"Kalau begitu mengapa wajahmu mirip dengan Avery?" Tanyaku tanpa ada sedikit ketakutan, aku berusaha untuk menutupi ketakutan tersebut tapi sialnya Revan hanya terkekeh geli melihat diriku yang sok jagoan.
"Kau masih saja bertanya, sudah jelas bukan bahwa saat ayahku menghamili bunda, bajingan itu sudah menjadi selingkuhan bunda" Ucap Revan dengan penuh penekanan, dirinya sangat benci dengan keluarga Dwipangga dan itu bisa terlihat jelas, sekarang diriku yang bahkan membabi buta tidak tau arah harus ikut kedalam pertengkaran ini, apa menjadi sebuah CEO harus selalu bermasalah? Spertinya iya.
"Kau mau apa Revan?" Tanya Axel dari belakang, sedari tadi ia sudah mengepalkan tangannya melihat drama yang tidak jelas arahnya.
"Aku hanya ingin Rena menjadi istriku" Ucap Revan pelan, aku tersentak sampai menelan ludahku sendiri bagaimana tidak, aku sudah sah menjadi istri Angga dan sekarang diriku menjadi perebutan. Aku sendiri tidak mengerti mengapa Revan ingin sekali aku menjadi istrinya, aku tidak cantik maupun baik.
"Revan John Alexander! Kau kesini hanya untuk itu? Ambil saja dia sesuka hatimu!" Ucap Angga tegas, apa di matanya aku tidak berharga apa aku begitu menjijikan sampai dia bilang begitu? Apa harus dia berkata begitu? Aku tau ini sudah kesekian kalinya Angga berkata begitu tapi hatiku masih saja belum terima, padahal kemarin ia bilang mencintaiku. Sungguh ia adalah Raja Sandiwara.
"Woah, kau telah menyakiti perasaan seorang gadis Angga" Ucap Revan dengan nada shock yang ia buat, apa yang Revan katakan benar persaan memang tidak bisa di lihat tapi bisa di rasakan dan rasanya sakit, terkadang nasibku tidak seburuk ini tapi semenjak menikah nasibku makin buruk.
"Kau mau kita menderita bukan? Dengan cara apa?" Tanya Angga acuh, dia kesal melihat Revan yang datang tiba-tiba dan bercerita tidak jelas. Sedangkan Revan hanya diam mematung tidak mengerti ucapan Angga, terkadang ucapannya bisa singkat, padat, dan dingin tapi juga bisa singkat, tidak jelas, dan dingin. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mengerti ucapannya.
"Aku hanya perlu kau menandatangani kontrak perusahaan Alexander" Jawab Revan santai, Angga sudah tau dengan hal yang akan Revan minta karena beberapa hari yang lalu aku mengerjakan berkas kontrak perusahaan Alexander. Walau aku bekerja di bidang divisi pemasaran tapi bukan itu yang aku kerjakan, aku hanya membantu melihat dan memilih berkas-berkas yang akan di tanda tangani CEO.
"Tepatnya sudah aku robek, perjanjian macam apa yang menggunakan bahasa yang kasar dan menuntut hal yang lebih" Ucap Angga acuh, David di perintahkan Angga untuk membawaku keluar selagi Revan memarahi Angga, tapi bodyguard Revan sudah berdiri cantik di depan pintu masuk menuju ruangan Angga.
"Ugh, hari kamis ada perkumpulan keluarga, dan aku akan berada di sana" Ancam Revan, ia telah mengaku kalah karena sikap Angga yang tidak bisa di tolerir lagi. Kalau Angga tadi berkelahi mungkin sekarang Revan dan para bodyguard sudah di tangisi banyak orang dan di bacakan doa.
"Ren kau sebaiknya kembali ke divisi-mu, kerjakan berkas yang Ardan berikan! Pulang setelah itu selesai" Perintah Angga, aku ingin sekali menentangnya dia tadi berkata bahwa aku kerjakan saja di rumah berkasnya dan sekarang karena ada Revan aku harus lembur? Sangat tidak seru!
Aku berjalan gontai menuju lift rasanya kepalaku pusing, pandanganku juga mulai kabur tapi harus kupaksakan agar sampai di lantai 12.
"Ren?" Tanya seseorang yang kuyakini adalah perempuan. Aku tidak membalas kepalaku pusing dan pandanganku sudah hitam putih, sebentar lagi aku akan pingsan tidak lama lagi. Tapi dugaan-ku salah aku sampai di ruangan dan duduk manis menyelesaikan berkas, pandanganku mulai kembali dan kepalaku sudah tidak pusing lagi mungkin karena aroma terapi yang selalu aku pasang.
"Ren udah pada pulang, ini juga udah mau subuh, gak pulang lo?" Tanya Ardan khawatir, sebenarnya Ardan khawatir karena melihat adanya Revan di kantor, ada masalah antara dirinya dengan Revan semenjak sekolah dasar (SD) dan satu divisi ini, divisi pemasaran sudah tau bahwa diriku sudah resmi menikah dengan Angga makannya mereka semua bersikap baik padaku walau aku tau niat mereka busuk.
"Duluan aja Dan, masih ada 10 lagi" Ucapku lesu, aku berdiam diri di kantor sampai lupa waktu, ini semua gara-gara Revan! Coba saja Revan tidak datang mungkin dari tadi aku akan menikmati tidurku, tapi pupus sudah harapanku! Revan awas saja kau, sampai aku melihat-mu lagi akan kupastikan kau akan kubunuh! Berharap saja kau belum mati di tembak Angga!
Adzan subuh sudah berkumandang dan diriku masih setia di depan laptop mengerjakan 2 laporan yang tersisa, sebenarnya itu punya Sei tapi dia tidak masuk hari ini sebagai teman yang baik terpaksa aku harus mengerjakan laporan tersebut.
DRRT
Suara telepon yang berada di ruangan Cyon terus-terusan berbunyi, awalnya ku menghiraukannya tapi telepon itu untuk kesekian kalinya berbunyi dan membuat diriku merasa risih. Aku menghiraukan panggilan tersebut dan berlari menuju lobby, aku lupa bahwa hari ini aku tidak membawa mobil dan sialnya ini sudah malam! Tidak ada taksi hanya ada satpam jaga yang tinggal di kantor.
"Loh ibu kok masih di kantor? Bapak udah pulang beberapa jam yang lalu" Ucap Alan yang tak lain adalah security yang pernah merendahkan diriku, pakai berbohong pula kepada Axel.
"Lan bawa motor?" Tanyaku dengan penuh harapan, dari semenjak aku SD aku bukanlah seorang gadis melainkan aku seorang pria yang terjebak di dalam tubuh seorang gadis, itu yang teman-temanku bilang, sifatku tidak berbeda jauh dengan pria di luar sana tapi jika sudah berada di dekat Angga sifat agresif yang aku punya hilang dalam sekejap.
Tak ada sahutan dari Alan, aku sudah menunggu hampir 2 jam dan tak satu-pun taksi datang akhirnya aku memutuskan untuk pulang di tengah kegelapan dan di tengah hujan deras, jika aku menunggu lebih lama lagi sampai rumah Angga akan menyiapkan pisau untuk membunuhku, walau kalian pikir itu lebay tapi kenyataan nya memang begitu! Aku berjalan menerpa angin dingin dan hujan, mereka menusuk setiap inci kulit-ku, pandanganku tidak bisa melihat jauh, dan aku harus berusaha melawan badai besar!
Perjalanan menuju rumah memakan 4 jam, hujan dingin yang menerpaku malam ini membuat diriku harus beristirahat di halte bus, aku sudah tidak peduli lagi dengan kondisiku yang basah kuyup yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya pulang! Aku mencoba menghangatkan tubuhku dan kembali berjalan lagi jika sudah hangat, ternyata hanya butuh 2 menit dari halte terakhir untuk aku sudah sampai di depan gerbang penjaga, aku masuk ke dalam gerbang tersebut tapi nasib sialku datang lagi, bajuku lusuh karena badai dan mukaku seperti orang gila jadi para satpam yang sedang berjaga mereka memukuli diriku, karena aku bilang bahwa aku orang sini dan mereka tidak percaya sampai aku terbangun di rumah sakit.
LANCAR JAYA
JANGAN LUPA BACA TAP LINK DI BIO
YOU ARE READING
The Truth [Completed]
ChickLitCERITA MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN HARAP BIJAK DALAM MEMBACA! RANDOM PRIVATE STORY (FOLLOW DULU) (Sequel; Angga & Rena) Menunggu kebenaran bukan hal yang paling menarik untuk di ungkap namun, jika kebenaran itu akan merubah nasib seseorang apa menung...