Kau Menang Menangkan Hatiku

128 11 0
                                    

Tembakan keras meluncur tepat di hadapan ku, bukankah seharusnya aku yang di bunuh? Mengapa Riana yang membunuh dirinya sendiri? Apa jangan-jangan! "Maaf, hanya saja ini perintah yang tidak bisa saya tolak" Ucapnya pelan, ia menunduk malu atas apa yang ia lakukan.

"Ratna? Atas perintah siapa? Kau bekerja untuk siapa?" Sudah tamat riwayat diriku! Aku hidup di kawasan pembunuh, adik sampai pembantu pembunuh apa Angga akan jadi pembunuh juga? Jangan sampai!

"Aku!" Suara baritone yang jarang sekali aku dengar, dia bukan Angga, bukan juga Alex maupun Axel tapi lebih parahnya lagi dia bisa di juluki dengan 'mayat hidup lagi' Revan! Ya Revan hidup lagi, dia seperti musuh yang bisa hidup lagi di sebuah film! Apa ini hanya ilusi? Ayolah bangun!

Aku berjalan gusar kea rah Revan, benci dan rasa berterima kasih bercampur menjadi satu. Tapi ego yang aku punya datang begitu saja membuat diriku kesal tak karuan!

"Kau gila! Kau sudah punya suami Rena! Aku tau kau ingin berterima kasih tapi tidak begitu caranya!" Ucapnya begitu kesal.

Entah setan apa yang merasuki diriku, aku dengan tiba-tiba memeluk Revan, walau hanya sebentar rasanya begitu aneh. Jika yang lain bilang bahwa ini bawaan bayi, bukan aku memang sudah terbiasa jika ingin berterima kasih atau memang mau menenangkan seseorang pasti aku akan memelukknya tapi entah mengapa aku melihat Revan layaknya Angga.

"Bangun!" Bentaknya tidak karuan, bukan mimpi hanya saja aku terlalu shock saat Riana datang, padahal Riana tidak berniat membunuh diriku hanya saja aku punya delusi bahwa Riana akan membunuh diriku. Siapa lagi jika bukan Angga, pria dingin dan menyebalkan satu ini selalu bisa membuat diriku terbangun dari semua masalah.

Aku mulai mengerjapkkan mata, sinar terang benderang membuat mataku sedikit perih. Entah dimana ini tapi yang pasti ini bukan di rumah sakit, bahkan aku tidak tau ini dimana. Sudah kebiasaan Angga membawa diriku dan tidak memberi tau kemana kita akan pergi.

"Tenanglah Riana tidak mati, aku menyelamatkan dirimu sebelum semua itu terjadi, kenapa kau tidak pernah bilang padaku bahwa Riana pernah sekali menggunjungi dirimu? Aku begitu khawatir Rena, kau istriku dan sudah menjadi kewajiban diriku untuk menjagamu" Ia bernafas sebentar dan kembali melanjutkan perkataannya. 

"Maukah kau menikahi diriku untuk ke dua kalinya, aku tau aku masih sering membentak dirimu tapi semua itu aku lakukan untuk kita bertiga, aku sudah tau dari awal bahwa kau mengandung anakku tapi aku tidak mau membuat dirimu shock sehingga aku menyembunyikannya" Matanya sudah penuh dengan linangan air mata tapi ada satu yang menyita perhatianku.

"Bagus Ga! Bagus banget! Doi pasti mau balik lagi sama lo! Padahal ini cuman sandiwara! Lucu ya, manusia itu melihat tapi gak mengamati, lebih tepatnya mereka bodoh! Ya kan?" Ucap seseorang dari posel, sungguh ingin rasanya aku menampar wajah Angga, aku begitu percaya dengan apa yang dia ucapkan untung saja pendengaranku bagus, ternyata ia sedang bersandiwara.

"Brengsek! Case kita jadi bubar! Lo ngomong nunggu si lawannya ngomong dulu kek! Ini malah langsung! Bego! Gimana mau kelar case nya kalo kayak gini!" Rutuknya tidak karuan terhadap lawan bicaranya, aku mengerti beberapa hari ini ia berhenti bekerja dan melanjutkan hal yang biasa ia kerjakan, tapi terkadang dia akan mengerjakan sesuatu yang bahkan aku sendiri tidak tahu.

Tapi ini adalah hal yang lucu, baru kali ini Angga berbicara kasar dan tidak formal, lucu jika melihatnya bisa marah-marah tanpa ada jeda dan elakkan dari lawannya. Tapi terkadang akan menjadi aneh jika dia berbicara dengan bahasa sehari-hari tapi dengan nada formal.

"Belom yak? Sorry Ga! Harusnya kita bisa buktiin kalo itu kenyataan! Sorry banget Ga! Gue lanjut kerja yak! Nanti meeting ya! Jam 7 malem" Sebenarnya apa yang mereka kerjakan? Sampai Angga begitu antusias melakukan sandiwara ini.

"Dasar Vino" Ia hanya bisa tersenyum masam memandangi ponselnya. 

"Ren, ini hari kamis, bukankah kau ingat apa yang akan kita lakukan disini? Sebaiknya kau bersikap lebih dewasa" Ucapnya lagi, entah mengapa akhir-akhir ini Angga menjadi lebih tenang tidak seperti biasanya.

