Aku jatuh cinta pada seseorang yang tak seharusnya aku cintai. Seseorang yang bahkan hanya bisa ku lihat melalui sosial media. Lucu, bukan? Aku sering ditertawakan teman-temanku akan kebucinanku ini. Tapi aku tidak peduli, aku terus mencintainya dan mengaguminya.
Shani Indira Natio, seorang gadis terkenal, aktris sekaligus penyanyi papan atas di Indonesia. Ya, aku jatuh cinta pada seorang public figure dan aku tak peduli apa kata orang tentangku. Yang aku pedulikan hanya dia. Mungkin ini aneh, sudah jatuh cinta pada seorang artis dan artis itu adalah seorang gadis sepertiku. Sekali lagi, aku tidak peduli. Salahkan saja waktu dan tempat tujuan hatiku jatuh. Aku tidak ingin menyalahkan cinta. Karena cinta terlalu manis untuk disalahkan.
Ini sudah berjalan satu tahun aku jatuh cinta pada sosok gadis berlesung pipi itu. Berawal dari nonton bareng film terbaru Shani, dan berakhir aku jatuh cinta pada sosoknya. Cinta memang gila.
"Gre!!!" suara itu membuatku mengalihkan pandangan dari layar ponsel. "Lu besok bolos? Shani diundang di Dahsyat, kan?" dengan tersenyum malu, aku mengangguk.
"Gila lu? Bolos demi ketemu Shani doang."
"Biarin sih, nggak ngerugiin elu juga, Nin."
"Emang nggak ngerugiin gue, tapi lu nyadar nggak? Udah setaun nih, mau sampe kapan lu cinta sama tuh artis?"
Aku mengendikan bahu, mengalihkan pandanganku kembali pada layar ponsel yang menampilkan sebuah foto yang beberapa saat lalu Shani upload ke Instagram pribadinya. Seperti biasa, manis, anggun dan... Sempurna. Senyumku mengembang dan menggeleng kecil menatap foto itu.
"Ya, Tuhan! Kapan temen gue sadar kalo dia sama Shani itu jauh?! Jauh dari jangkauan, jauh dari materi, jauh dari-"
"Mending lu diem sebelum sepatu gue melayang, Nin." Menatap malas pada Anin yang sudah menyengir. Bosan rasanya mendengar ucapan Anin yang itu-itu saja tapi memang kenyataannya benar.
"Besok gue ikut, ya?" Ucapan Anin membuatku mendelik ke arahnya.
"NGGAK! Entar gue diomelin pacar lu. Udah tau pacar lu cowok tapi mulut cewek. Jangan sampe gue ribut lagi sama pacar lu." Anin cemberut menatapku tapi aku memilih melengos. Daripada berdebat, aku memilih memakai headset dan menyetel lagu Shani. Ah, pada akhirnya aku akan kembali pada dunia tentangnya.
Hanya dengan mendengar dia bernyanyi, jantungku bisa berdegup kencang seperti baru saja berlari marathon. Aku menikmati degup jantung ini, meski sesekali aku disadarkan dengan kenyataan dunia. Bahwa kami memanglah berbeda.
*****
Hari ini, dengan memakai celana jeans panjang dan hoodie ungu serta sepatu kets, aku berdiri di paling depan panggung. Kebetulan hari ini Dahsyat diadakan di luar gedung RCTI. Aku bersyukur datang cepat dan mendapatkan tempat paling depan sehingga bisa melihat Shani bernyanyi nanti. Di sampingku ada Anin yang tiba-tiba datang entah darimana dengan wajah tanpa dosanya.
"Sampe pacar lu ngomel-ngomel ke gue, jangan salahin gue mulut pacar lu bengkong besok," ancamku yang hanya mendapat acungan jempol dari Anin.
Ku edarkan pandanganku ke sekeliling area panggung, siapa tahu Shani lewat. Dan benar saja, aku melihat gadis berlesung pipi dengan kaos putih lengan panjang, celana jeans biru muda serta topi putih yang melindungi rambut kuncir kudanya. Manis dan sempurna. Senyumku mengembang disertai degup jantung indah dalam dadaku.
"Dih? Pantesan diem." Tak ku hiraukan gerutuan Anin di sampingku, aku terus memperhatikan setiap gerak-gerik Shani yang ku anggap setiap detiknya adalah waktu yang berharga.
Beberapa menit kemudian, acara Dahsyat pun di mulai dengan di awali peringkat lagu yang terpopuler minggu ini. Selama menunggu Shani tampil, aku mengecek sosial mediaku, lebih tepatnya mengecek sosial media Shani. Ada beberapa posting-an baru yang mengingatkan pada Inshanity kalau dia akan tampil di Dahsyat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RandomSekumpulan imajinasi yang terlintas di dalam otakku, dan aku rangkai dalam sebuah kata demi kata yang membentuk cerita. Hanya ingin menghibur, bukan mengajak untuk melakukan hal yang sama dengan semua ceritaku. Semoga menghibur dan selamat masuk ke...