Lihat Wajahmu yang Sendu

109 11 1
                                    

Angga pergi meninggalkan diriku di depan gerbang seperti biasa, dan diriku hanya bisa diam mematung mendengar semua ucapan gilanya tadi. Andai saja Riana tidak mengirimkan foto tersebut mungkin diriku sudah berada di dalam kamar menikmati indahnya malam, malam ini angin berhembus kencang hujan akan segera datang. Aku hanya bisa diam seribu Bahasa melihat dirinya pergi dengan tenang, aku bukannya kesal atau apa hanya saja aku berfikir bagaimana dengan kandungan diriku? Aku sanggup melahirkan tanpa seorang Angga tapi pasti anak ini akan mencari keberadaan seorang ayah.

Awan sudah tidak sanggup menampung air yang berada di dalamnya, hujan lebat turun membasahi halaman yang sedang ku duduki. Aku tidak jauh berbeda dengan awan yang sedang menangis deras menghiasi malam ini, semilir angin juga masih bisa kurasakan, dingin dan kencang seperti Angga, dia dingin dan menyebalkan! Aku hanya bisa mengucapkan doa agar perceraian antara diriku dengannya tidak terjadi, mulut ini hanya bisa komat-kamit membaca setiap doa agar aku bisa melewati hari esok dengan tenang.

"Kau masih mau di situ sampai mati atau masuk? Ratih sudah memasak makan malam" Ucap Angga dingin dan datar seperti biasa, ini gila! Dia rela berhujan-hujanan hanya demi mengucapkan kalimat barusan? Apa dia masih peduli terhadap diriku? 

Angga mengeluarkan sebuah payung dan melemparkannya begitu saja kearah diriku, walau sebenarnya ia tidak peduli tapi aku yakin dia masih punya sebuah hati, dan aku yakin bahwa dia merasa tidak enak hati dengan diriku yang berada di luar dengan kondisi hujan deras.

Aku menggambil payung tersebut, walau hujan menerpa diriku kencang tapi tetap saja rasa sakit yang aku alami lebih menyakitkan dari pada hujan dan angin malam ini. Mungkin ada sedikit rasa iri dengan cerita-cerita yang sering aku baca, seorang perempuan mengalami hal yang sama dengan diriku tapi akhirnya suami mereka menjadi baik setelah tau bahwa istrinya hamil atau ketika istrinya pergi meninggalkannya.

"Ayo mari saya antar ke dalam" Ucap seorang perempuan yang ku yakini bernama Ratih, aku hanya bisa menatapnya datar dan kosong aku tau seharusnya aku bertindak dan bilang terima kasih tapi aku tidak mengerti menggapa Angga memilih orang yang mirip sekali dengan mimpi yang pernah aku alami? Apa jangan-jangan sebenarnya itu bukan mimpi? Oh ini bisa bahaya jika itu bukanlah sebuah mimpi!

Aku berjalan cepat menuju pintu rumah dan seperti biasa aku di tinggal sendiri di ruangan besar ini, ruangan ini masih sama seperti biasanya, gelap bahkan bisa di bilang sangat gelap. "Sayang apa kau sudah makan? Aku tidak mau kau sakit" Suara itu terdengar samar-samar tapi pasti, suara itu tidak dekat keberadannya dengan diriku tapi dia seperti suara Angga yang sedang meracau tidak jelas.

Berjalan meraba semua benda yang ada di sekitar diriku, mencari sebuah anak tangga untuk di pijak, jalan tak mengenal arah, hanya satu yang aku cari, dimana Angga!

Brugh

"Aww! Sayang kamu kok nabrak aku! Eh tapi emang kamu di depan aku? Turn on the lamp Babe!" Suara yang ia buat sungguh menganggu telinga ku, mengapa juga perempuan di hadapan diriku sekarang berbicara manja sekali? Dasar cewek!

"Apa yang kau bicarakan? Tidak ada tembok di depan" Angga, kenapa suaranya begitu lemah lembut dengan perempuan satu ini? Siapa gerangan dia? Angga menyalakan scalar lampu. 

"Rena? Kau!" Ya bukankah sudah jelas bahwa Angga melihat diriku dari awal? Untuk apa dia masih kaget seperti itu? Aku tidak peduli dengannya, hanya saja aku benci dengan perempuan satu ini!

Dia Victoria istri seorang Ando Grenne, entah untuk apa Victoria datang kemari tapi ada satu hal yang aneh dari tubuhnya. Dia mengenakan baju kurang bahan bahkan, dia tidak menggunakan celana luar melainkan hanya celana dalam. Oh jangan sampai apa yang aku pikirkan akan terjadi!

"Oh hai Rena! Aku pikir Angga memesan satu lagi, ternyata Kau!" Ejekan demi ejekan setiap hari harus aku terima, mulai dari teman bahkan suami sendiri. Kadang Angga lebih suka bermalam di rumah Axel terkadang juga di rumah Alex, tapi Alex akan menikah sehingga dia harus beralih menuju rumah kembaran Alex.

"Victoria! Saya tidak main-main dengan Anda! Suami Anda sudah menunggu di luar sedari tadi, dan saya ingatkan sekali lagi! Bahwa saya tidak sama sekali menyuruh anda datang malam-malam dengan busana seperti ini!" Ucapannya begitu lantang, tegas, dan formal. 

"Ingat satu hal ini! Dan ancamkan di otak Anda, saya suka sekali bersandiwara!" Ucapnya lagi dengan senyum tipis yang melukis di wajahnya, lebih tepatnya ia menampilkan seringainya.

Victoria berjalan gusar menuju pintu rumah, ia kesal melihat kelakuan Angga yang begitu tegas terhadapnya. 

"Kau mandi terlebih dahulu, setelah itu temani aku makan" Ucapnya tegas tapi ada rasa hangat dari perkatannya barusan, membuat diriku malu tak karuan.

Apa begini rasanya memiliki suami yang baik dan romantis? Walau perkatan Angga tidak begitu manis tapi baru kali ini dia tidak membentak diriku setelah sebuah perdebatan, biasanya dia akan membentak diriku tanpa alasan dan kemudian melampisakan semua kekesalannya kepada diriku, ya aku korban pelampiasan!

"Angga sebaiknya kau tidur" Entah mengapa rasanya kepalaku bisa tenang, Angga belum mengelurakan unek-unek nya di malam hari ini tapi bersiaplah, perang akan terjadi!

Angg yang mendengar penolakan hanya bisa berdecak kesal, jika dia tidak berdecak kesal berarti ada sesuatu yang terjadi dalam dirinya. Angga seorang CEO, dia tak kenal sebuah penolakkan dan bantahan, wajar saja bukan? Jika dia kesal melihat istirnya membantah perintahnya?

"Apa kau sadar? Aku tidak bisa tidur karena dirimu! Ya aku cemburu! Aku cemburu kepada Ando! Dia bisa membuat dirimu bahagia dan tersnyum lebar, sedangkan diriku hanya bisa memberikan bekas luka! Aku memanggil Victoria untuk menemani diriku bekerja malam ini tapi sayang, dia malah berfikir bahwa aku akan tidur bersamanya! Aku iri kepadamu Rena! Kau memang bukan wanita sempurna, tapi saat kau bersama seseorang yang bisa membuat dirimu bahagia aku cemburu!" Akhirnya, ini yang aku tunggu-tunggu, unek-unek dari seorang Angga Dwipangga.

The Truth [Completed]Where stories live. Discover now