Kado Dari Mantan

937 122 17
                                    

Lima belas menit telah berlalu dan Oniel masih duduk di pinggir ranjang sembari menghela napas berulang kali, berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdetak tak karuan. Ia sudah rapi dengan pakaiannya. Tas selempang kecil berwarna hitam juga sudah ia siapkan dan tergeletak begitu saja di atas meja. Hari ini akan menjadi hadiah ulang tahunnya yang tidak akan pernah bisa ia lupakan. Meski ia tahu, orang yang akan ia temui nanti, sudah bukan lagi miliknya.

Dering ponselnya berbunyi hingga membuatnya yang sedari tadi masih merasa dag-dig-dug, sedikit terkejut. Ia raih ponselnya, sebelum ia angkat panggilan itu, beberapa helaan napas ia hembuskan. Lagi-lagi ia berusaha untuk tenang.

"Hallo!" sapanya lembut, walau jantungnya berdetak sangat kencang.

"Niel, maaf, kita nggak jadi siang ini, agak sorean aja, ya? Soalnya aku ada pergi dulu sama-"

"Oke, nggak apa-apa kok," jawab Oniel cepat sebelum gadis di seberang sana melanjutkan ucapannya. Ada rasa kecewa saat mendengar itu, tapi ia berusaha menyadarkan dirinya bahwa kini ia bukan lagi prioritas dari seorang Ariella.

"Bener nggak apa-apa? Aku janji entar sore kita jalan, oke?"

"Ya!" balasnya dengan nada ceria, berusaha terdengar baik-baik saja walau kenyataannya tak seperti itu. "Nggak apa-apa kok, santai aja. Aku juga belum siap-siap hahaha," lanjutnya.

"Bagus deh, kalo belum siap-siap. Sekali lagi maaf, ya? Ntar jam 3-an aja apa, ya? Gimana?"

"Boleh-boleh, jam 3 aku sampe di sana," ucap Oniel dengan antusias.

"Oke! Jam 3 kita ketemuan di sana. See you, Unyil!"

"See you, Ci."

Oniel menghela napas panjang lalu melempar ponselnya ke atas ranjang. Mood yang tadinya sangat bagus, kini turun begitu drastis. Sangat buruk. Tapi ia tak bisa berbuat apapun. Mau marah juga tidak bisa.

Ia lepas jaket yang sudah ia kenakan lalu ia lemparkan ke sembarang arah. Tak lupa sepatu dan kaos kakinya ia lempar entah kemana. Saat ini ia memilih untuk diam di dalam kamar sampai jam 3 nanti. Mungkin dengan ini moodnya akan kembali membaik, pikirnya.

*****

Matanya mengerjap beberapa kali lalu ia menoleh pada jam yang terpasang di atas dinding. Sudah pukul tiga lewat sepuluh menit ternyata. Ia segera melompat dan dengan sedikit terburu-buru, ia pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tak butuh waktu lama, kini Oniel sudah siap untuk pergi. Ia mengirim pesan pada Ariel bahwa ia akan pergi menuju ke tempat janjian. Setelah dirasa semua barang bawaan sudah ia bawa, ia segera pergi.

Sepanjang jalan Oniel tak henti membayangkan apa yang akan ia lalui malam ini bersama gadis yang statusnya kini sudah menjadi mantan kekasihnya. Tak lupa ia berdoa agar kejadian tak menyenangkan di hari ulang tahun Ariel waktu itu, tak terjadi di hari ini untuk merayakan ulang tahunnya. Entah apa yang akan ia lakukan jika kejadian serupa menimpanya hari ini.

Ia turun dari mobil yang membawanya pergi lalu melangkah memasuki mall. Hari ini untuk merayakan ulang tahunnya sekaligus hadiah, Ariel sudah menyiapkan tiket nonton untuk mereka berdua. Tak hanya itu, Ariel mengatakan kalau masih memiliki hadiah lain untuknya dan itu membuatnya semakin penasaran.

Sebelum pergi menuju bioskop, tempat janjian mereka, Oniel pergi menuju salah satu gerai minuman. Ia membeli dua minuman karena ia pikir akan sedikit lama menunggu film dimulai, jadi ia membeli dua minuman agar mereka tidak kehausan selama menunggu. Usai membeli minuman, Oniel segera pergi menuju bioskop.

Di sana ia belum melihat Ariel dimanapun. Ia mengecek ponselnya, karena ia pikir mungkin Ariel mengiriminya pesan. Tapi ternyata tidak ada. Pesan yang tadi ia kirimkan pun belum dibaca oleh gadis itu.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang