Cella mulai lelah. Bukan lelah menghadapi pelajaran biologi, atau lelah karena Bimbel tapi, gadis manis itu sudah mulai lelah menghadapi sikap posesif pacarnya. Makin pusing saja. Cella memijat pelipisnya. Mau dijelaskan berapa kali pun Ethan tidak mau mendengar.“Kak, please, dengerin gue dulu.”
“Mau dengerin apa lagi?”
“Masalah Ikki. Dia Cuma nganterin gue pulang dari Bimbel doank….”
“Ah, sengaja dia nungguin lo. Gue dah tau itu.”
“Kak, gue sama dia ga ada apa-apa. Dia udah tau kita pacaran.”
“Terus, kalo dia udah tau kita pacaran, kenapa dia deketin lo mulu?”
“Itu--“
“Udah ah. Gue males. Gue pusing.”
Itulah pertengkaran ku dengannya dua hari yang lalu. Hari ini Cella menenangkan dirinya di ruang perpustakaan. Hati gadis itu sudah lelah. Cella mengusap wajahnya berapa kali. Ingin rasanya menangis, sekalian mau curhat, tapi sama siapa? Fani sekarang lagi pedekate ama salah satu anggota tim Olimpiade, Roni. Ikki? Aduh jangan deh, entar pacarku ngamuk kayak gorilla. Gorilla ya? Cella membayangkan Ethan ngamuk dan memukul dadanya. Sudah, jangan dibayangkan.
Buku yang dibaca Cella pun tak ada gunanya. Percuma. Wajah Ethan terbayang-bayang. Benar-benar deh ya, wajahnya tuh mengalihkan duniaku. Kata Afgan sih gitu. Apa gue harus baikan dulu sama dia? Masih marah ga ya? Benaknya. Cella melihat layar ponselnya. Sepi, tak ada SMS, WA bahkan LINE. Gadis bermahkota hitam itu menghela napas panjang. Kepala rasanya berputar-putar. Cepat-cepat Cella mengeluarkan minyak angin, lalu digosokan di belakang lehernya. Bukannya berkurang, sakit di kepalanya malah makin menjadi.
“Hey.”
Cella langsung menoleh. Hatinya terkesiap. “Kak Ethan?”
“Lo ngapain disini?” Ethan langsung duduk depan gadis itu.
“Lagi baca, Kak.” Cella mencoba untuk tersenyum.
“Lo sibuk ga hari ini?”
“Tidak, napa?” Cella melihat Ethan di depannya itu ada dua.
“Tolong bantu gue bawain copian materi ya.” Ethan memberikan setengah materi tersebut. Sedangkan dia membawa buku yang lumayan berat itu.
“Oke.” Cella membawa materi-materi Biologi untuk dibawa ke ruang tim. Cella berusaha untuk tetap focus ke depan.
Ketika di belokan koridor, mereka bertemu Ikki. Ikki langsung menawarkan bantuan kepada Cella.
“Sini, gue bawain, kasian lo berat gini bawanya.”
“Ga usah. Gapapa kok. Segini masih ringan.” Cella terkekeh.
“Gapapa. Gue ikhlas kok.” Ikki berusaha merebut materi Biologi dari Cella, namun ditolak dengan halus.
“Udah, gapapa. Gue sang--“
“Lo ga denger ya? Dia kan sanggup bawain ‘itu’,” tukas Ethan. Ekor matanya melirik tajam ke arah Ikki.
“Oke, bro.” Ikki mengangkat kedua tangannya, tanda tidak mau bertengkar. Tapi enggak lama, tangan kirinya sudah mengepal. Ingin rasanya menonjok wajah Ethan, namun, masih bisa dia tahan.
“By the way, lo mau kemana, Cel?”
“Mau ke ruang Tim, lo mau kesana juga?”
“iya, gue ada perlu sama Roni.”
“Cella! Cepetan jalannya, lelet amat sih?” terdengar suara berat cowok berkacamata minus itu, ketus.
“Ya, Kak.” Cella mempercepat langkahnya mensejajarkan langkah Ethan. Cella melirik cowok disampingnya. Wajah Ethan mengeras. Pandangan matanya lurus ke depan. Dia tidak melihat Cella sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintapiade
Teen Fiction(COMPLETED) Bagi Marcella masuk bagian dari tim Olimpade SMA nya adalah sebuah impian. Meski otaknya berkemampuan pas-pasan. Tapi dia tak akan menyerah demi sang pujaan hati. Ethan Si ketua Tim Olimpiade. Tapi masalahnya Ethan selalu membully nya de...