Lalu Terus Di Sisiku

106 10 0
                                    

Aku berlari kecil menuju pintu rumah, rasanya kaki ku masih sakit untuk digerakkan, apalagi rasa mual yang datang membuat tubuh ku tidak nyaman. Aku masih menyembunyikan kehamilan diriku dari siapapun, aku hanya belum siap untuk memberi tau keluarga besarku, terutama ibu dan ayahku. 

"Rena?" Ini adalah satu suara dari sekian banyak suara yang aku rindukan, dia adalah satu-satunya teman dekatku di rumah dan tempat aku berkeluh kesah. Dia adalah ayahku.

"Ayah? Loh kapan pulang?" Ayah bekerja di sebuah perusahaan minyak sehingga aku jarang sekali bertemu dengannya, waktu pernikahan Riana ayah bahkan tidak sempat datang, dan dia baru sempat pulang hari ini. Mungkin juga karena ada acara hari kamis, tidak mungkin ayah akan melewatkan acaranya begitu saja. Sudah lebih dari dua tahun aku tidak bertemu ayah, sebenarnya aku pernah sedikit curiga dengan kegiatan ayah. Ayah punya seorang sekertaris dan ayah juga jarang pulang, aku sempat berfikir bahwa ayah adalah CEO di kantornya.

"Kemarin, kamu ke sini kok gak bilang? Bareng siapa kesini? Angga ya? Ayah mau ketemu sama dia" Ucap ayah panjang lebar, ayah belum pernah bertemu dengan Angga secara langsung tapi ayah pernah sekali bertemu dengan Revan. Saat Riana kabur dari pesta pernikahannya, dia pergi ke tempat yang kami semua tidak tau, sampai suatu hari ayah menelpon kami dan bilang bahwa Riana ada dengannya. Itulah mengapa ayah bisa ada di rumah.

"Eh? Aku ke sini bareng Riana, tadi ketemu di rumah sakit" Ucapku pelan, aku bodoh sekali! Untuk apa aku bilang rumah sakit! Ayah bisa curiga dan extra khawatir dengan diriku! Aku harus mencari alasan agar tidak ditanya hal-hal aneh yang membuat kepalaku pusing! Aku berusaha melihat kearah ayah dengan penuh kekuatan, ayah melihatku penuh tanda tanya. Tapi jika aku membuat alasan seperti apapun ayah akan membongkar hal tersebut! Tamat sudah riwayat diriku!

"Ayah mau ketemu sama Angga! Kamu kok bisa ke rumah sakit dan dia nggak nganterin kamu pulang!" Bentak ayah, sudah tamat riwayat ku! Jika aku pakai alasan sebenarnya ayah akan sangat kecewa dengan Angga, tapi jika aku berbohong ayah akan menanyakan hal itu kepada Angga dan semua ini bisa kacau! Angga bukan orang yang bisa di ajak kerja sama, apalagi jika yang mengajak nya kerja sama adalah keluarganya! Tapi jika urusan kerja, Angga akan gampang bekerja sama dengan perusahaan lain.

"Tadi pagi rada gak enak badan, Angga lagi di luar kota untuk beberapa hari jadi tadi minta Axel anterin, tapi dia ada urusan mendadak jadi dia pamit duluan" Jelasku panjang lebar, aku berusaha untuk menutupi kejadian sebenarnya. Aku hanya takut jika ayah sampai berfikir untuk menelpon Angga dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, tapi jika aku bilang Angga sedang di luar kota, ayah tidak akan menelpon nya. Tapi ayah akan curiga dengan Axel.

"Kamu kesini udah minta izin sama Angga? Axel siapa lagi? Kamu ini udah punya suami Rena! Sejak kapan kamu mulai berani sama suami kamu?" Suara yang sangat aku benci, dia ibuku. Selalu saja begitu, dia tidak pernah berfikiran positif dan selalu menuduh yang tidak jelas. Ayah saja yang mendengar ibu berkata begitu langsung masuk ke dalam rumah, dan meninggalkan diriku sendiri begitu saja dengan ibu di teras rumah, sungguh terlalu!

"Eh? Angga pasti banyak urusan, Axel itu adik Angga" Ucapku berusaha membenarkan situasi yang tidak jelas, ibu tidak pernah percaya dengan diriku apalagi dengan Riana. Dulu ibu pernah mengenaliku dengan seorang laki-laki, aku suka dengannya begitu juga dengan dirinya tapi karena masalah kepercayaan, ibu membatalkan pertunangan diriku dengannya, sehingga aku pergi merantau dari rumah.

"Kamu ini bisa aja boong! Jelas-jelas Angga tadi ke rumah! Kamu marahan ya sama Angga? Tadi pagi Angga ke rumah nyariin kamu! Kamu kabur ya dari dia? Pokoknya ibu gak mau tau! Hari ini kamu bawa Angga ke rumah!" Perintah ibu, aku hanya bisa berdecak kesal mendengarnya. Angga sedang di rawat di rumah sakit dan aku tidak mungkin membawa dirinya kemari dengan alasan ibu ingin bertemu dengan mu! Angga akan menolak, dan akhirnya aku juga yang kena marahannya!

