kau tidak bisa jalan? Naiklah" Ucap Angga seraya menurunkan tubuhnya untuk aku naiki.
"Aku berat Angga, aku juga tidak apa-apa ini hanya muntah" Ucapku pelan, tapi sepertinya tubuhku berkata lain aku muntah untuk kesekian kalinya.
Karena banyak yang minta cepet update dan author lagi baek nih yee..Wkwkwk, jadi di percepat tapi ingat... Butuh vote, comment juga buat lanjut jadi jangan asal enak baca tapi gak ninggalin jejak.
AUTHOR MARAH NIH
TBC
YOU ARE READING
The Truth [Completed]
Genç Kız EdebiyatıCERITA MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN HARAP BIJAK DALAM MEMBACA! RANDOM PRIVATE STORY (FOLLOW DULU) (Sequel; Angga & Rena) Menunggu kebenaran bukan hal yang paling menarik untuk di ungkap namun, jika kebenaran itu akan merubah nasib seseorang apa menung...