28

715 101 4
                                    

Kakiku memasuki bandara.

Sengaja aku tidak memberitahu yang lain langsung, karena memang penerbangan ayah itu malam hari dan mendarat di fajar pagi.

Tapi aku sudah mengirimkan pesan melalui kertas dan kutempelkan pada pintu kulkas, seperti yang biasa kulakukan bersama Jungkook.

Ketika aku melihat wajah ayahku, senyumku mengembang, diwajah ayahku pun begitu.

"Hanya kau sendiri?" tanya ayah.

Aku memajukan bibriku kecewa, "Ayolah, itu hal yang pertama ayah tanyakan setelah berbulan-bulan tidak bertemu denganku?"

Beliau mengacak rambutku gemas, "Arraso. Aku minta maaf!"

Kami keluar dari bandara dan menaiki taxi, aku terus bercanda dengannya walaupun mataku masih sedikit mengantuk.

"Sudah kutetapkan, aku akan jadi perancang baju. Itu keren kan?"

Ayahku seakan tertarik dengan arah pembicaraanku, "Benarkah?"

Mulutku tak berhenti bercerita tentang yang terjadi selama ayahku pergi. Beliau pun mendengarkan dengan sabar.

Berada dilampu merah, ayah turun untuk membuang sampah yang berada ditasnya, kebanyakan kertas. Ia bilang dipesawat pun otaknya masih harus dikuras untuk perusahaannya.

"Disini ada tempat sampah?" tanyaku.

Ia menunjuk kearah luar. "Kau tak melihatnya?"

Aku melihatnya.

"Aku akan buang sampah sebentar," ucap ayah pada supir taxi, sang supir hanya tekekeh dan mengangguk.

Senyumku terukir karenanya.

Dan ayah keluar menyebrang, untuk membuang plastik itu.

Bunyi kendaraan lain terdengar ditelingaku, aku menoleh kebelakang dang menyadari sebuah truk besar mengarah kearah kami.

Detik selanjutnya, entah itu takdir ataupun bukan, duniaku seakan berhenti.

Hatiku berdetak keras, kepalaku pusing menyadari kejadian itu.

Kututup mataku sesaat, ketika kubuka kembali, aku menyadari darah- yang sangat-sangat banyak.

"HWANG EUNBI!"

Kupikir ini hanya ilusi. Kupikir darah ini bukan berasal dariku, tapi kenyataan mengatakan.

Akulah yang tertabrak.

Bahkan jika Jungkook melihatnya dari mimpi, untuk yang sekarang ini, mimpinya benar-benar tertabrak.

Suara ledakan bercampur teriakan dari ayahku terdengar ditelingaku.

"HWANG EUNBI!"

Ini begitu sakit, kuputuskan untuk menutup mataku untuk mengurangi sedikit rasa sakit itu.

Jeon Jungkook, jangan mimpikan ini. Tolong, kau begitu berharga.

---

Semua berkumpul setelah gadis mereka berhasil melewati proses operasi.

Pria muda itu berlari dengan masih memakai kaos polos. Seluruh tubuhnya bergetar takut mendengar gadisnya harus mengalami hal ini.

"Operasinya sudah lewat." kata Ayah Eunbi.

"Kapan Eunbi akan bangun? Paman?" Jungkook menggenggam tangan Paman Hwang dengan menanti harapan.

"Mereka bilang butuh waktu lama." Jawabnya.

Pikiran Jungkook langsung kosong. Ia berjalan menjauh darisana. Jungwoo memanggil Jungkook dengan cemas. "Apa kau tidak akan melihatnya?"

Jungkook menelan ludahnya susah. "Nan.. Nanti. Aku akan kem.. bali." ucapnya tercekat.

Ia menjauh dari rumah sakit dan mengurung dirinya di dorm.

Menghabiskan hari demi hari disana, menyesalkan tentang mimpinya. Menyalahkan dirinya, harusnya ia terus bersama gadisnya itu.

Ini salahnya.
Semua salahnya.

TBC : ending

Meet You. ➖[sinkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang