Kau Buatku Tergila-gila

204 16 4
                                    

"Sirena Dwipangga! Jangan keras kepala, kau sudah menodai jas ku! Sekarang kau harus pulang, biar aku yang mengantar!" Ucapan Angga seolah tak terbantahkan, aku benci saat Angga mengatakan dirimu keras kepala, aku bukan keras kepala hanya saja aku tidak mau ia harus mengangkat tubuhku dan merelakan tubuhnya.

"Aku akan pulang, tapi jangan suruh aku untuk naik ke atas tubuhmu" Ucapku rendah.

"Apa kau bisa berjalan?" Aku mengerti Angga benar-benar protektif padaku.

"Bisa" Cicitku, aku mulai menggerakkan kakiku untuk melangkah menuju lift.

"Lihat bahkan kau tak bisa mengangkat tubuhmu sendiri, biarkan kali ini saja aku membantu mu Rena" Angga membantu ku berdiri, ia menggendongku ala pasangan suami istri yang baru saja menikah.

"Dengan siapa kau kemari, Dear? Angga melemahkan suaranya, jika waktu bisa dihentikan maka aku akan memilih selamanya Angga terus begini.

"Jade" Angga segera mengambil ponsel nya dan menyuruh Jade agar segera menuju lobby.

Setelah lift sampai dibawah, tubuhku benar-benar lemas, aku bisa mengirup wangi parfum angga dan wangi keringat nya. Aku terkulai lemas dalam pelukan suamiku sendiri.

Jade segera berlari melihat kondisi ku yang sudah tak sadarkan diri, Angga membaringkan tubuhku di atas pahanya, kali ini Angga benar-benar bersikap lembut dan seolah ia berdoa agar aku tak apa-apa.

"Ratna! Kau jaga istriku dengan nyawamu sendiri, aku harus kembali ke kantor sekarang" Angga berlari secepat kilat layaknya seorang atlit, ia menggambil beberapa lembar kertas dan menghubungi Jade untuk menyiapkan mobil mewahnya.

Ratna masuk kedalam kamar membawa bubur dan air hangat setelah Angga keluar dari rumah, ia menatapku dengan tatapan sendu. "Mrs butuh apa biar saya buatkan" Ratna menundukkan kepalanya.

"Aku hanya butuh istirahat, bisa kau matikan lampunya dan nyalakan pendingin ruangan? Ini sungguh gerah" Ratna mengangguk paham dan keluar setelah menyelesaikan pekerjaannya.

"Rena!" Teriak Angga dari arah ruang makan, aku yang mendengarnya terbangun dan menyadari diriku yang tertidur di kamar Angga.

Tunggu dulu tadi bukankah diriku tidur di kamar tamu saat Angga membawaku, mengapa sekarang diriku berada di kamarnya? Apa tadi hanyalah sebuah mimpi? Sialan, aku sudah terlanjur bahagia.

Aku berjalan cepat setelah meredakan kekesalan dan segala rasa malu yang aku rasakan, aku menuruni tangga dengan cepat agar Angga tak menunggu lama akan kehadiran ku, namun rasanya sangat sakit saat berada di anak tangga terakhir.

"Shit!" Umpatku kesal, ini mengingatkan diriku bahwa apa yang kami lakukan semalam adalah kejadian nyata tidak seperti perlakuan Angga yang hanya memberikan harapan palsu.

Angga berjalan mendekati ku, ia menatapku dari bawah hingga atas dengan tatapan penuh dengan gairah.

"Pakai bajumu bodoh! Kau berniat membangunkan juniorku? Kau tahu apa akibatnya bukan?" Sialan aku benar-benar lupa akan hal ini, mimpi benar-benar menyebalkan.

"Apa masih sakit? Aku tak akan menyentuhmu jika masih terasa sakit" Aku mengangguk, tidak aku tidak mau lagi di sentuh olehnya. Sungguh aku menghabiskan waktu 7 jam bersamanya dalam sebuah pergelutan.

Angga membuka jas hitamnya dan memakaikan pada tubuhku. "Sebaiknya kau tidur, ini sudah malam" Ucapku pelan agar menutupi kegugupan ku dan suara detak jantungku yang tidak karuan.

"Apa? Tidur? Aku belum makan malam Rena!" Angga menatapku kesal, sungguh aku lupa bahwa tak ada lagi pembantu di rumah ini.

Aku berjalan kearah dapur mencari bahan makanan namun hanya harapan kosong. Seolah isi kulkas baru saja di rampas.

The Truth [Completed]Where stories live. Discover now