CL (ChiMi): Tugas Seorang Pacar

1K 136 9
                                    

Rencana tidak selalu berjalan sesuai keinginan, saat kita berharap semua berjalan lancar, tapi kadang Tuhan berkata lain. Begitulah yang kini dirasakan para member JKT48, harapan untuk bertemu fans di Bandung, bayangan akan bertemu dengan fans yang jarang sekali mereka temui bahkan ada yang belum pernah bertemu, pupus seketika.

Kabar akan batalnya tour tentu membuat semua member merasakan sedih, kecewa, merasa bersalah, dan lainnya. Tangisan pun tak terbendung. Ketika kabar itu diungkapkan manager mereka, tangisan pecah begitu saja. Bus yang tadinya ramai akan tawa mendadak berubah hening sejenak dan kemudian terdengar suara isak tangis.

Shani dan Feni yang memang member paling tua saat itu, berusaha menenangkan adik-adik mereka yang tentunya menangis lebih kencang dari mereka. Dibantu Eli dan Chika yang ikut memeluk gadis-gadis yang lebih muda, mengucapkan kalimat yang menenangkan walau mereka sendiri juga sedang menangis.

Hari itu benar-benar di luar dugaan, selama perjalanan menuju Bandung, mereka sudah mempersiapkan semuanya, sudah membayangkan bertemu fans baru maupun lama yang jarang mereka temui karena jarak. Tapi kenyataan berkata lain.

Dan saat ini mereka dalam perjalanan pulang menuju Jakarta. Meski masih merasakan sedih, tapi tidak sesedih hari sebelumnya. Kini mereka lebih ceria, kembali bercanda di dalam bus, saling melempar gurauan yang lucu sampai yang garing.

Selama di bus, Chika menyumpal telinganya dengan airpods, mendengarkan lagu-lagu untuk menemani perjalanan pulangnya. Layar ponsel yang memperlihatkan halaman chat seseorang membuatnya sesekali menghela napas. Ia merindukan orang yang kini entah sedang apa.

"Chatlah kalo kangen," ledek Adel tiba-tiba.

Ia menoleh, melepas sebelah airpods-nya dan berucap, "Nggak ah, galak dia."

"Siapa tau dia kangen juga," balas Adel.

"Pengen sih, tapi taulah dia kalo marah gimana," gumam Chika sembari mengunci ponselnya.

"Emang kayak gimana? Paling diomelin abis itu udah."

Chika mengendikan bahu, ia tidak tahu apa respon kekasihnya itu kalau tiba-tiba ia mengiriminya pesan. Mengingat saat sebelum tour, mereka bertengkar cukup hebat. Ia hanya takut kalau ada pertengkaran lagi di antara mereka jika ia mengiriminya pesan secara tiba-tiba.

Langit mulai menggelap dan bus yang mereka tumpangi perlahan berhenti. Saat Chika menoleh ke jendela, mereka sudah sampai di tempat tujuan.

Satu persatu member turun, mengambil koper masing-masing dan segera masuk ke dalam rumah yang biasa fans sebut sebagai basecamp. Chika pun ikut turun, usai mengambil koper, ia masuk ke dalam. Duduk di kursi yang biasa digunakan para member untuk Showroom.

"Astaga, lupa tadi mau ke kamar mandi," katanya sembari meletakan ponsel ke atas meja.

"Astaga, Chik, ke kamar mandi pun lupa," celetuk Eli yang hanya dibalas cengiran oleh Chika.

Chika berjalan ke arah toilet yang tidak jauh dari sana. Semua fans pasti sudah tahu toilet yang biasa digunakan sebagai tempat nongkrong para member. Ketika pintu terbuka, seorang gadis berambut sebahu berdiri di hadapannya dengan raut wajah khawatir.

Sunyi beberapa saat, mereka saling memandang, Chika tak menyangka kalau orang yang ia rindukan ada di hadapannya saat ini. "Sini," gumam gadis itu sembari merentangkan kedua tangan.

Perlahan kaki Chika melangkah maju, air matanya pun turun tanpa disuruh. Rasa rindu, rasa bersalah, dan butuh pelukan adalah yang ia rasakan saat itu. Sesampainya di hadapan gadis itu, ia memeluknya erat. Tangisannya yang ia tahan saat tanggal 3, akhirnya pecah juga.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang