Sudah seminggu ini Ethan sangat sibuk belajar. Ethan mewakili kelas XI 1 IPA untuk mengikuti Olimpiade tingkat provinsi. Maka dari itu demi membawa nama baik sekolah dan nama kelas, Ethan bekerja keras. Ethan tahu, lawan terberatnya sangat dekat dengannya. Rival dari SMP yaitu Selena Meylani. Ah, Ethan jadi teringat masa lalunya. Waktu SMP Ethan tahu banyak yang menyukai selena bahkan ada juga menyatakan sukanya pada Selena. Selena gadis cantik, cerdas dan percaya diri yang tinggi dengan angkuhnya berkata, gue ga suka ama cowok yang bodoh! Lama-lama banyak siswa siswi tidak menyukai Selena.
Waktu itu Selena juara Olimpiade tingkat kota, semua orang datang memberikan ucapan selamat. Hanya Ethan tidak acuh dan hanya mengucapkan ‘selamat’ pada Selena. Selena terkejut dan tidak terima diperlakukan seperti itu. Selena mendatangi cowok pendiam itu dan mengajak nya untuk bertanding. Lagi-lagi Ethan tidak mengubris. Selena kesal karena merasa dicuekin akhirnya nekat menantang Ethan. Dan Ethan menang Olimpiade untuk tingkat kota. Dan Selena berhasil mendekati Ethan yang sulit memang untuk didekati.
Mengenang masa-masa itu, Ethan menyenderkan tubuhnya di kursi. Di meja belajarnya banyak buku yang harus dibaca. Ethan mendesah, “kenapa gue ketemu dia lagi?”
Memijat pelipis, Ethan memejamkan netra hazelnya. Kacamata minus pun dilepas. Ethan enggak habis pikir, kenapa Selena sekarang sudah banyak berubah. Dandan heboh bedak ketebelan, leher dan muka ga sinkron. Tapi Selena mempunyai tubuh yang langsing juga tinggi.
Ethan menggelengkan kepalanya. Lalu ingatanya beralih ke Cella. Gadis manis sederhana ini sering merasuki pikiran Ethan. Sekali lagi, Ethan kembali tersenyum lebar mengingat gaya makan Cella yang lain dari yang lain. Cella tidak jaim alias jaga image jika sedang makan.
Ya elah, kenapa pula gue mikirin mereka ya? Gumamnya dalam hati. Melirik jam weker di meja nakas, Ethan bergerak menuju ke tempat tidur. Otaknya lumayan penat daripada pusink lebih baik rebahan dulu.
Ethan ke sekolah agak santai. Tumben? Soalnya Cella diantar Ayah ke sekolah. Kata Cella, Ayah mau ketemuan ama Papanya Ethan di rumah sakit. Kalau begitu enggak masalah buat Ethan. Jadi aman, asal jangan diantar sama Ikki. Ethan jadi alergi sama cowok berambut shaggy mop itu. Jangan ditanya kenapa, ya ga suka aja.
Setelah merapikan rambutnya, kaki panjang nya melangkah ke ruang tim Olimpiade. beberapa siswi mencoba menyapanya, bahkan ada yang nekat memeluk dari belakang. Sontak Ethan terkejut bukan kepalang. Dengan tatapan dinginnya namun menusuk Ethan mengatakan, “lepaskan tanganmu.” Siswi tadi memeluknya langsung mengerut takut. Daripada dia meledak lebih baik kabur, pikir siswi itu.
Ethan menghela napas. “Dasar ga sopan, makin hari makin berani aja,” gerutu Ethan. Masuk ke ruang tim dulu. Wajah ethan sangat bête banget, tapi tidak lama wajah kaku itu berubah ceria, bibirnya yang agak penuh itu tersenyum sedikit.
“Hai Cel, tumben lo pagi amat ke sekolah?” sapa Ethan. Tangannya sibuk meletakkan jaketnya di kursi. Lalu menaruhkan helm nya di lemari khusus.
“La iyalaahh…gue naek burung hantu airlines. Hahahahaha!” tawa Cella membahana sehingga dari luar ruang tim siswa siswi menoleh ke arah sumber tawa itu.
Ethan melirik Cella sekilas. Namun ada senyum terpatri di sana. “Jadi Ayahmu burung hantu gitu?” ada tawa tertahan dari bibir Ethan. Cella terpana dibuatnya. Cella ga salah lihat. Ethan kalau tersenyum manis banget. Dan tumben dia menyapa duluan, pikir Cella.
“Kak Ethan kalo tersenyum gini makin ganteng deh.” Cella masih memandang pungung tegap Ethan. Yang di bilang ganteng menoleh. Ada semburat merona di wajah Ethan.
“Lo ngerayu gue?” Ethan mendekat ke arah gadis manis ponytail itu. Cella agak panic dan mundur selangkah. Untuk menutupi kegugupannya maka gadis ini bernyanyi.
“Kak Ethan belom mandi tak tung tuang tak tung tuang, belom gosok gigi tak tung tuang tak tung tuang…” Cella meniru ala artis youtubers yang lagi naik daun tersebut. “Daun kok dinaikin sih?” tukas Cella.
Objek yang lagi digodain menatap Cella datar,” udah godain gue?”
“Udah, ehehehe.” Cella berusaha untuk tidak tertawa terbahak-bahak di sini.
“Sekali lagi lo ketawa, gue cium lo,” ancam pemilik netra hazel diidolakan kaum hawa. Bahkan teman-teman ibu nya sekalipun.
Secepat kilat gadis ponytail ini menutup mulutnya. “Oke gue mingkem.” Tangan kananya mengisyaratkan menutup mulutnya.
“Oh ya.” Ethan membalikkan tubuhnya menghadap Cella. “Gue nanti ikut Olimpiade tingkat provinsi nanti. Dan gue bakal tanding sama Selena.”
Cella diam. Aduh kok sama si ‘putih’ itu sih? Gadis ber netra hitam bulat ini menggerutu tapi di dalam hati saja. Tanpa sadar kakinya melangkah menghampiri Ethan, “Wah kapan tu lombanya? Asik donk bakalan ketemu sama Selena?” ada setitik nada cemburu di sana namun Cella masih berusaha menahan perasaannya.
“Ya pasti bakalan sering ketemu. Tempat lombanya sama kok waktu lo terakhir ikut Olimpiade. seminggu lagi gue lomba. Dukung dan doain gue ya.” Ethan tersenyum memandang gadis manis di hadapannya.
“Woy kelamaan mikirnya, jawaabb.”
“Haelahh gue belum jawab lo ga sabaran amat sih? Iya gue dukung dan doain buat lo!”
Hari yang dilombakan pun tiba. Hari ini Ethan mewakili sekolahnya untuk mengikuti Olimpiade Biologi dan sudah berada di salah satu sekolah favorit di Bandung. Tanpa sepengetahuan Ethan, Cella diam-diam pergi ke tempat lomba itu. Tentunya diantar oleh Ikki dengan sedikit paksaan. Mereka nekat bolos sekolah.
Cella mengintip dari luar gerbang, sesekali bertanya sama satpam apa lombanya sudah selesai. Mondar mandir kayak setrikaan Cella berjalan ke sana kesini. Ikki yang melihat jadi kesal. Mulutnya ga berhenti berdecak. “Ngapain sih lo? Kayak orang lagi setres aja?” gerutu Ikki sambil menghisap rokok dalam-dalam, lalu menghembuskan dengan pelan-pelan.
Gadis itu menoleh, matanya membulat. “Lo merokok lagi?” teriak Cella.
“Biarin.”
Cella mendengkus kasar. Tiba-tiba gerbang pagar sekolah terbuka. Cella mengintip dari celah pintu pagar gerbang. Yang ditunggu pun tiba. Ethan keluar menuju parkiran. Tapi di belakangnya ada gadis tinggi semampai mengejar Ethan.
“Selena? Ngapain dia?” rasa ingin tahunya sangat besar sehingga Cella menyuruh Ikki pergi agar tidak ketahuan sama Ethan.
“Ethan! Tunggu dulu!” Selena mencekal lengan Ethan dengan kasar.
“Apa sih?” Ethan menepis tangan yang dipegang Selena.
“Gue nagih janji lo!”
“Janji apa? Gue ga ada janji apapun sama lo.” Ethan mencoba mengingat janjinya dulu. Namun nihil.
“Lo belom ngasih jawaban, GUE SUKA SAMA LO! GUE SUKA SAMA LO SEJAK SMP! LO INGET KAN? Sekarang gue nunggu jawaban dari lo!” Selena berteriak di parkiran motor. Semua peserta yang ikut lomba berhenti sejenak melihat satu cewek berteriak histeris, yang satunya lagi menanggapinya dengan kalem.
Hati Cella mencelos. Berusaha untuk tidak merosot ke tanah, Cella mencoba menahan kakinya mendadak lemas. Sepertinya sudah tidak ada harapan lagi untuk gue, batin pemilik netra hitam ini. netra hitam itu tak sengaja melihat Ikki menatapnya terpaku. Sambil membuang rokoknya Ikki mendekati gadis itu.
Netra hazel itu tersenyum miring. Satu kata keluar dari bibir Ethan, mata Selena terlihat berbinar-binar. Kata kedua itu membuat Selena menutup mulutnya. Cella ingin menangis, dadanya sesak. Ikki sudah di depan Cella. “Ayo kita pulang.”
TBC
A/N: kata yang ketiga, apa yanga dikatakan oleh Ethan kepada Selena? Nantikan kisah mereka minggu depan, eh besok haha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintapiade
Teen Fiction(COMPLETED) Bagi Marcella masuk bagian dari tim Olimpade SMA nya adalah sebuah impian. Meski otaknya berkemampuan pas-pasan. Tapi dia tak akan menyerah demi sang pujaan hati. Ethan Si ketua Tim Olimpiade. Tapi masalahnya Ethan selalu membully nya de...