Jarak Kita Dan Daya Tampung Rinduku

3.3K 197 15
                                    


Hari ini kita berjumpa
Setelah lama tidak bersua
Kau bawakan sekotak cinta
Akupun tersenyum manja

Sudah dari setengah jam yang lalu kami terus berada di posisi yang sama. Aku memeluk lehernya dan dia memeluk pinggangku dengan lembut. Tatapannya tak pernah lepas dari kedua mataku. Tatapan yang aku rindukan selama hampir dua bulan ini.

Alunan lagu Salshabilla itu terus terulang mengalun dari ponselku yang ku letakan di atas meja belajarku. Sepasang kaki kami terus bergerak mengikuti alunan lagu yang beberapa hari ini ku dengarkan. Lagu yang menceritakan semua isi hatiku ketika dia jauh dariku.

Sempat aku rasakan juga
Rindu yang tak tertahan dada
Dan inilah tiba waktunya
Tuk tetap kau disini

Bertemu kembali setelah dia menyibukan diri dengan berbagai tugasnya. Rindu yang selalu datang bahkan kadang tak bisa aku kendalikan. Dan hari ini, dia datang ke rumahku dengan senyum tanpa dosanya. Awalnya aku ingin memaki orang yang sekarang mengusap pipiku dan sesekali mengecup hidungku dengan hidungnya. Tapi sebuah pelukan yang sangat aku rindukan membuat amarahku luntur.

Jangan pergi pergi lagi
Ku takut kamu tak akan kembali
Tak mau sendiri jalani hari
Jangan lagi kau kemana mana

"Kamu rindu aku?" Seandainya membunuh orang itu tidak ada hukumnya, mungkin saat ini nyawanya sudah melayang.

"Kamu kira, nahan rindu gampang? Hampir dua bulan kamu tinggalin aku cuma karena tugas yang nggak tau sampe kapan selesainya." Aku kesal dengannya. Selalu pertanyaan itu yang dia lontarkan. Sementara dia sudah tahu bagaimana perasaanku selama ini.

Meski keributan sering terjadi di antara kami, tapi itu pure karena rasa rindu yang sudah tidak mampu aku bendung sendiri. Jadi, jangan salahkan aku kalau aku memakinya bahkan mengatainya dengan nama-nama hewan yang ada di kebun binatang.

"Katanya waktu itu, kamu nggak bakal hubungi aku? Kok sekarang malah peluk-peluk?" Ucapnya tersenyum jahil. Lihatlah! Bagaimana dia membahas kejadian beberapa hari yang lalu. Dimana aku memarahinya untuk tidak menghubungiku. Tapi itu benar-benar karena aku sedang emosi kepadanya.

"Jadi kamu nggak suka aku peluk? Ya udah sana, kamu per-"

"Nggak. Aku nggak bakal lepasin kamu dan aku nggak bakal ninggalin kamu lagi. Cukup kemarin, jangan berlanjut." Dia menyelaku dan memelukku erat. Pelukan yang sangat aku rindukan. Pelukan yang hangat dan pelukan yang penuh cinta.

Aku ingat, bagaimana awal kerenggangan kami. Bahkan sampai ada seseorang yang datang kepadaku, menawarkan diri sebagai teman, sahabat, dan pendampingnya. Tapi mau bagaimanapun, dia orang yang aku cinta. Dan tidak akan pernah ada yang bisa menggantikannya. Sekalipun kami terpisah karena maut, aku akan terus menunggunya hingga kami bertemu di surga.

Awal yang pahit dengan akhir yang sangat manis. Bahkan ini lebih dari kata manis. Kami berdansa dengan di iringi lagu yang menceritakan keadaanku beberapa waktu lalu.

*****

"Hallo! Beb, dimana?"

"......."

"Hah? Nugas lagi? Ya udah, semangat nugasnya. Jangan lupa makan. Istirahat kalo udah capek, jangan nugas terus sampe lupa istirahat."

"......."

"Kamu ih, iya-iya mulu. Aku juga tau. Kamu tuh, yang harusnya mikirin makan. Badan udah ceking gitu, jangan telat makannya. Awas aja kalo ngeluh pusing. Ya udah, aku mau latihan."

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang