Taukah Hati Ini Luluh

109 12 0
                                    

"Non Rena kenapa? Kok nangis" Tanya Jose heran, aku mengerti perasaan Jose yang sungguh khawatir dengan diriku, mereka mengenal diriku sebagai 'anak aneh' itu di karenakan aku tidak menangis di saat kakak ku meninggal dan saat perpisahan. Aku bisa menangis tapi bukan menangis seperti orang biasa, aku menangis ketika perasaan diriku sudah di jatuhkan berkali-kali.

"Bukan apa-apa, Pak saya ada urusan penting, nanti kalau ayah nanya saya kemana bilang saja balik" Ucapku pelan, aku mengusap air bening yang terus mengalir di wajahku. Aku masuk kedalam mobil dan langsung kupacu mobil ku entah kemana yang penting aku bisa menghilangkan pikiran tentang surat tersebut.

'DRT' 'DRT'

Dering di ponsel ku tidak kunjung berhenti dan yang lebih parah lagi sudah tertera nama Axel di layar tersebut, membuat diriku semakin kesal dengan keluarga Dwipangga. Tapi jika Axel ingin meluruskan semuanya kenapa tidak aku angkat? Bukankah lebih baik penjelasan dari pada menduga-duga hal tidak jelas?

"Apa Xel? Kurang apa nyakitin nya? Bunuh aja sekalian! Bunuh Sirena Lenara!" Bentak ku kesal, aku membanting stir mobil menuju arah taman, walau aku sedang stress aku masih tau aturan lalu lintas.

"Rena, Ini bukan Axel ini Angga! Silahkan matikan sambungannya jika kau tidak ingin mendengar penjelasan" Ucap Angga dingin, apa lagi sekarang? Sikapnya berubah menjadi pria dingin lagi! Apa belum cukup menyakiti diriku dengan sikap dingin dan sok elegannya? Apa belum cukup untuk membunuh harpanku? Apa belum cukup Angga membunuh mentalku? Bunuh aku sekalian! Jangan biarkan aku merasakan sakit yang menyakitkan!

"Sirena Lenara, aku jijik melihatmu! Sungguh menjijikan melihat dirimu dekat dengan diriku, aku lebih baik bermain dengan para pelacur di banding dirimu! Kau membuat harga diriku turun! Sungguh memalukan! Aku tidak mau bertemu dengan mu karena kau telah melakukan satu hal yang membuat diriku malu! Mungkin kau tidak tau, tapi Riana memberitaukan hal tersebut kepadaku dan itu membuatku muak dengan dirimu! Benar apa kata Lia, kau Murahan!" Bentaknya dari ujung sana, aku tercengang mendengar perkataan tersebut sungguh untuk kesekian kalinya aku dikatai murahan!

"Apa maksudmu murahan Angga?" Tanyaku heran, walau aku tidak berbicara kepadanya karena sambungan kami sudah di putus tapi aku masih setia menaruh ponsel itu tepat di kupingku berharap dia akan menelpon lagi dan menjelaskan apa maksudnya tadi.

Aku keluar dari mobil menenangkan diriku yang sudah tidak karuan, aku mengerti perasannya terhadap diriku tapi apa yang telah Riana lakukan sehingga Angga berbuat begitu? Angga tidak mungkin mengatai diriku murahan tanpa penjelasan, haruskah aku bertemu Riana? Bukankah dia bisa memberitau apa yang terjadi? Riana!

"Sirena Lenara Dwipangga" Ucap seseorang di sebelahku, aku sedang berdiri di depan mobil dengan muka yang kusam akibat stress, jika kalian protes dengan keadaanku sekarang ampuni saja, bukannya aku tidak peduli dengan janin yang berada di kandungan tapi Angga yang membuat diriku makin sulit untuk menghindari stress.

"Nona? Kau kenapa bisa di luar sperti ini? Apa ada masalah dengan Angga?" Tanyanya lagi, aku tidak pernah berfikir bahwa dia orang asing bahkan aku sempat berfikir bahwa dia adalah Revan, bukan aku rindu kepadanya hanya saja Revan memperlakukan diriku layaknya tuan putri walau aku sempat ditodong pistol olehnya.

"Rena, besok kan ada acara keluarga besar masa kamu di sini aja, pulang sana ke rumah biar ayah yang ngurus Angga, ayah tau kok kalau kamu lagi stress. Ayah juga udah baca surat yang kamu tinggalin di teras" Ucapnya lembut, ayah membelai rambutku pelan walau sebenarnya aku sedikit terusik dengan keberadannya, walau rumah tanggaku hancur aku tidak mau ada seorang pun tau tentang hal ini.

"Ayah, biarkan aku sendiri jangan ikut campur masalah keluarga ku, aku tau ayah begitu peduli dengan diriku, tapi Angga lebih sulit dari yang ayah duga" Ucapku pelan, aku masuk kedalam mobil dan langsung kupacu mobilku, tidak kupedulikan ayah yang teriak memanggil namaku sedari tadi, yang kupikirkan hanya satu, bagaimana caranya aku bisa meluruskan semua hal yang Riana lakukan!

The Truth [Completed]Where stories live. Discover now