CL: I Love You No Matter What

1.4K 188 36
                                    

Gadis manis dengan rambut terurai baru saja menyelesaikan sentuhan akhir dari make-upnya hari ini tepat di bibir. Tubuhnya berbalik ke arah ranjang yang sudah tergeletak sebuket uang. Ya, uang bukan bunga seperti orang-orang pada dasarnya.

Dirasa sudah siap dan sudah mengecek ulang penampilannya, ia meraih buket uang itu serta tas kecilnya. Ia turun menuju mobil berwarna hitam yang sudah terparkir di depan rumahnya.

"Sesuai aplikasi ya, Pak," ucapnya saat sudah di dalam mobil.

"Siap, mbak," balas sang supir.

Mobil mulai melaju melewati rumah-rumah di dalam komplek rumahnya. Sepanjang jalan ia terus menghela napas seakan takut lupa bagaimana caranya bernapas. Sesekali ia tersenyum membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

"Pasti dia bakalan seneng banget gue ajakin balikan," pikirnya.

Tak berapa lama ia berhenti di sebuah toko kue. Ia masuk ke dalam sana dan keluar dengan membawa sekotak kue. Mungkin orang akan menanganggapnya gila karena sedari tadi menatap kotak kuenya dengan senyuman lebar.

Matanya melirik jam tangan putih yang melingkar di tangan kanannya, sudah pukul 18.55 dan artinya sedikit lagi ia sampai di tempat tujuan. Hal itu justru semakin membuatnya merasa deg-degan. Tangannya berkeringat bahkan sampai menelan ludah saja ia kesulitan karena terlalu gugup.

Sebelum keluar mobil, ia menghela napas panjang beberapa kali. Dalam hati ia terus menenangkan dirinya, membayangkan hal-hal lucu agar ia lebih tenang, tapi sayangnya itu tidak berhasil. Ia masih sangat gugup sampai ia harus memilih duduk di luar untuk mencari angin alami.

Sekali lagi ia melirik jam tangannya, ternyata sudah pukul 19.00 lalu ia menoleh kiri-kanan, tapi tak menemukan orang yang ia cari. "Kejebak macet kali, ya," gumamnya sembari membuka aplikasi chat di ponselnya.

Ia mulai mengetik dengan wajah penuh senyuman. Gugupnya masih sangat terasa. Mungkin kalau ada orang di sampingnya, orang itu akan bisa mendengar seberapa kencang jantungnya berdegup.

Tangannya segera meletakan ponselnya saat ia sudah mengirimi pesan orang yang ia tunggu. Ia menoleh saat seorang pelayan datang menawarkan pesanan.

"Saya pesen minum dulu ya, Mbak? Air putih satu sama milkshake cokelat. Terima kasih."

Usai pelayan itu pergi, ia segera mengecek ponselnya yang tiba-tiba berdering. Ternyata Olla dan Flora yang mengiriminya pesan.

"Semangat ngajak balikannya, Niel!"

"Kak Oniel, kalo udah balikan, kabarin, ya? Hahahaha SEMANGAT!"

Oniel tersenyum membaca pesan kedua gadis itu. Ia membalasnya cepat lalu kembali menoleh kiri-kanan, takut Ariel sudah datang. Tapi nyatanya belum.

Hampir setiap setengah jam sekali ia mengirimi Ariel pesan. Tapi sama seperti pagi tadi, tidak ada jawaban. Rasa khawatir mulai merebak, ia takut terjadi apa-apa pada gadis yang ia sayangi itu.

Entah sudah berapa kali ia melirik jam tangannya. Jari telunjuknya tiada henti mengetuk meja yang sudah terisi beberapa minuman dan makanan ringan. Sementara di dalam hati ia terus berdoa agar gadis kesayangannya itu baik-baik saja.

"Aku nggak bisa maafin diri aku sendiri kalo kamu kenapa-napa. Tolong jaga dia ya, Allah," doanya dalam hati.

Meski ia merasa khawatir, ia tak henti mengirimi Ariel pesan setiap setengah jam sekali. Tepat pukul 9 malam, ia sudah menyesap milkshake-nya yang ke-5, yang baru saja di antar oleh pelayan yang sama. Dan entah sudah berapa kali ia bolak-balik ke toilet karena terlalu banyak minum untuk menghilangkan rasa gugup dan khawatirnya.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang