"Dokter! Dia sudah bangun!"
Aku mencoba membuka mataku perlahan aku bisa lihat banyak perban di tangan dan banyak lebam juga, aku ingin sekali teriak tapi sepertinya suaraku habis, ada air dekat tempat aku berbaring tapi tanganku tidak bisa menjangkaunya.
"Sirena Lenara?" Tanya seseorang yang aku yakini sebagai dokter, aku ingin menjawab tapi suarku habis, aku mengarahkan tanganku menuju air putih yang berada di atas nakas.
"Ini nona" Ucap dokter tersebut, aku menggambil air minum tersebut dan meneguknya sampai habis.
"Siapa yang membawaku?" Tanyaku lirih, untung saja dokter itu berdiri di sampingku sehingga suraku yang parau ini bisa ia dengar.
"Dia sudah pergi, nona sebaiknya menjaga kesehatan, kasihan bayi yang berada dikandungan" Ucap dokter tegas, aku menatap dokter itu dengan pandangan heran.
"Ini hasil USG nya" Ucap dokter itu lagi, aku hanya melongo kaget melihat hasil USG yang berada di tanganku, aku bahagia memiliki seorang anak, tapi Angga? Aku tidak mau dia menggugurkan janin ini!
"Dia sangat rentan, usianya 1 minggu" Ucap dokter itu lagi, aku hanya bisa terdiam mendengar ucapan dokter.
"Obat dan hal yang ibu tidak dan boleh lakukan sudah saya taruh di atas meja, ibu bisa pulang besok" Ucap dokter itu lagi seraya meninggalkan diriku.
Aku membaca kertas yang berada di dalam kantong obat, aku lega saat dokter bilang bahwa aku diperbolehkan berolahraga, jika aku tidak boleh berolahraga Angga akan mengetahui bahwa aku hamil, aku harus menyembunyikan kehamilanku dari Angga! Axel pernah bilang, bahwa Angga benci suara anak kecil apalagi sura gaduh makannya dulu pas mereka lahir Angga melarikan diri ke rumah ayahnya dan baru balik saat kita sudah mulai beranjak dewasa. Jika Angga benci dengan hal seperti itu aku harus berfikir keras, gimana caranya Angga tidak curiga!
"Permisi nona" Ucap seorang suster, aku hanya tersenyum kecut melihatnya bukan karena aku tidak suka dengannya hanya saja aku masih shock dengan laporan yang dokter berikan.
"Ada tamu yang ingin mengunjungi Anda, namanya Axel" Ucap suster tersebut, aku hanya menangguk menandakan 'iya' tapi hatiku berkata tidak, bagaimana jika Axel tau? Apa akan habis riwayatku? Lagi pula ini Axel bukan Angga.
"Rena? Apa kau baik-baik saja? Maksudku aku tau kondisimu tidak baik! Tapi bagaimana dengan mentalmu?" Ucap Axel khawatir mukanya penuh dengan keringat, bahunya bergetar, dan nada bicaranya cemas. Aku hanya bisa diam mendengar penuturan Axel barusan, Axel sangat kenal dengan diriku, jika sudah bermasalah dengan Angga dialah yang pertama menanganinya.
"Semua akan baik-baik saja, hanya kita bertiga yang tau" Ucap Axel lagi, tapi kata-kata yang Axel ucapkan membuat diriku terusik 'Bertiga' siapa yang Axel maksud satu lagi?
"Kau, aku, dan dokter" Ucap Axel, sepertinya anak satu ini memiliki kemampuan khusus membaca pikiran.
"Angga?" Ucapku lirih, Axel mahir membaca bibir dan itu yang aku suka darinya. Dia hanya terdiam tidak menjawab, tidak bergerak, dan tidak bernafas. Mukanya seketika memucat dan bercucuran keringat.
"Ren, Angga pergi ikut Revan ke Amsterdam dia bilang ada urusan perusahaan di sana dan akan balik hari kamis pas perkumpulan keluarga" Ucap Axel pelan, nadanya ia buat seperti menyesal tapi menyesal karena apa? Karena dia tidak bisa menghentikan Angga pergi? Biarlah Angga pergi, bukankah itu kesempatan bagus untuk diriku untuk menutupi kehamilanku?
"Ren apa tanda-tanda kehamilan-mu sudah pernah muncul?" Tanya Axel heran, dia begitu perhatian di saat seperti ini.
"Belum" Jawabku pelan.
YOU ARE READING
The Truth [Completed]
ChickLitCERITA MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN HARAP BIJAK DALAM MEMBACA! RANDOM PRIVATE STORY (FOLLOW DULU) (Sequel; Angga & Rena) Menunggu kebenaran bukan hal yang paling menarik untuk di ungkap namun, jika kebenaran itu akan merubah nasib seseorang apa menung...