Seorang gadis berlesung pipi tampak memandang sekitarnya. Di helanya nafas pelannya dan dia mulai berbalik untuk pulang. Langit sudah menggelap, dan dia masih setia dengan seragam SMPnya.
Dia berjalan perlahan ke dekat sebuah sepeda dan segera mengayuhnya, meninggalkan sebuah pantai yang tampak sudah sepi.
Selama perjalanan, sesekali dia bersenandung untuk menghilangkan rasa sepinya. Walau begitu, di dalam hatinya terus merasa hampa. Tidak ada yang dia rasakan selain sebuah kesepian.
Sesampainya di rumah yang tidak terlalu besar ataupun kecil, di sandarkan sepeda itu ke salah satu dinding dan dia segera masuk. Tidak ada yang menyambutnya. Sama seperti hari-hari sebelumnya. Dia hanya tersenyum kecut saat melihat keluarganya sedang sibuk dengan ponsel serta TV yang menyala. Dengan perlahan, dia membuka pintu kamarnya dan duduk di atas sebuah ranjang.
"Sama aja," gumamnya pelan. Dia bergegas mengganti pakaiannya. Setelah itu dia memilih makan malam dan berdiam kembali di dalam kamar.
Tidak ada yang berubah, hanya seperti itu yang dia rasakan. Dia hanya tinggal bersama Ayah serta ketiga saudaranya. Sebenarnya dia memiliki empat saudara. Hanya saja, Kakak pertamanya memilih tinggal sendiri di sebuah kost yang lumayan nyaman bersama seorang temannya.
Ditatapnya langit-langit kamarnya dengan tatapan sendu. Dia selalu berfikir untuk 'kembali'. Tapi rasa takut untuk melakukannya selalu menghantui dia setiap saat.
*****
Pagi ini dia kembali berusaha ceria. Berusaha menghilangkan rasa sepi dan rasa sedihnya. Menutupi apa yang selalu dia rasakan.
"Papa berangkat kerja dulu, Beb!" Seru seorang pria paruh baya. Dia tersenyum sangat manis dihadapan sang Ayah.
"Iya, Pa, hati-hati." Katanya tersenyum lebar.
Setelah Papanya pergi, dia memutuskan untuk membereskan rumah. Dia memang masuk sekolah pukul 12 siang. Jadi, selama pagi hari, dia hanya membereskan rumah dan memasak di bantu sang Kakak kedua yang juga masuk sekolah pada jam siang.
Matahari mulai meninggi, dengan seragam putih birunya, dia terlihat bersemangat. Tidak. Lebih tepatnya... mencoba bersemangat.
"Naik sepeda?" Tanya sang Kakak yang baru saja memakai sepatunya.
Beby mengangguk kecil sembari membetulkan dasinya yang sedikit miring. "Aku berangkat, Kak inyi!" Serunya yang hanya diangguki. Dia segera mengayuh sepedanya menuju sekolah yang hanya berjarak sekitar 3 km.
Sesampainya di sekolah, dia sudah disambut dengan beberapa temannya. "Ci ileh, anak pinter dah dateng. Katanya nggak mau naik sepeda lagi?" Beby tersenyum kecil mendengar gurauan temannya itu.
"Tadinya sih, mau nggak naik sepeda, cuma sayang uang jajannya hehehe." Ujar Beby.
"Ya udah, yuk! daripada disini, kek satpam dimari." Ajak seorang gadis berambut panjang yang di ikat ekor kuda. Beby mengangguk dan berjalan terlebih dahulu.
"Teteh!" Seru seorang gadis berlesung pipi. Beby menggeleng kecil melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Gaby apa deh," kata Beby tersenyum geli.
"Tau, jijik Beby punya adek kek elu, Gab!"
"Ish! Nabilah jahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RandomSekumpulan imajinasi yang terlintas di dalam otakku, dan aku rangkai dalam sebuah kata demi kata yang membentuk cerita. Hanya ingin menghibur, bukan mengajak untuk melakukan hal yang sama dengan semua ceritaku. Semoga menghibur dan selamat masuk ke...