Langit gelap menyelimuti kota Bandung siang itu. Ini tidak seperti biasanya, karena seingat Cella, ramalan cuaca di koran hari ini menunjukkan bahwa Bandung akan diselimuti matahari sepanjang hari. Gadis itu menghela napas keras-keras. Cuacanya hari ini membuat moodnya lebih buruk.
Titik-titik air hujan mulai turun setelah helaan napas kesal Cella yang ketujuh. Diikuti rentetan air hujan yang lain, Cella mendengkus kesal untuk yang kedelapan kali, diikuti hentakan kakinya. Tak mau lebih basah, gadis itu berlari menuju halte bis di dekat sekolahnya.
Hah.
Hah.
Hahhh.
Sungguh, dia sangat kesal hari ini! belum lagi, hujan yang deras siang itu tidak menunjukkan gejala akan segera reda. Halte saat itu sepi, hanya ada dirinya. Gadis itu menarik napas lalu merapatkan jaketnya setelah duduk di pelantaran yang disediakan di halte.
Padahal sebelumnya, dia senang bukan main. Akhirnya dia bisa membuktikan bahwa dia bukanlah sekedar gadis yang punya IQ rendah. Well, sebenarnya Cella tidak sebodoh itu, hanya Ethan yang mengatainya seperti itu. Tapi sekarang lihat, dia resmi jadi anggota tim Olimpiade.
CELLA JADI ANGGOTA RESMI!Tiba-tiba perasaan kesalnya menguap entah kemana diganti dengan senyum-senyum gak jelas. Hatinya sekarang dipenuhi sukacita yang banyak-banyak tatkala melihat nama Marcella Winarno terketik indah di sebuah kertas pengumuman yang ditempel di mading sekolah.
Saking senangnya, dia berlari ke koridor. Mengatakan kepada seluruh manusia yang ditemuinya kalau dia mampu. Untung saja dia ikut bimbel, materi-materi di sana sangat membantu Cella. Tak lupa, dia harus berterima kasih juga ke sahabatnya, Fani. Dan juga kepada para anggota tim memberi dia kesempatan untuk ikut tes sekali lagi. Terakhir, tentu saja ke Ethan.
“Lo lihat sendiri kan? Gue sebenarnya jenius. Cuman males aja,” ujarnya sambil nyengir lebar.
Ethan berwajah datar itu melihatnya malas, tapi diam-diam pemuda itu salut pada ambisi dan kegigihan gadis di depannya. “Sebelum lo memamerkan hasil tes lo ke orang-orang, lo harus baca ini."
Ethan menyodorkan selebaran kepada Cella. Cella menerima dengan perlahan-lahan, dibukanya selebaran itu. Matanya terbelalak lebar.
“HAH? Apa-apaan ini? panjang amat syaratnya!” pekik Cella. Kenapa sih dia suka banget ngerjain. Omegot.
“Kenapa, lo protes dengan syarat yang gue berikan?” tanya Ethan sambil merebut selebaran yang dipegang Cella. “Kalo lo keberatan, gue kasih aja ke orang--“
“Gue sanggup kok, gue sanggup!” Cella merebut kembali selebaran yang dipegang Ethan.
“Oke, jadi clear ya. Lo harus aktif di tim ini, lo harus ikut serta jika ada rapat dadakan, lo juga ikut dalam pembuatan materi-materi Biologi untuk tes nanti. Dan satu lagi, mulai sekarang lo jadi pedamping gue," ujar Ethan panjang lebar.
“Ehh? Jadi pedamping?” mata Cella berbinar-binar. Dalam hati dia girang: Asyik akhirnya Ethan suka sama aku.
"Enak aja. Maksud gue, lo jadi notulen ngedampingin gue. Tulisanmu bagus," sahut Ethan ketus sambil menyentil jidat Cella.
Mendengar hal itu Cella jadi manyun, “Ya udah kalo gitu.”
“Kok gitu jawabannya? Ga ikhlas ya?” tuduh Ethan.
“Iya Kak Ethan yang paling ganteng," Cella memutar bola matanya. Dalam hati dia berkata: Bilang aja minta dilang ganteng.
Petir menyambar, langit dipenuhi kilatan cahaya akibat petir saling menyambar. Mengembalikan Cella ke alam aslinya, di bawah halte. Sendiri. Dan hujan tak kunjung reda. Cella makin merapatkan jaketnya. Dingin mendera ke sekujur tubuh. Cella menggigil kedinginan dan memejamkan matanya. Setelah menunggu cukup lama di halte, hujan pun reda. Baru saja Cella mau melangkah, tiba-tiba sebuah motor berhenti di depan halte. Setelah helmnya dibuka, terlihat sosok pemuda yang selalu dikejar-kejar Cella. Cella terkejut. Ethan mengampiri Cella dan memakai helm ke kepala Cella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintapiade
Teen Fiction(COMPLETED) Bagi Marcella masuk bagian dari tim Olimpade SMA nya adalah sebuah impian. Meski otaknya berkemampuan pas-pasan. Tapi dia tak akan menyerah demi sang pujaan hati. Ethan Si ketua Tim Olimpiade. Tapi masalahnya Ethan selalu membully nya de...