Ketika cinta membuat seseorang buta, semua yang mereka rasakan hanya sebuah rasa yang membahagiakan. Tidak ada yang namanya bosan dan akan selalu rindu jika tak bertemu. Cinta memang indah. Tapi itu hanya dasar. Cinta sejati itu yang menceritakan bagaimana kisah sepasang insan saling memahami, saling percaya dan saling jujur satu sama lain. Tak ada dusta antara mereka. Dan tidak ada yang namanya hidup dalam ketenangan. Cinta sejati itu sering bertengkar hanya karena masalah "aku rindu kamu."
Mungkin itu dianggap semua orang sebagai childish. Tapi tidak untuk kedua orang yang sedang sibuk dengan gadget masing-masing ini.Keduanya terus diam dalam satu meja. Beberapa detik yang lalu, mereka baru saja berdebat hanya karena masalah saling curiga. Gadis berlesung pipi itu tampak gelisah saat tidak mendapatkan perhatian dari sang kekasih yang sibuk dengan ponsel yang sedaritadi dia genggam.
"Gini aja terus, sampe Monas sama menara Eifel tukeran tempat." Ketusnya sambil membuang pandangannya keluar jendela.
Orang di hadapannya seketika menghentikan pergerakan jari jemarinya yang sedaritadi mengetik. Dia sedikit melirik ke depannya dan tersenyum tipis. Tipis dan nyaris tak terlihat.
"Kan aku udah bilang daritadi, kamu pesen aja duluan, aku entaran." Katanya kembali sibuk dengan ponselnya.
"Kamu tuh, tau ah! aku mau pulang!" Seru gadis manis itu. Dia menyambar tasnya yang ada di sampingnya dan berjalan cepat, keluar dari restoran.
Sedangkan seseorang yang masih terdiam di tempatnya, hanya mampu menghela nafas lelahnya. Sudah sering seperti ini. Dia tak habis fikir dan selalu bertanya pada dirinya sendiri, "Hubungan macam apa seperti ini?"
Dia meletakan selembar uang berwarna merah untuk membayar minuman yang sempat dia minum. Dan kakinya mulai berjalan melewati beberapa pengunjung hingga keluar dari dalam restoran.
Pandangannya dia arahkan ke kiri dan kanan. Mencari gadis yang entah kemana itu. Perlahan senyumnya mengembang saat mendapati gadisnya sedang duduk di seberang jalan. Tepatnya duduk di sebuah halte bus.
Dia menyeberang jalan dan langsung duduk di samping gadisnya. Tak peduli apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Ngapain di sini?" Tidak ada jawaban. Dia terus diam dan hanya melirik gadisnya. Hingga sebuah tas melayang di kepalanya, membuat pekikannya terdengar oleh beberapa orang.
"Aduh! sakit, Cin!" Pekiknya sembari mencoba menghindari pukulan dari gadis yang lebih pendek darinya itu. Tapi tidak ada kesempatannya untuk berlari dari sana. Dia juga harus menjaga gadis yang sangat dia cintai.
"Makanya, kalo di ajak ngobrol itu jawab. Jangan kayak orang bisu. Rasain nih, rasain!" Seru gadis itu yang masih setia memukuli orang di hadapannya.
Beberapa orang hanya tersenyum sambil menggeleng melihat kelakuan keduanya. Tak berapa lama, tas yang sedaritadi memukulinya, kini telah terbang dan mendarat dengan mulus di atas genangan air. Memang Jakarta baru saja hujan dan menyebabkan beberapa jalanan menjadi becek.
"Tas... gue..." Lirih Cindy menatap nasib tas barunya. Perlahan mata terkejutnya itu berubah menjadi tajam dan sangat tajam. Dia arahkan pada si pelaku yang sudah meringis ketakutan.
"Lo lempar tas gue ke genangan air? JIDAN!! KITA PUTUS!!" Cindy langsung berlalu pergi meninggalkan Jidan yang melotot. Dia tidak percaya jika Cindy akan mengucapkan hal itu lagi.
"Lah? kok cuma masalah tas doang dia mutusin gue sih? Cin! tungguin! gue bersihin nih tas lo!" Diambilnya tas itu dan dia segera berlari mengejar Cindy.
*****
Kini keduanya sudah berada di dalam mobil Jidan setelah dengan cara Cindy yang di gendong oleh si pelaku dan di paksa masuk ke dalam mobil. Cindy tampak masih kesal dan tak mau menatap Jidan yang belum juga menyalakan mesin mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
RandomSekumpulan imajinasi yang terlintas di dalam otakku, dan aku rangkai dalam sebuah kata demi kata yang membentuk cerita. Hanya ingin menghibur, bukan mengajak untuk melakukan hal yang sama dengan semua ceritaku. Semoga menghibur dan selamat masuk ke...