Chapter 11

147 16 5
                                    


Angin sepoi-sepoi membuat siapa saja akan merasa tenang hatinya. Semilir angin berhembus perlahan-lahan menerpa wajah sekolah. Tapi angin sejuk ini tidak mempan terhadap dua sejoli yang sedang bertengkar sengit. Kita harus bicara. Kata-kata itu terus terngiang indah dalam ingatanku. Ethan sedang berdiri sambil berkacak pinggang. Mata hazel yang indah itu kini berganti oleh amarah. Jujur, Cella belum pernah melihat Ethan semarah ini. perasaan takut mendera saat ini.

“Lo mengabaikan gue!”

“Gue ga ngabaikan lo kok!”

“Lalu kenapa  telpon gue di reject sama lo!?”

“Gue--“

“Dengar, Cella. Lo udah tiga kali melanggar aturan yang gue buat di dalam tim ini. bahkan lo nge reject telpon gue. Harusnya lo udah ngerti aturan yang gue buat. Ternyata sama saja. Lo ga ngerti! Apa yang gue jelasin ke lo tuh masuk kuping kiri keluar kuping kanan,” sindir Ethan. “Dan satu lagi,” lanjutnya. “Siapa cowok tadi yang nemenin lo di perpus?”

Cella terperangah mendengar penjelasan Ethan. Pertanyaan yang terakhir, kok kayaknya dia cemburu ya? Oke. Ini salah paham. “Kak Ethan, cowok tadi nama nya Ikki. Dia murid baru di kelas gue. Ternyata kami itu teman dari SMP. Ketemu lagi deh disini, hehehe.” Cella tertawa cengengesan.

Mata Ethan menyipit. “Ho, jadi gitu? Lo ngejelasin ini ke gue tanpa ada rasa bersalah?” nada suara Ethan mulai meninggi. Ethan memijit pelipisnya. “Cella, asal lo tahu … lo sudah banyak ketinggalan materi. Gue tahu, lo masuk ke tim gue aja sudah bagus. Gue menghargai usaha lo. Tapi lo juga jangan banyak main-main. Ga lama lagi kita akan ikut kompetisi. Jadi gue minta sama lo, tolong dengerin gue,” suara Ethan perlahan-lahan melunak.

Cella masih menyimak tiap perkataan yang Ethan ucapkan ke Cella. Menghargai, tolong…apa benar ini Ethan? Apa ga salah dengar? Cella belum pernah lihat Ethan seperti ini. Cella lebih suka Ethan mengatai bodoh deh daripada seperti ini. Cella lebih suka Ethan ga banyak omong. Cella ga suka Ethan seperti ini. tapi kalau dipikir-pikir ya ini salah Cella.

“Kak Ethan, maafin gue ya. Gue yang salah. Iya gue tahu. Gue beberapa hari belakangan ini banyak menghabiskan waktu sama Ikki.” Mata Ethan langsung melotot. “Et, et dengerin dulu. Dia temanku Kak, hanya teman.” Dalam hati Cella berkata: ngapain juga gue ngomong seperti ini ya. Lagian Ethan bukan pacar gue. Eh, tunggu dulu. Ikki kan temen gue, napa juga Ethan marah-marah gitu yak ke gue. Apa jangan-jangan…

“Woy, ngelamun aja lo!” sentak Ethan.

Ethan menatap Cella lurus dibalik kacamata minusnya. “Berjanjilah padaku, bahwa lo ga akan mengulangi lagi. Gue akan bantu lo belajar.” Cella menatap Ethan apakah dia berkata dusta. Namun nihil. Ethan tidak berbohong. Ethan selalu memegang kata-katanya. “Gue ga akan mengulanginya lagi.” Senyum Ethan mengembang sedikit. “Oke.” Cella bernapas lega, tapi itu hanya sebentar. “Kita lembur sore ini, lo belum belajar materi tim hari ini.” Cella berusaha untuk menolak, namun Ethan sudah berkata “Tidak ada penolakan, Cella.” Ada nada ancaman dibalik kata penolakan itu.kalau sudah begitu, mau gimana lagi. Ethan ga suka dibantah. Cella tahu itu. Sejak Cella mengenal Ethan, banyak hal yang Cella tahu tentang Ethan.

“Oh ya Kak”

“Apa?”

“Nanti gue pulang bareng Ikki, soalnya--

“Soal apa? Ga! Lo pulang bareng gue.”

“Ta-tapi Kak, gue kan--

“Ga ada tapi-tapian Cella.”

Tangan kanan Cella mengacak rambut panjangnya frustasi. Ahh, kok jadi ribet sih. Sedangkan tangan kirinya digandeng oleh tangan kanan Ethan. Awalnya Cella manyun misuh- misuh, tapi itu ga lama, senyum manis Cella mengembang tatkala Ethan mengeratkan genggaman tangannya. Tangan besar dan hangat sangat Cella suka. Ethan pun tersenyum kecil, mata hazel  berbinar indah diterpa mentari sore. Dua sejoli itu kembali ke ruang tim dimana anggota tim sudah menanti mereka berdua.


Cella buru-buru membereskan buku-buku pelajarannya. Hari ini Cella naik angkot. Scooter nya lagi dipakai oleh Ayah. Cella berlari sepanjang koridor sekolah. Siswa siswi sudah pulang pertanda jam pelajaran tambahan sudah selesai. Baru saja Cella di depan parkiran Ikki sudah menunggunya.

“eh Cel, Yuk gue anterin lo pulang,” Ikki menawarkan Cella untuk pulang bareng dengan Ikki. Baru saja Cella mau menjawab, Ethan sudah ada di belakangnya. Dengan ketus Ethan menjawab, “Sori, hari ini Cella pulang bareng gue.” Cella mengerjap-ngerjap kedua matanya. Lengannya sudah ditarik oleh Ethan. “Ikki, maaf ya lain kali aja kita pulang bareng.” Mendengar pernyataan polos dari bibir Cella, mata Ethan langsung melotot. “No, tidak ada lain kali. Besok lo harus belajar bersama anggota tim lain, ngerti?” pernyataan tegas dari Ethan sudah tak bisa dibantah lagi. Ikki mendengkus, “Ya sudah deh kalo gitu. Kapan-kapan aja ya.” Ikki langsung tancap gas keluar dari parkir motor.

Cella menghela napas. “Kak Ethan, napa sih Kak Ethan kayak gitu? Ikki kan Cuma nganterin gue pulang?” Tanya Cella. Cella makin heran saja dengan sikap Ethan akhir-akhir ini. Ethan hanya memutar kedua bola matanya. “Entar lo sama dia ngelayap ga pulang-pulang,” jawab Ethan enteng. “Cepat naik, entar Ayahmu khawatir anak gadisnya pulang terlambat.” Tanpa banyak tanya Cella langsung duduk nyamping. Ethan menarik tangan kanan Cella, “Lingkarkan tanganmu ke pinggangku, kita agak ngebut.” Cepat-cepat Cella memeluk pinggang Ethan. “Jangan ngebut-ngebut atuh dan kyaaaa!”Cella menjerit ketika Ethan sudah  tancap gas. “Gue bilang jangan ngebut-ngebut!” jerit Cella.

“Ce-re-wet!”

“Haisshh!!”


TBC

CintapiadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang