14

762 114 3
                                    

Aku membuka mataku, Jungkook sudah tidak ada di samping ku.

Kupikir ia sudah berangkat lebih dulu, namun aku sama sekali tidak bertemu dengannya disekolah, sesekali aku mengintip kelasnya jika pintu terbuka, namun lagi aku tidak melihatnya dikelas.

Aku mencarinya di rumah ibunya, ia tidak ada disana. Aku mencari ia di sekitar sungai han, tempat yang sering ia hampiri jika moodnya sedang turun, namun aku juga tidak menemukan ia disana.

Aku menyerah dan kembali ke dorm untuk tidur. Kegiatanku hampir sama tiga hari ini, seperti yang baru kusebutkan.

Setiap pagi ia menempelkan post it yang bertuliskan bahwa ia sudah sarapan, merapihkan kasurnya dan mengurus cucian miliknya sendiri.

Rasanya aneh.

Ia bersikap seperti ini, aku merasa aneh. Aku tidak biasa dengan sikapnya yang seperti ini. Sebenarnya dia kemana?

Haruskah aku bertanya pada teman dikelasnya?

Aku bisa gila.

Lucunya, aku tetap melakukan hal itu.

Mereka menatapku sedikit aneh karena tidak biasanya aku bersikap seperti ini. Aku juga bingung karena melakukan ini.

Salah satu murid disana berkata bahwa ia bertemu dengan Jungkook di sauna kemarin, ia bertanya kenapa Jungkook ada disana, namun Jungkook hanya mengabaikannya.

Jadi ia hanya pulang ke rumah ketika sudah larut dan aku sudah tertidur, ia pergi seharian sampai malam kembali. Itu juga tidak setiap hari—hanya sesekali ia kembali dimalam hari dan tidur di dorm.

Ia sedikit kejam.

Membiarkan aku sendiri di dorm yang bukan milikku, juga membuatku khawatir. Yang gila, aku juga rindu padanya.

Aku mencoba mengabaikan itu, berpikir Jungkook sudah dewasa dan akan kembali sendiri.

Bodohnya ia tetap tidak pulang.

Hampir satu minggu, hal ini terjadi.

Setidaknya sekolah, ia tidak boleh melewatkan nilai.

Dalam titik terkecil dari perasaanku, aku ingin bertemu dengannya, aku rindu padanya.

-

"Sampai kapan kau disini?"

Jungkook menoleh kearahku, matanya berkedip seakan tidak percaya bahwa aku disini.

"Eunbi-ya?"

Sungguh tidak sepertinya. Bicaranya gagap dan matanya terlihat lesu dari biasanya.

Jungkook, kau punya masalah?

Kau bisa ceritakan padaku, jangan hadapi sendiri.

"Rumah merindukanmu, ayo pulang."

Aku menarik tangannya, namun ia menahan tangannya sehingga aku tidak dapat menariknya.

Tatapannya seakan mengatakan bahwa ia tidak ingin pulang ke dorm, ia seperti tidak punya tempat tujuan dan akhirnya memutuskan untuk tinggal disini—sauna, untuk beberapa saat.

"Kau punya masalah, kan? Ceritakan padaku. Jangan seperti ini, aku tidak nyaman." bujukku dengan harapan ia mendengar ku dan pulang kembali.

Pria itu tetap keras kepala, ia bilang akan tetap tinggal di sauna hingga pikirannya benar-benar jernih.

Baiklah, setidaknya aku tau dimana ia tinggal untuk sementara.

"Baiklah, bagaimana jika jalan-jalan hari ini?" ujarku menawarkan.

-

Dasar gila.

Dia minum alkohol tanpa izinku. Tidak, bahkan umurnya belum mengijinkan.

Ia terus merengek agar aku mengijinkannya meminum alkohol, aku melarangnya tentu saja.

Karena perutku sakit, jadi aku pergi ke kamar mandi sebentar.

Sebenarnya cukup lama, karena perutku benar-benar sakit. Dan setelah aku kembali ke tempat kami duduk tadi, pipi beserta telinga pria itu telah memerah, pandangannya kacau.

"Oh, Eunbi disini." ucapnya mabuk.

Ia benar-benar melampiaskan masalah yang tengah ia hadapi dengan melanggar peraturan yang seharusnya ia tepati— minum alkohol diusianya.

Namun dengan visual nya ini, semua orang akan percaya bahwa ia sudah berumur setidaknya 20 tahun.

"Jungkook, ayo pulang." aku menjulurkan tanganku mengajaknya pulang.

Matanya mengerjap, dan ia tersenyum dengan mata yang sulit terbuka. Ia melebarkan tangannya kesamping. "Ayo pulang!"

Ia sangat mabuk. Aku akan kesulitan membawanya pulang, astaga.

-

Aku menaruh dirinya asal di kasurnya. Aku benar-benar merasa marah.

Wah, aku benar-benar kesulitan dan ditambah malu harus membawanya dalam keadaan mabuk, ini sebuah pengalaman pertamaku membopong orang yang tengah mabuk.

Tadinya aku benar-benar berniat untuk membiarkan ia tidur dalam posisi asal, namun hati nuraniku tidak mengatakan itu benar, jadi aku membantu untuk membenarkan posisi tidurnya.

"Selamat malam."

Aku tahu aku bodoh bicara pada orang mabuk yang tengah tertidur.

Mata Jungkook tiba-tiba terbuka, "Eunbi-ya." ia memanggilku.

"Kau tau?"

Aku menggeleng.

Dia kembali tersenyum dengan wajah mabuk. Ia melanjutkan, "Aku ingin sekali menganggap ini sebagai kencan kita, namun kita belum jadian. Aku ingin kita jadian, namun aku ragu dengan diriku apakah aku suka padamu. Aku ingin yakin dengan diriku, namun.. "

"Namun?"

Ia menarik tanganku dan membuatku duduk di sisi kasurnya, ia bangkit untuk duduk dan menaruh kepalanya di pundakku.

"Namun perasaan muak dengan suatu hal membuatku tidak percaya diri untuk menyukaimu." lanjutnya.

Ini adalah pertama kali kontak fisikku dengan Jungkook yang kulakukan secara sadar.

"Apa aku harus mengungkapkan itu lebih dahulu? Perasaanku."

Jungkook mengangguk yakin— juga masih mabuk, "Ide bagus! Aku dalam keadaan bimbang, jika bukan kau yang mengatakannya, kapan kita jadian?"

Semakin lama melihat ekspresinya yang tengah mabuk membuatku tersenyum, aku terus memikirkan sesuatu.

Haruskah aku yang mengatakannya lebih dahulu?
«».

Meet You. ➖[sinkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang