20

599 92 0
                                    

Aku kesepian.

Bekerja paruh waktu serta pekerjaan rumah, aku yang mengurusnya.

Diwaktu malam, aku sering merasa kesepian. Karena terkadang, ketika Jungkook tengah belajar bisnis dirumah ibunya, aku harus belajar pelajaran sekolah sendirian.

Bukan hanya itu yang menggangguku.

Terkadang rumor buruk tentang kami masih terdengar di telingaku, walaupun rumor itu tidak dibahas didepan Jungkook atau jika Jungkook tengah bersamaku.

Rumor mengatakan, bahwa kami tinggal bersama dan melewati batas kami. Aku hampir depresi karena rumor itu.

-

Jariku mengetuk meja mengikuti alunan musik ballad yang tersalur memalui earphone yang bertengger ditelingaku.

Kelasku tidak ada guru, jadi aku memutuskan untuk ke perpus mencari keheningan sesaat sampai jam pelajaran berikutnya datang.

Disini cukup tenang ditambah lagu yang tengah kudengarkan, membuatku semakin merasa nyaman.

Tidak ingin membuang waktu, akhirnya aku memutuskan untuk mencari beberapa buku yang dapat kubaca.

Sebuah buku yang berjudul 'Impian' menarik perhatianku lagi.

Jungkook yang menemukan buku ini, dan disini ia menemukan impian sesungguhnya. Itu yang ia katakan padaku.

Banyak macam pekerjaan yang tercantum disini. Jungkook pernah mengatakan padaku ia ingin menjadi polisi, kukira itu hanya impian kecilnya, namun ia menegaskan bahwa ia benar-benar ingin menjadi polisi dimasa depan.

Jungkook bertanya balik padaku tentang impianku, aku mengatakan bahwa impianku menjadi dokter bagian anak-anak, maksudku yang hanya mengurusi penyakit pada seorang anak.

Aku tersenyum mengingat itu.

"Ya," suara dingin dan sinis terdengar masuk ditelingaku, tangannya pun dengan sepihak menutup buku yang tengah kubaca.

Gadis kasar itu merebut buku yang tengah kubaca, ia mengutip judul buku itu, "Impian. Hah-"

Ia kembali menaruh buku itu di rak, "Kau mempersiapkan masa depanmu karena telah melakukan itu kan? Kau tidak ingin sengsara di hari selanjutnya, jadi kau membaca buku seperti ini." ia meremehkan ku.

Ketika aku berhadapan dengannya, watak arogan nan kasarku juga datang secara otomatis.

"Tutup mulutmu, pikirkan ucapanmu sebelum kau berucap."

Kami saling beradu celoteh hingga tanpa sadar kami saling jambak menjambak.

-

Kami berada di ruang BK.

Guru BK pun pusing karena rasanya tidak ada satu hari saja murid yang tidak bertengkar.

"Kali ini kenapa? Eunbi, tidak biasanya kau seperti ini." ucap guru BK.

"Ia memancing amarahku."

Kami di tanya secara terpisah untuk menghindari kemungkinan untuk kami bertengkar lagi.

Berganti giliran, kini ia yang ditanya sedangkan aku keluar dari ruangan itu.

Jungkook tepat berada didepanku, dengan tangan yang berada di pinggangnya, "Ya, lihatlah rambutmu, kau seperti nenek lampir."

Aku menendang kakinya dan berjalan melewatinya. Ia meringis kemudian mengejarku kembali.

Ia menahan pundakku, "Biar aku rapihkan dulu rambutmu."

Tangannya meraih rambutku dan merapihkan itu secara hati-hati.

"Rambutmu gampang diatur." ujarnya.

Aku hanya mengangguk, karena itu memang betul.

-

Kami kembali ke dorm, hari ini kami tidak punya kesibukan entah itu kerja paruh waktu ataupun Jungkook yang belajar bisnis.

"Ya, katakan padaku. Apa yang terjadi." bujuk Jungkook.

Aku membelakanginya, "Tidak ada."

"Kumohon." pinta Jungkook lagi.

Ia berhasil membujukku dan akhirnya aku bercerita kepadanya tentang rumor itu masih sering diungkit oleh murid yang mencari masalah denganku tadi.

Jungkook tersenyum dan menenangkanku, tangannya bergerak mengambil sisi kepalaku dan menaruh dipundaknya.

Sejujurnya aku tidak ingin mengungkit hal ini, namun perihal kami yang masih tinggal bersama membuatku terus kepikiran, jika kami ketahuan benar-benar tinggal bersama, semua akan berantakan.

Mereka akan benar-benar berfikir bahwa aku dan Jungkook melakukan sesuatu diluar batas, aku takut hal itu terjadi.

"Jungkook-ah."

"Hmm?"

"Haruskah kita tinggal secara terpisah?"

Jungkook tertawa, "Apa maksudmu."

Aku ikut tertawa, "Tidak, lupakan saja." ucapku melupakan niatku diawal.

Kurasa sekarang bukan saat yang tepat untuk mengatakan kepadanya untuk tinggal secara terpisah, biarkan aku menikmati moment ini, aku ingin berada dipundaknya.

-

Aku bekerja paruh waktu dalam mood yang buruk, disekolah membuatku sedikit frustasi, namun aku tidak bisa menunjukkannya karena Jungkook terus berada disampingku.

Hari ini aku benar-benar membuat masalah ketika aku bekerja, aku mendapat potongan gaji selama dua minggu karena itu.

Aku pulang dalam keadaan sangat lelah.

Jungkook menyambutku dari sofa, ia tengah menonton tv. Mataku terpaku melihat kondisi dorm yang sudah rapih, padahal aku belum membersihkannya.

"Kau membersihkan rumah?" aku bertanya dan Jungkook mengangguk, "Kau terlihat sangat lelah ketika bekerja, aku tidak mungkin membiarkanmu membersihkan dorm hari ini."

Kami membahas tentang rumah membuatku teringat dengan niatku beberapa hari lalu. Aku terpikir hal itu, membuatku merasa lelah.

"Jungkook-ah." aku memanggilnya seraya berjalan dan duduk di sofa sebelah Jungkook, bukan disebelah Jungkook, namun di sofa sebelahnya.

"Hm?"

"Kau ingat tentang aku yang pernah membahas agar kita tinggal secara terpisah?"

Pergerakan Jungkook terhenti, ia seakan tidak ingin mendengarkan, namun telinganya tetap akan mendengar apa yang aku ucapkan.

"Aku serius dengan itu. Mari kita tinggal secara terpisah. Itu keputusanku, tolong hargai itu."

Hening cukup lama.

Jungkook juga tidak menjawab, dan akhirnya hanya berjalan kekasur menyelimuti dirinya. Kurasa aku akan tidur di sofa malam ini.
«».

Meet You. ➖[sinkook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang