Chapter 29

167 9 2
                                    

Ethan mengusap-usap wajahnya beberapa kali. Raut wajah tenang tapi ada kesedihan disana. Fix, Ethan telah melakukan kesalahan. Kesalahan terbesarnya terhadap gadis yang sangat disayanginya. Pria itu telah membuat gadisnya kecewa. Bagaimana bisa, hanya perkataannya saja sudah membuat gadisnya menangis.

“Sudah puas lo nyakitin dia?”

Ethan tidak menoleh. Dia sudah hafal suara itu. Suara yang membuat dia iritasi. Ya, siapa lagi kalau bukan Ikki. Ethan masih menunduk. Menyesali perkataannya. Ya. Dia sangat cemburu bila gadisnya berdekatan dengan Ikki. Maka tercetus lah kalimat itu. Maksud hati hanya bercanda. Ternyata kalimat itu sangat menohok hati Cella, gadisnya.

“Tak kusangka, ternyata lo sangat kekanakan,” sindiran Ikki membuat Ethan menoleh. “Gue ga abis pikir, lo kok cepat sekali terpengaruh ama perkataan Selena. Lagipula, lo marah tanpa alasan yang jelas. Oh, bukankah waktu itu gue sudah memperingatkan lo? Kalo lo nyakitin hati Cella, gue akan rebut Cella dari lo.”

“Gue ga akan lepasin Cella, sampai kapanpun,” desis pemilik netra hazel itu, dingin.

“Oww, gampang sekali lo ngomong gitu. Tapi gimana dengan dia? Asal lo tau, gue belum pernah liat dia semarah itu. Dan gue, juga belum pernah nyakitin hati dia. Cella itu gadis yang baik, dia juga tidak pintar, maka dia selalu berusaha untuk menjadi ‘bisa’. Dia juga hobi makan, cara dia makan juga tidak seperti gadis lain. Ya, dia orang yang apa adanya. Cella juga sabar, maka gue sangat menyayanginya.”

Ethan terdiam mendengar cerita Ikki cukup panjang.  Ethan sangat bersalah kepada Cella. Ya, gadis itu sama sekali tidak pernah membalas perkataannya, walau kata-kata Ethan cukup pedas. Ya Tuhan, kenapa dia sampai tega menyakiti hati gadisnya?

“Bro, apa lo tau? Lo selalu ada dihatinya. Bahkan gue tidak ada tempat di hatinya. Berkali-kali gue mencoba menarik perhatian, tetap saja gue tidak diperdulikan olehnya.” Ikki menyalakan rokoknya, lalu, dihembuskan asap rokok itu perlahan-lahan.

“Pukul gue.”

“Hah?”

“Pukul gue.”

“Apa? Gue ga salah denger kan?” tangan Ikki sudah gatal ingin memukul wajah tampannya.

“Lo budek ya? Gue bilang puk--“

BUAGHH

Ethan sedikit terjengkang dari tempat dia duduk. Kebetulan sedang berada di belakang area sekolah, jadi tidak akan ketahuan kalau ada yang berkelahi.  Ethan menyeka darah yang keluar dari mulutnya. Mata hazelnya menatap Ikki sekilas.

“AYO BERDIRI!” Ikki berkacak pinggang. Matanya menatap lurus. Ethan sudah berdiri tegap.

“Sudah lama gue ga ‘olahraga’… ayo lawan gue, pengecut,” perkataan Ethan barusan cukup memancing amarah Ikki. Langsung saja Ikki menyerang Ikki membabi buta. Namun, dengan sigap Ethan bisa menahan serangan dan tinju Ikki yang bertubi-tubi. Di saat Ikki lengah, disitulah kesempatan untuk membalas.

BUAAGHHH

Ikki terpental cukup jauh. Darah segar keluar dari sela bibir juga hidungnya. Ikki menggeleng kuat, pertanda tinju dari Ethan lumayan keras juga. tinju Ethan telak mengenai wajahnya Ikki.

