"Alex meracau apa Angga? Tidak mungkin dia akan membunuh Revan dengan sebegitu mudahnya jika amarahnya belum naik!" Bentak Avery lagi, aku hanya bisa diam mendengar pertengkaran hebat mereka ingin rasanya aku berontak dan menghentikan pertengkaran mereka tapi apa daya diriku yang tidak di anggap hadir di sini.
"Kau bahkan tidak di kenal oleh Alex dan Axel! Kau tidak tau mereka!" Balas Angga tak mau kalah, Axel yang melihatnya mundur menuju arah ranjangku dan mereka masih saja bertengkar layaknya anak kecil sampai satu kalimat meluncur dari mulut Angga yang membuat kami semua melongo heran
"Kau hanya anak pungutan dari keluarga Vanthius Alex! Kau tak berhak menjadi anak keluarga Dwipangga!" setelah mendengar satu kalimat itu perdebatan mereka berhenti dan entah mengapa Avery menangis tersendu-sendu, aku melihat ke arah Angga dan Axel meminta penjelasan tapi keduanya hanya menangkat bahu menandakan 'tidak tau'
"Kak, sudah jangan menangis kau bisa cerita kepadaku" Ucapku pelan seraya menenangkan Avery yang menangis tersendu-sendu di lantai.
"Kau memangil aku kakak? Siapa kau? Aku pernah lihat kau di rumah Angga waktu itu tapi aku tidak tau siapa dirimu" Ucap Avery heran, sejak aku resmi menikah Avery tidak tinggal di Indonesia dia melarikan diri dengan Revan ke Amsterdam, setelah ia tau bahwa Revan meninggal dia kembali hanya untuk memastikan adik nya baik-baik saja.
"Dia istriku, yang sering aku ceritakan" Ucap Angga, apa Angga suka menceritakan diriku kepada Avery? Apa dia melakukan KDRT juga perintah Avery?
"Kau kakak nya Riana?" Tanya Avery heran, aku hanya menangguk tidak mau membuat permasalahan ini jadi panjang. Avery bangun dari duduk nya menatapku dengan penuh kebencian, aku tidak mengerti mengapa dia melakukan hal tersebut tapi sebenarnya apa yang Angga telah ceritakan!
"Kau akan tau saat hari kamis, bunda akan membongkar semua rahasia keluarga kita! Aku pulang!" Teriak Avery, teriakannya bukanlah teriakan perempuan biasa tapi teriakannya seperti laki-laki yang sedang berbicara lantang, suaranya tegas dan keras tapi tidak cempreng. Avery menaruhl barang-barang yang ia telah beli untuk Angga dan pergi begitu saja, belum sampai 2 detik Avery pergi Horvan datang membawa sebuah paper bag dan satu tas berwarna hitam.
"Entah ini dari siapa tapi ini titipan untukmu Angga" Ucap Horvan pelan, ia menaruh barang yang ia bawa di dalam lemari. Kamar ini adalah kamar VVIP dan bukan sembarang orang bisa di rawat di ruangan ini, Axel bilang bahwa awalnya aku hanya di kelas 1 di karenakan aku adalah pasien UGD dan tidak ada nama gelar perusahaan, sampai Axel datang dan meminta diriku untuk pindah ruangan.
"Aku pergi keluar sebentar" Ucap Axel pelan, matanya penuh dengan rencana apa kali ini dia meninggalkan diriku dengan Angga di ruangan ini agar bisa lebih akrab? Jangan harap! Angga saja tidak pernah peduli dengan kondisiku, saat dia masuk ke ruangan ini ia bahkan kaget melihat diriku yang terkulai lemas, bukan kaget karena kondisiku tapi dia kaget mengapa aku bisa satu ruangan dengannya.
Kami tidak berbicara satu sama lain hanya hening yang menyelimuti kami, seketika pintu terbuka dan memperlihatkan dokter yang merawatku.
"Ibu sudah minum obat? Ibu bisa pulang hari ini" Ucap dokter itu pelan, aku sungguh bersyukur mendengar ucapan dokter. Bukan karena aku bisa pulang hari ini melainkan dia tidak membahas tentang diriku yang sedang hamil.
"Wah istriku bisa pulang duluan, jaga rumah selagi aku di sini ya" Ucap Angga licik, andai saja aku bisa memarahinya mungkin sekarang aku sudah berkelahi dengannya.
"Urus kerjaan kantor selagi aku di sini, kau akan menerima e-mail hari ini juga" Ucap Angga lagi, dokter bilang aku tidak boleh stress tapi jika begini caranya apa stress tidak akan terjadi? Dasar kau suami menyebalkan!
YOU ARE READING
The Truth [Completed]
ChickLitCERITA MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN HARAP BIJAK DALAM MEMBACA! RANDOM PRIVATE STORY (FOLLOW DULU) (Sequel; Angga & Rena) Menunggu kebenaran bukan hal yang paling menarik untuk di ungkap namun, jika kebenaran itu akan merubah nasib seseorang apa menung...