"Duh! Ibu ini gimana sih! Rena boong karena Angga lagi sakit! Masa ibu mau minta Angga kesini? Rena kesini mau pinjem mobil sama ambil barang Rena yang ketinggalan!" Jelasku panjang lebar, aku sudah kesal dengan kelakuan ibu yang semena-mena! Angga bisa saja dengan mudah menolak tawaran yang ibu berikan, tapi jika sampai itu terjadi aku yang kena imbasnya! Ibu gak akan pernah marah kalo ada Angga, itu karena Angga menawan dan dermawan, sehingga ibu gak akan marah ke Angga dengan alasan apapun!

"Bu, udah dong berantem nya! Kita jenguk Angga bareng-bareng aja kalo gitu" Ucap ayah pelan seraya menenangkan ibu yang sudah mengebu-ngebu. Aku bukannya menentang perkataan orangtua, tapi aku muak dengan ibu yang menilai diriku dengan hal buruk! Aku anaknya, tapi ibu tidak pernah sekalipun berbuat baik kepada diriku! Hanya Riana, Riana, dan Riana terus. Aku hanya di anggap jika di butuhkan saja!

Aku berjalan kesal memasuki rumah, aku menghantam apapun yang ada di depanku terutama sofa. Hanya rasa benci dan kesal yang menyelimuti diriku sekarang, aku berjalan kearah kamar dan mengunci pintu dari dalam agar aku bisa tenang. Ingin sekali rasanya menghubungi Axel dan meminta dirinya untuk membantu diriku menyelesaikan masalah ini, tapi Axel pasti sedang menjaga Angga dan tidak mungkin aku bercurhat ria sedangkan dia sedang mengurus suami ku sendiri! Seharusnya aku yang mengurusnya!

Aku mengambil handuk dan bersiap untuk mandi, aku sudah muak dengan kejadian hari ini! Mulai dari diriku yang terbangun di rumah sakit sampai hubungan keluarga diriku yang hampir putus. Belum sempat aku melangkahkan kaki menuju kamar mandi, aku mendengar suara deru mobil yang sungguh menggangu. Mobil itu berhenti tepat di depan halaman rumahku, tidak segan-segan aku turun dari kamar menuju pemilik mobil tersebut.

Aku berlari kecil menuju halaman rumah, tidak kupedulikan lagi dengan sakit di kaki ku, hal terpenting sekarang adalah bagaimana caranya aku bisa memarahi orang itu tanpa ketahuan satu rumah! Aku kesal bukan main dengan pria tersebut, bukan karena bawaan ibu hamil melainkan dia membuat kebisingan di tengah malam, aku mengurung diri lebih dari 4 jam! Itulah mengapa aku harus berhati-hati jika ingin melangkah.

Dengan penuh perjuangan akhirnya diriku sampai di depan pintu, mobil itu masih saja di depan halaman rumah dan pemilik nya juga berada di dalamnya. Aku melangkah menuju mobil tersebut, tapi yang aku lihat hanya sebuah boneka dengan sepucuk surat di atas kaki boneka tersebut, pintu mobilnya juga tidak di kunci dan kunci nya masih tertancap pada starter mobil. 

"Non, kok malem-malem di luar?" Dia adalah satpam jaga komplek, tapi entah mengapa dia lebih suka menjaga rumah kami dari pada menjaga komplek.

"Mobil?" Tanyaku dingin, sebenarnya di komplek ini aku dikenal sebagai Ratu Es, bukan Elsa tapi karena aku seorang perempuan yang dingin dan kaku. Aku pernah bilang bukan? Bahwa sebenarnya aku adalah seorang lelaki yang terjebak dalam diri seorang perempuan tapi saat bertemu dengan Angga, nyali besarku menciut begitu saja dan aku hanya bisa mengeluh sesudah suatu kejadian berlalu.

"Kurang tau punya siapa, tapi tadi dia parkir di sini bilang mobil ini buat non Rena terus dia pergi gitu aja tanpa ngasih nama" Jelas Jose atau mungkin kalian kenal dengan satpam jaga komplek. Jika orang tersebut memberikan diriku mobil sport ada kemungkinan besar bahwa dia adalah rampok atau salah satu keluarga Dwipangga yang memang mengawasi diriku sejak tadi, sebaiknya aku membuka surat yang berada di atas kaki boneka Teady tersebut. Begini isinya

"Rena, Angga nyuruh Alex buat ngasih mobil ke Rena, Angga juga nyuruh Rena untuk jauh-jauh dari Angga dan tinggal di rumah lama. Sebaiknya Rena jangan tanya Angga kenapa tapi Angga gak suka liat Rena ada di rumah dan Angga minta hari kamis jangan berlagak terlalu dekat, dan untuk masalah jalan-jalan kamu robek aja boneka Teady di dalem nya ada uang kurang lebih 3 juta, pake uang itu terus sampe ada perintah dari Angga untuk stop pake uang itu"

Sungguh membaca surat itu seperti di tusuk dengan 1000 panah, sakit rasanya sakit! Aku mengerti dia tidak suka dengan keberadaan diriku di sampingnya, tapi apa harus begini? Perpisahan yang akan aku lihat besok! Perceraian yang akan Angga sampaikan besok di acara keluarga, apa belum cukup untuk membuat diriku sakit hati? Apa belum cukup untuk merobohkan semua kekuatan yang sudah aku bangun sekian lama untuk dirimu? Apa Angga sebegitu bencinya dengan diriku? Apa aku begitu menjijikan sampai dia begini? 

The Truth [Completed]Where stories live. Discover now