“Ayo berdiri,” sahut Ethan dengan kalemnya. Wajahnya santai dan tenang seolah-olah tinju dari Ikki tadi tidak berefek. Ikki mencoba berdiri namun jatuh lagi. Tinju dari Ethan cukup membuatnya kewalahan untuk berdiri lagi. Akhirnya, Ikki jatuh terduduk.

“Lo kuat juga, gue ngaku kalah,” Ikki mengerjapkan kedua matanya. Menghela napas berat, Ikki terbaring di tanah.

“Ada yang datang.” Ethan menoleh ke samping gedung, Ikki juga ikut menoleh. Ternyata Fani berlari sambil ngos-ngosan.

“Kalian ngapain?! Berantem!? Nanti dulu!” teriak Fani.

“Berantemnya udahan kok,” sahut Ethan masih dengan wajah stoic andalannya.

“Fani menepuk keningnya. “Tolong bantuin gue, Cella pingsan…” belum juga Fani selesai menuntaskan perkataannya, Ethan sudah melesat duluan. Fani segera menyusul Ethan. “Di ruang UKS!” Ikki menyusul mereka dengan tertatih-tatih.

Cella mengerjap-ngerjapkan kedua bola matanya. Tangannya memegang kening. Ada selang infus di tangan kirinya. Dimana ini? pikirnya. Baru saja Cella bangkit tapi ditahan oleh Fani. “Lo jangan bangun dulu, tiduran aja.” Ethan  merebahkan kembali tubuh Cella.

“Gue kenapa ada disini?” Tanya Cella lirih. Suasana rumah sakit membuat Cella tidak nyaman. “Ayah mana?”

“Ayahmu sedang diluar bersama Ayah gue.”

“gue kenapa?”

“Asam lambung lo kena,” sahut Ethan pelan.

Cella memejamkan matanya. Ekor matanya melirik Ethan. “Wajah lo kenapa?” tangan mungil Cella mencoba meraih wajah Ethan. Ethan menangkap dan menempelkan tangan gadis itu ke pipinya. Ethan sangat merindukan tangan hangat nan mungil ini. “Tidak kenapa napa.”

“Bohong.”

“Nanti aja gue ceritakan.”

“…….”

“Gue minta maaf atas perkataanku. Maafkan gue yang telah menyakiti hati lo. Sungguh, gue cemburu lo sangat akrab sama Ikki.” Ethan menggenggam tangan kanan Cella. Lo boleh maki gue, lo boleh pukul gue, tapi, gue hanya minta satu hal, jangan putusin gue. Gue ga mau kehilangan lo, Cella. Gue sangat sayang sama lo.” Ethan mengecup punggung tangan Cella dengan suara bergetar sambil menunduk dalam. “Katakan, dengan cara apa bisa menebus kesalahan gue, agar lo bisa maafin gue?”

Cella terbelalak. Mata bundarnya menatap Ethan lama. Hatinya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Ethan barusan. Namun Cella tahu, Ethan benar-benar bersalah terhadapnya. Cella yang awalnya benci akhirnya tidak tega. Punggung Ethan bergetar, ada suara isak tangis terdengar namun pelan. “Kak Ethan…”

Ethan mendongak. Cella terenyuh, dibalik kacamata minusnya, mata Ethan basah oleh air matanya. Sebulir air mata Cella jatuh membasahi pipi mulusnya. Buku jari Cella menghapus jejak air mata disana, begitu pun Ethan melakukan hal yang sama terhadap gadis yang dicintainya.

“Gue akan memaafkan lo, kalo lo menang Olimpiade Biologi di tingkat provinsi.”

Ethan menatap dalam-dalam terhadap gadis yang amat dia sayangi dan cintai. Senyum manis ditemani lesung pipi kirinya menghiasi lengkungan bibirnya. “Demi lo, gue berusaha keras untuk menjadi juara Olimpiade Biologi. Dan gue juga akan juara mendapati hati lo lagi.”

Tawa lirih terdengar dari gadis manis berlesung pipi kanan tersebut. Hatinya menghangat. Cela sangat bahagia. “Oke, gue pegang janji lo ya, Kak.”

TBC.

CintapiadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang