"Gue duluan ya Ren" Ucap Lia dengan senyum mengembang, aneh. Kenapa Lia bisa bersikap begitu kepadaku dan apa maksud ucapannya tadi? Sudahlah kita lihat nanti saja. Lift menuju lantai 30, tapi sepertinya ini bukan hariku. Aku harus terjebak satu lift dengan Angga, saat aku mulai menuju ruangannya. Kami saling diam tapi tatapan kami saling bertemu.
"Rena, nanti pulang saya antar" Ucap Angga kaku, tunggu dulu kenapa ia menjadi sangat formal apa menurutnya aku saingannya?
"Eh, iy..a" Jawabku ragu, tapi syukurlah hari ini aku tidak perlu menguras dompet hanya untuk sekedar taksi. Pintu lift terbuka dan aku mengikutinya menuju ruangan.
"Siang bu Dwipangga" Ejek seseorang dari kejauhan, aku membalikkan badan tapi tidak melihat satu orangpun.
"Di belakang" Ucap orang itu lagi, membuat diriku merinding hebat. Ada rasa takut untuk menoleh kebelakang tapi sosok tersebut membuat diriku untuk melihat kebelakang. Dia mirip sekali dengan Avery, apa Avery punya kembaran? Mungkin, Axel saja punya masa Avery tidak.
"Halo" Ucapnya dengan penuh senyuman, bagaimana dia tau aku keluarga Dwipangga dan bagaimana dia bisa mirip sekali dengan Avery?
"Rena!" Bentak Angga dari ruangannya, aku mendorong tubuh yang mirip Avery kesamping tapi sepertinya tenaganya lebih kuat di bandingkan diriku.
"Oh aku pikir nama mu Lena, ternyata Rena. Baguslah kau menggantinya, agar tidak menjadi terlena" Ucapnya dengan penuh seringai, ia menjauh dari diriku dan pergi menuju lift.
"Apa yang kau tunggu?" Ucap Angga dari belakang, mukanya merah padam menunjukkan dirinya kesal, rambutnya acak-acakan dan kemejanya ia lipat sampai siku. Aku pergi meuju ruangannya dan duduk di depannya, jarang sekali bisa bertatap muka seperti ini biasanya dia akan menyurhku untuk duduk di sofa dan melakukan pekerjaan diriku yang belum tuntas. Tidak ada satupun yang memcah kan keheningan ini, kami sama-sama terdiam. Angga sibuk dengan masalah kantor dan diriku hanya diam melihat dirinya mengerjakan pekerjaannya.
"Pak" Ucap seseorang, dia tinggi mungkin setinggi Angga, tampan bisa di bilang begitu dan berotot.
"Vid, ada masalah apa?" Tanya Angga heran, mukanya polos dan datar layaknya bayi yang tidak berdosa.
"Umm dia kembali" Ucap orang tersebut, dia adalah sekertaris Angga. Dia telah lama bekerja untuk perusahaan ini, kalau bisa di bilang semenjak Angga masuk ke kantor ini saat masih di jabat oleh ayahnya, tepatnya 3 tahun lalu.
"Ren, kau balik ke divsimu terlebih dahulu, aku ada urusan dengan David" Ucap Angga tegas tapi nada bicaranya lembut.
"Tapi, I'm late to go to work today" Ucapku pelan, kalau dia memberikan tugas untukku sudah aku pastikan hari ini aku tidak pulang.
"It's okay, lagi pula hari ini adalah hari yang berat and berkas yang Ardan berikan harap kau selesaikan di rumah, jangan biarkan dirimu terjebak di kantor" Ucap Angga lagi sebelum diriku beranjak, aku hanya menanggukkan kepala tapi dia tidak tau kondisi di ruangan, mana mungkin Cyon akan membiarkan diriku pulang jam 5, kelaut aja.
Aku berjalan santai menuju ruang meeting, kembali ke ruangan adalah hal yang paling menyebalkan, lagi pula Angga menawariku untuk pulang bareng unuk apa aku kembali ke ruangan jika bisa bersantai di ruang meeting.
"Rena?" Tanya orang yang aku temui sebelumnya, dia mirip sekali dengan Avery tapi jenis kelaminnya berbeda.
"Kenalin, nama gue Revan" Ucapnya lagi, aku sempat berfikir bahwa dia adalah kembaran Avery tapi nyatanya bukan, namanya bukan Revan Dwipangga melainkan Revan John Alexander.
"Angga nya ada?" Tanya Revan lagi, tanpa aku sadari sedari tadi ada dua makhluk yang sedang mengamati kami, bukan Angga melainkan kedua sejoli.
"Revan?" Teriak Alex dari kejauhan, dirinya kesal melihat sikap Revan yang terlalu dekat dengan diriku, aku sendiri tidak mengerti mengapa tapi sepertinya ada masalah keluarga yang aku tidak tau. Revan mulai mendekat ke arah diriku, aku hanya bisa diam mematung dan beritngkah aneh, dia mulai merangkul pinganggku dan membawa diriku menuju ruangan Angga.
"Jalan!" Aku merasakan Revan sedang menodongku dengan sebuah pistol, langkah kami juga di ikuti oleh Alex dan Axel.
BRAK
Suara pintu di dobrak, terlihat Jelas bahwa Revan senang melihat keluarga Dwipangga merasa terancam dengan sosok dirinya.
"Halo De, lama gak ketemu ya" Ucap Revan dengan penuh kebahagiaan, dia sudah menampilkan senyumnya yang menyeramkan layaknya pembunuh.
"Eh Vid lo di sini juga" Ucapnya lagi dengan kesenangan, aku hanya bisa diam tidak mengerti.
"Lepasin Rena sekarang!" Tegas Angga, matanya memerah begitu juga dengan rahangnya.
"Lepasin?" Tubuhku terpaksa harus berbalik ke arah Revan, ia menatapku penuh kemenangan dan sepersekian detik aku merasakan sesuatu yang kenyal berada di bibirku, aku berusaha berontak tapi pistol yang berada di tangannya siap untuk melepaskan pelurunya.
Aku menatap Revan dengan penuh kebencian, bagaimana bisa dirinya mencium istri seseorang di depan suami nya sendiri.
"Aku mengerti menagapa kau tak mau menceraikannya, bibirnya manis ingin aku mencicipinya untuk ke dua kalinya" Ucap Revan santai, semua yang berada di ruangan ini menatap Revan dengan penuh kebencian terutama Angga,
"Apa! Lo main cium-cium saja! Apa lo gak sadar kalo ada suaminya di sini!" Bentakku ke arah Revan, siapa yang tidak kesal dengan perlakuan Revan yang tidak senonoh apalagi di sini ada Angga, bisa mati aku.
"Suami? Seharusnya suami lo itu gue! Inget ya Ren, Angga di jodohin sama Riana tapi Tuhan berkehendak lain di saat gue udah balik dari Amsterdam untuk ketemu sama lo, tapi apa yang gue dapet? Di saat pernikahan Riana malah Rena yang menggantikannya! Hanya karena Riana kabur! Seharusnya aku yang berada di pelaminan bersamamu, bukannya Angga!" Ucap Revan panjang lebar, dulu memang ibu pernah cerita bahwa aku sebenarnya sudah di jodohkan dengan pria lain tapi sepertinya Tuhan tidak ingin hal itu terjadi, sehingga aku harus menikah dengan pria dingin yang kejam dan menyebalkan.
Belum selesai Revan berbicara David sudah mengambil tanganku, aku berada di belakang Angga, agar diriku tidak di sentuh lagi oleh Revan.
"Bilang saja kau iri Van" Ucap Angga dengan santai, dirinya tidak takut sama sekali bahkan di saat seperti ini dirinya masih bisa bercanda.
"Iri? OH! aku sangat iri dengan keluarga Dwipangga, terlihat bahagia di luar tapi di dalam sangat kelam! Apakah kalian tau bahwa bunda pernah menikah dan punya anak sebelum kalian? Itu diriku! Dulu bunda menikah dengan Mario Alexander dan mempunyai anak bernama Revan John Alexander, kami sempat bahagia sampai bunda selingkuh degan Rayden Arantas Dwipangga! Ayah sudah tau hal itu tapi dia tidak mengubris nya meninggat diriku masih kecil, saat diriku sudah menginjak 10 tahun, ibu hamil dan ayah sungguh kecewa dengan kejadian tersebut, ayah berniat untuk balas dendam tapi naas pesawat yang ayah tumpangi hilang dan belum di temukan! Mengetahui hal itu aku setia menjaga ibu sampai Avery lahir, saat umur Avery masih 2 bulan mereka memutuskan untuk menikah! Aku pikir awalnya bunda menikah lagi karena butuh ayah untuk Avery tapi salah, dia telah menghamili bunda! Aku sungguh kecewa dan aku kabur ke Amsterdam dan bertahan hidup di sana, aku membangun perusahaan sendiri sampai akhirnya aku di jodohkan oleh kau Rena, tapi nasib sialku terus berlanjut! Sekarang aku akan membalas semua perlakuan kalian terhadapku! Ucap Revan panjang lebar, dirinya mengacungkan pistol nya ke arah Angga, aku hanya diam ketakutan ingin membantu tapi aku tidak tau bagaimana, meninggat ini masalah keluarga yang aku sendiri tidak mengerti.
Satu update lagi untuk hari ini
Jangan lupa baca Tap Angga sama Rena ya bisa di lihat di Bio
YOU ARE READING
The Truth [Completed]
Chick-LitCERITA MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN HARAP BIJAK DALAM MEMBACA! RANDOM PRIVATE STORY (FOLLOW DULU) (Sequel; Angga & Rena) Menunggu kebenaran bukan hal yang paling menarik untuk di ungkap namun, jika kebenaran itu akan merubah nasib seseorang apa menung...