"Hmm" Jawabku tidak peduli, siapa juga yang suka di bandingkan? Hanya karena diriku percaya akan ucapannya dia bisa bilang begitu? Ayolah mana ada perempuan di dunia ini yang tidak percaya dengan embel-embel yang ia buat!

"Tayakan apapun kepada 'nyonya tua' jika kau belum puas tanyakan saja padaku, kau akan mengetahui segalanya nanti"

"Hmm" Jawabku acuh, aku masih kesal terhdapnya dia bisa sebegitu santainya mengucapkan kata-kata 'pernikahan' layaknya membeli kacang goreng, jangan sampai ia mengucapkan kata yang sebegitu menyakitkannya dengan mudah!

Angga turun dari mobil dan langsung menuju halaman, aku masih di mobil merapikan baju dan rambutku. Ini hari kamis artinya acara keluarga besar kami akan datang menghadiri perjamuan makan siang, ini bukan di rumah yang biasa aku tempati melainkan ini di kediaman keluarga Dwipangga. Entah sejak kapan aku setuju untuk ikut ke sini, tapi sepertinya Angga di ancam untuk datang kemari bersama ku.

Aku melihat kebelakang sudah banyak mobil yang berdatangan, aku pikir awalnya hanya keluarga kecil kami yang akan hadir nyatanya semua keluarga besar datang. Walau dulu sempat ada acara seperti ini juga tapi tidak semuanya hadir, membuat diriku gugup setengah mati. Kejadian Lia terus terngiang di kepalaku, walau sudah lama kejadiannya tapi tetap saja.

"Rena! Sini" Teriakan cempreng tapi menggelegar mengisi satu ruangan ini, walau sebenarnya aku tidak di dalam ruangan. Adit, sepupu playboy yang paling ngeselin, entah nama panjangnya apa karena emang males deket semenjak nikah, tapi walau dia playboy dia orang yang pertama kali menikah dari 10 cucu nenek.

Mencari keberadaan Angga sungguh menyiksa diriku, aku sudah berada di meja perjamuan tapi dirinya tak kunjung datang, terlebih lagi semuanya sudah berada disini dengan pasangannya masing-masing. "Rena? Angga mana? Kok gak keliatan?" Pertanyaan macam itu selalu muncul, dan itu membuat diriku frustrasi.

"Maaf saya telat, tadi ke toilet sebentar" Siapa lagi kalau bukan suara Mr. Cold, Angga datang di saat pertanyaan ke-13 di luncurkan. Bukannya duduk di sebelah ku ia malah menyuruh Adit pindah, yang tempat duduknya tepat di hadapanku. Dengan berat hati Adit harus pindah meninggalkan istrinya.

"Suami lo serem amat dah, bekas militer?" Bisik Adit heran, walau Angga tidak menyuruh Adit secara paksa untuk pindah tapi terlihat jelas dari sorot matanya bahwa Angga tidak mau duduk di sebelahku.

"Kurang tau Dit, gak begitu mau tau past nya" Jawabku lirih, kami berbicara di saat pembukaan acara. Saking membosankannya kami malah asik mengobrol tapi berbeda dengan yang lain, mereka malah mendengarkan dengan saksama membuat kami beruda risih.

"Baik karena semua sudah berkumpul kami selaku orangtua Angga dan Rena, ingin sekali merayakan Anniversary kalian. Apa yang kalian inginkan?" Paling benci jika pertanyaan ini muncul, kami saja tidak ingat dengan Anniversary. Bagaimana mereka bisa begitu antusias dengan hal ini?

"Cerai!" Sudah sangat jelas, Angga memang meminta cerai dari awal pernikahan kami tapi ia tidak bisa karena embel-embel orangtuanya. 

"Aku ingin cerai dengan Rena dan menikah dengan Riana" Ucapnya lagi, yang lain melihat Angga dengan tatapan heran dan kaget. Diriku hanya bisa bungkam dan menatap kosong ke arahnya.

"Bisa banget kamu bercandanya Angga" Bunda begitu tenang dan sabar meihat kelakuan Angga, dia sudah tau semua rencana busuk Angga, bahkan bunda bisa dengan mudahnya mengganti topik pembicaraan seperti saat ini.

"Kan itu Angga yang mau, Rena nya kan belom tentu mau, kalo yang ini dua-duanya harus mau! Bunda sama momnya Rena udah gak sabar gendong cucu nih!" Namanya juga emak-emak hal ini pasti terjadi, dan inilah yang paling aku benci! Walau sebenarnya aku lagi mengandung tapi itu adalah hal terburuk yang pernah terjadi, bukan aku tidak senang memiliki anak tapi pasti aku harus mengasingkan anak tersebut ke tempat lain.

"Apaansih bun! Jelas-jelas Rena udah ngandung 3 bulan" Siapa lagi kalau bukan Axel, apa mulut keluarga Dwipangga tidak bisa di segel? Kepalaku rasanya ingin pecah jika mereka mengeluarkan kata demi kata yang bersangkut pautnya dengan diriku.

Semuanya hanya bisa terbelak kaget, bahkan Adit juga kaget melihat diriku yang santai saja. Usia kandungaku mungkin sudah besar tapi perutku tidak kunjung membesar, mengapa? Karena aku selalu angkat barbell dan yoga setiap harinya, sehingga kehamilanku tidak begitu terlihat.

The Truth [Completed]Where stories live. Discover now