Chapter 8

166 19 3
                                    

Di teras samping rumah Ethan. Cella memonyongkan bibirnya tatkala mendengar penjelasan dari Ethan.

“Aduh Kak Ethan, napa sih lo ga denger apa kata gue? Coba pikir, gue pergi ke sekolah terus fans-fans mu itu menculikku dan gue digebuk rame-rame. Pikirin donk,” Cella bergidik ngeri membayangkan tingkah brutal fans nya Ethan, terutama siswi-siswi.

“Ya terus? Masalahnya kenapa? Gue ga peduli dengan mereka,” Ethan mengendikkan bahunya.

“Masalahnya, gue tinggal di rumah lo!” jerit Cella. Ingin rasanya Cella menjambak rambut kecoklatannya itu.

“Gini, gue dah bilang, Ayah lo dan papa gue itu sobatan sejak SMA. Karena lo ada musibah rumah kebanjiran, papa gue pengen banget ketemu ama ayah lo,  jadi Papa gue ngajak tinggal disini.” Ethan berusaha menjelaskan pada gadis berambut panjang hitam dihadapannya. Mata hitam Cella yang bulat, terus ekspresi Cella kalau marah sangat lucu. Ethan jadi semakin ingin menggodanya. Ehem.

“Ralat, gue numpang. Bukan tinggal disini!” sembur Cella.

“Tinggal disini juga gue ga masalah kok,” Ethan mengedipkan sebelah matanya.

“Arghh! Tensi gue bisa naik ngomong sama lo!” Cella berlari menuju kamarnya dan membanting pintu agak keras. Cella merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur, dan mengusap-usap wajah manisnya. “Sial, dia apaan sih? Et, tunggu dulu tadi dia bilang ga masalah kalau gue tinggal disini? Cukup. Gue ga mau kegeeran. Pasti dia ngerjain gue,” gumam Cella.

TOK TOK

Cella menggerutu.” Siapa sih ngetuk pintu kamar gue?” pikirnya. Ketika Cella membuka pintu, wajah Cella ketutup sama beberapa lembar kertas yang dipegang Ethan. “Aduh, apaan ini? Tanya Cella. “Lo baca aja.” Sahut Ethan pendek. Cella membaca lembar demi lembar. “BUSET! Banyak amat!” pekik Cella. “Ya, lo pelajari aja dulu, kalau lo mencari sumber materi, lo bisa ke ruang perpus dekat ruang tengah. Lo juga boleh menggunakan computer, apabila lo ga ngerti, lo panggil gue” terang Ethan. Cella bersungut-sungut seraya menuju ruang yang ditunjuk Ethan. Ketika Cella masuk ke dalam ruangan, Cella kembali terkagum-kagum. Buku-buku tersusun rapi sesuai abjadnya. Wow, lengkap dah. Kalau gini sih, ga usah keluar rumah. Cella pun langsung duduk di depan meja computer. Jemarinya yang mungil lincah mengetik mencari materi yang akan Cella pelajari.

Tak terasa sore berganti dengan malam. Bulan perlahan muncul dengan anggunnya dari peraduannya. Cahaya bulan memasuki kisi-kisi jendela ruang perpus pribadi keluarga Ethan. Sampai-sampai Cella lupa makan. Ketika Cella sedang asik mengetik, Ethan menyodorkan makan malam buat Cella. “Lo belum makan kan?” Tanya Ethan. Cella tertegun. Ethan lagi kesambet apa ya malam ini? Tumben baik? Daripada su’uzon lebih baik makan saja. “Thanks.” Berhubung perut Cella sudah bernyanyi, makan malam yang di bawa Ethan tadi langsung dilahap sama Cella. “Woy, lo makan ga pake kunyah ya, maen telen aja?” pekik Ethan. Cella hanya memutar bola matanya saja mendengar pekikan Ethan. “Gue laper.” Kemudian Cella menaruh piring di meja computer dan melanjutkan pekerjaan tertunda tadi. Melihat itu, Ethan jadi gemas, ingin menyuapi Cella makan.

“Gue bukan anak kecil.”

“Kalau gitu, makan dulu sampai habis. Kalau tidak ya lo mau gue suapin?”Cella cepat-cepat menghabiskan makanannnya sambil menggerutu. Ethan pun tersenyum puas. 

Ethan Sedang bercengkrama dengan kedua orang tuanya, Ayah Cella dan Erlan adik bungsunya. Sesekali Ethan mengolok-olok adiknya itu. Ibu menanyakan Cella dari tadi. Oya, Cella lagi ngapain ya? Ethan segera beranjak dari kursi menuju ruang perpus. Ethan melihat Cella tertidur diatas meja komputer. Ethan mengguncang bahu Cella. Berkali-kali dibangunkan ga bangun juga. mata Ethan melihat hasil lembaran yang diberikan Ethan sore tadi. Ethan memeriksa satu demi satu sambil melirik Cella tidur dengan nyenyak.  Sudut bibir Ethan menyunggingkan senyum miringnya. Setelah membereskan pekerjaan Cella, Ethan membopong tubuh Cella ke kamar. Diletakkannya tubuh Cella hati-hati agar tidak membangunkannya. Ethan duduk di tepi ranjang sambil memandang wajah manis Cella, sendu. Ethan menghela napas. Ternyata lo itu harus dicambuk dulu, dan sekarang lo berhasil mengerjakan tes yang gue berikan. Sekarang apa yang harus gue lakukan terhadapmu?  Memainkan jemari Cella, Ethan terus memandanginya. Lagi-lagi Ethan menghela napas, beranjak keluar kamar cella dan menutup pintu kamar Cella.

Keesokan paginya Ethan memanaskan motornya. Cella hari ini terlihat segar . menggunakan jaket tebal, rambut hitamnya terurai sekarang dikuncir, poninya dibiarkan menyamping menutupi sebagian dahinya. Melihat penampilan Cella seperti itu Ethan terpana. “Manis juga,” gumamnya.

“Hah? Lo bilang apa tadi?”

“Ga. Lo jelek,” sahut Ethan.

Cella mencibir. “Eh by the way, sapa yang nge print ketikan gue?” Tanya Cella.

“Gue, napa? Lo tidur di atas meja computer. Mana pake iler segala, ternoda deh meja computer gue,” ejek Ethan.

“Masa? Ah ga mungkin. Atau lo ngerjain gue lagi ya?” tuduh Cella.

“Ahh, sudah. Ayo cepetan. Et, duduknya kudu nyamping.”  Cella hanya mendelik matanya pertanda kesal. Sejak kenal Cella, Ethan yang dulunya pendiam, cuek, ga banyak ngomong, kurang berinteraksi sama orang sekitar. Sekarang jadi agak cerewet. Entah apa kelebihan Cella. Cantik aja enggak. Tapi di mata Ethan, Cella berbeda dengan cewek-cewek di sekolah.

Satu hal yang tidak Ethan sadari, kegigihan  dan tidak putus asa nya Cella dalam belajar meluluhkan hati Ethan untuk membantunya. Walaupun Ethan pasti tidak pernah akan mengakuinya.

TBC

A/N: Maafkan saya kalo ada beberapa kata yang salah dan banyak typonya. Soalnya saya ngetik di hape trus pake wi-fi.

Makasih gaez. Kechup basah😘😘😘

CintapiadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang