Chapter 26

127 9 2
                                    

Untuk mengejar sang pujaan hati, terkadang memerlukan sebuah pengorbanan, usaha keras, bahkan kebohongan kecil. Dari awal cowok kacamata minus itu selalu menjatuhkan mentalnya. Gadis bermahkota hitam itu tidak menyerah begitu saja. Nekat adalah modalnya. Kekurangannya adalah gadis ini belum pernah juara sekalipun. Kelebihannya, sang pemilik mata bulat ini gigih akan keuletannya. Sekarang gadis ini sudah mencapai tahap selanjutnya, yaitu bisa merebut hati sang netra hazel.

Gadis manis mempunyai lesung pipi ini tersenyum sendiri di kamarnya. Masing terngiang ketika sang pujaan hati menyatakan sebuah rasa. Rasa berubah menjadi cinta. Ya, gadis ini hatinya sedang berbunga-bunga. Cinta nya tidak bertepuk sebelah tangan. Cinta butuh pengorbanan. Gadis manis itu mencubit lenganya sekali lagi. Sakit. Oh, berarti ini tidak mimpi. Semua menjadi kenyataan. Aku dan dia pacaran. Benarkah? Iya benar.

Senyum cerah pada wajah Ethan membuktikan bahwa Cella menerima cintanya kemarin. Melihat senyum nya saja hati Cella sudah senang. Cella sudah membuat hati dingin Ethan perlahan-lahan mencair. Hati gadis ponytail ini lebih bahagia hubungannya sudah diketahui oleh keluarga Ethan, terutama ibunya Ethan. Beliau sangat senang dan mendukung hubungan kami.

TOK TOK

Dengan langkah malas gadis manis itu berjalan ke pintu depan. Pintu terbuka, jantungnya hampir copot yang berdiri di muka pintu adalah Ethan. “Kak Ethan? Tumben kok ga bilang mau kesini?”

“Emangnya gue kesini harus nelpon dulu gitu?” tukas Ethan curiga. Matanya mulai menyipit. Sifat posesif nya muncul.

“Bukan gitu kak, kan gue bisa nyiapin cemilan.”

“Ga usah siapin cemilan, lo baru bangun tidur ya?” tangan Cella reflek memegang rambutnya. Oh iya tadi tiduran sebentar rambutnya jadi berantakan.

“Iya hehehehe,” cengiran Cella membuat Ethan gemas ingin mengusel rambutnya. “By the way, kakak bawa apa?”

“Oh ini oleh-oleh dari Ibuku, dua kotak bolu gulungisi mocca kesukaan lo.” Netra hazel itu menyerahkan dua kotak kue itu kepada Cella. Dan Cella menerima dengan senang hati.

“waahhhh asiikkkkk kue bolu gulung. Ini adalah kue favorit gueee!!!” mata gadis ini berbinar senang. “Makasiihh!”

“Sama-sama.” Ethan tersenyum senang. Melihat gadisnya senang hatinya pun ikut senang. Ethan paling suka senyum manisnya Cella. Rasanya hati ini terasa damai, apalagi sifat polos dan sikapnya yang sederhana.  Ya. Cella gadis yang apa adanya. Ethan menoleh ke belakang ketika pintu pagar berderit.

“Om.”

“Wahhh, Nak Ethan. Kapan datang? Udah lama?”

“Baru aja Om, angguk Ethan sopan.”

“Ayah, lihat. Kak Ethan membawa kue bolu gulung. Asiikk!!”

“Ayo ke dapur. Cella, siapkan teh hangat untuk Nak Ethan.” Ayah menggiring Ethan menuju dapur. Sementara itu Cella sudah lebih dulu di dapur langsung mengambil pisau dan memotong kue itu. Lalu dengan sedikit membungkuk Cella mengambil pisin dan garpu kecil untuk kue dalam rak. Segera saja tangannya yang cekatan membagikan piring kecil untuk Ethan dan Ayah.

“Hmmm….enakkk!” Cella mengunyah kue itu dengan mulut penuh. Seperti biasa, Cella kalau makan tidak jaga image. Melihat hal itu sang Ayah menyenggol kaki sang anak. “Aw, sakit Ayah.”

“Makan tuh yang bener. Masa di depan Nak Ethan makan kayak orang lagi kalap?” sang Ayah memoloti anaknya.

“Biarin aja, Om. Di sekolah juga makan sangat cepat. Untung piring ama sendok ga ikut ketelen.” Ethan berusaha untuk serius, namun bibirnya tidak bisa diajak kompromi. Akhirnya Ethan tertawa juga.

“Maafkan anak Om ya, Nak Ethan. Anakku emang ga sopan kalo makan.” Ekor mata Ayah melirik sang anak makan dengan cueknya.

“Hahaha, gapapa Om. Lagian saya suka liat dia makan.” Ethan melirik Cella tersedak tiba-tiba. Cella langsung meneguk teh hangatnya.

“Oh iya Om, saya kesini ingin memberitahukan bahwa Papa ingin ketemu ama Om. Kebetulan Papa lagi ambil cuti tiga hari di Rumah Sakit. Jadi Om sama Cella menginap aja ya. Ibu sudah menyiapkan masakan yang enak untuk Om dan Cella.”

“Kok mendadak sekali? Biasanya Papamu pasti menelpon Om dulu.”

“Lah? Kan ponsel Ayah lagi rusak?”

Sambil menepuk jidatnya Ayah berkata, “oh iyaya, ponsel  Om rusak. Maaf ya Om lupa hehehe.”

“Oke deh kalo gitu kami siap-siap dulu ya.” Ethan hanya mengangguk lalu menunggu di ruang tamu. Mata Ethan mengawasi Cella berlalu lalang kesana kesini.

“Jangan lupa bawa buku pelajaran dan baju seragam.” Ethan mengingatkan Cella supaya tidak lupa. “Iya Kak, gue inget kok.” Baju seragam, baju dalam, buku pelajaran, peralatan mandi, handuk udah. Sip, gumam Cella.

Kami disambut oleh kedua orang tuanya dan adiknya Erlan. Ibu memelukku sangat erat seolah sudah tak bersua. Papa Ethan juga mengelus rambutku. Erlan, bocah kelas 6 SD ini juga menyalamiku. Keluarga yang hangat dan aku sangat menyayangi mereka. Suatu saat aku ingin sekali mempunyai keluarga sehangat mereka. Setelah berbincang sebentar, Ibu mengantar aku dan Ayah ke kamar tamu.

Aku rindu sekali dengan kamar ini. tidak berubah sejak aku menginap disini. Aku menghirup wangi kamar yang akan ku tempati. terdengar ketukan pintu, cukup mengagetkanku. Ternyata Ethan sudah berdiri di ambang pintu kamarku.

“Kita ngobrol berdua yuk.”

Sekarang, kami duduk di teras samping. Mataku terus menatap ikan koi di kolam yang tidak begitu luas, namun cukup. Jantungku berdebar kencang, tatkala bahu ku bersentuhan dengan bahu nya. Aku duduk sangat dekat dengannya.

“Cella.”

Cella terlonjak kaget. “Y-ya Kak?”

“Kok kaget gitu?”

“Eng-enggak kok hehehe.”

“Bagaimana perasaanmu bahwa kita jadian?”

“Cella menghela napas. “Rasanya…gue ga percaya aja kita jadian. Gue berpikir apakah gue mimpi? Tidak. Ini benar-benar nyata. Sampai sekarang gue ga habis pikir. Apa yang Kak Ethan suka dari gue? Gue kan ga cantik, ga modis, gue ga bisa dandan, gue--“

“Gue suka lo apa adanya. Gue ga suka ama cewek kecentilan, dandan menor, muka putih kayak cat tembok, dan ya gue suka lo apa adanya. Ga jaim. Dan ternyata cewekku ini hobi makan.” Ethan tersenyum, telapak tangannya mengusap rambut Cella dengan sayang.

“Gue suka sama cewek yang ulet, sederhana dan hobinya makan.” Ethan tertawa pelan memandang wajah bulat Cella dan pipinya menggembung. Cella membalas dengan mencubit tangan Ethan.”Ini baru pertama kalinya gue pacaran.”

Ethan memandang Cella penuh arti. Sebuah senyuman tersungging di bibirnya. Ethan mendekat dan membisikkan sesuatu yang membuat Cella membelalakkan matanya yang indah.

“Aku juga baru pertama kali pacaran sama kamu. Gadis yang pertama kali kubawa ke rumah ini adalah kamu, Cella sayang.”

TBC.

CintapiadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang