Part 15

380 42 0
                                    

"Kamu adalah bintang, dan aku gelapnya langit malam. Aku hanyalah sekedar latar hitam gelap yang tak ada artinya jika kamu tidak menghiasiku"

-Greenut's Taste-

♡♡♡

"Isi formulir ini untuk ijin orang tua kalian ya. Jangan sampe dipalsukan tanda tangannya. Terutama buat kamu Rio."

"Lah? Saya mulu perasaan buk yang kena. Kayaknya ibuk ada hati nih sama."

"Iya hati dongkol!" sentak Buk Nilam.

Rio mengelus dadanya "Istighfar Ya Allah. Untung ibuk Nilam cantik, coba kalo jelek, tambah gak berani akuh." Rio bergumam.

Setelah selesai dengan urusannya, buk Nilam keluar meninggalkan kelas dan semua tarzan Kembali bersorak.

"Omegat! Ya Allah, jalan-jalan ke Bandung. Moga aja bundo Libra yang cantiknya ngalahin Angelina Jolie ngijinin Ya Allah," doa Libra.

"Segitu bahagianya denger kabar study tour," ucap Leo melihat aneh Libra yang sumringah.

Libra tersenyum lebar "Iya dong, ini kesempatan gue buat hiking ke alam. Selama bertahun-tahun gak pernah dibolehin." jawab Libra.

"Emang siapa yang gak bolein? Terus kenapa?"

"Bundo. Katanya nanti gue diapa-apain sama orang jahat, padahal kan gak ada orang jahat sama gue."

"Umm, menurut gue bundo lo bener sih. Perempuan itu rentan tindak kejahatan gak menutup kemungkinan kalo lo bakalan diapa-apain."

"Ya tapi ini udah terlalu berlebih-lebihan menurut gue. Dan sekarang gue yakin tetep juga gak dibolehin." ucap Libra tertunduk lesu.

Leo terdiam sejenak, memikirkan sesuatu yang hanya dia yang tau itu apa. "Gimana kalo gue bantuin lo minta ijin ke bundo? Lo tenang aja nanti gue yang jagain lo dari orang jahat. Gimana?" tawar Leo.

Sontak Libra langsung menggenggam jemari Leo "Seriusan?" Leo mengangguk "Ya ampun makasih banyak, jadi sayang gue sama lo." ucap Libra sambil mencium tangan lelaki itu berkali-kali.

Leo terkekeh geli "Berasa jadi istri teladan lu nyium tangan gue kaya gitu. Atau lu mau belajar jadi istri yang Solehah?"

Leo terkekeh melihat wajah memerah gadis itu. Lalu sedetik kemudian dia menghempaskan tangan Leo hingga mengenai meja.

"Sakit woi!"

"Sukurin!"

***

"LIBRA! LIBRA! BAYAR KREDIT PANCI LO! UDAH NUNGGAK 5 BULAN! WOI KAMBIING, SAPI, ULER, CICAK!" Panggilnya dengan keras.

Libra kena suara yang sangat familier di telinga Libra. Siapa lagi kalau bukan si rusuh, Rio.

Libra berjalan keluar dengan kesal. Dia bahkan melewati Leo dan Natasya yang sedang duduk du ruang tamu.

Libra berjalan menuju pagar rumah. Benar saja, Rio sedang nangkring di luar pagar dengan cengiran khasnya.

"Maaf Mbah! Enggak pesen jasa dukun!" ucap Libra santai.

"Mbah ndas mu! Bukain pagarnya. Shawn mendes mau masuk!" ucap Rio memerintah.

"Ngapain sih lo kesini, pasti mau numpang makan!" ketus Libra.

Rio menggeng-gelengkan kepalanya. "Astagfirullahaladzim, Sungguh engkau adalah sahabat yang durhaka. Memberi makan orang lain itu berpahala wahai anak ku," ucap Rio mendramatisi.

Libra memutar jengah bola matanya. "Banyak bacot lu. yaudah masuk!" Libra membukakan pagarnya Lebar-lebar, agar mobil Rio bisa masuk.

Rio masuk ke dalam dan mengucapkan salam, di ikuti oleh Libra yang berjalan di belakang Rio.

"Woi mabro, lo disini juga?" tanya Rio.

Natasya pamit kebelakang dan memberi ruang untuk para anak muda bercengkrama.

Leo tersenyum "Iya gue diajakin Libra, " ucap Leo.

Rio menoleh pada Libra "Oh gitu ya lo sekarang, gak ngajak-ajak gue, jangan-jangan kalian berdua ada apa-apa nih?" tanya Rio dengan wajah menyelidik.

"Eh tai kucing! Tadi udah gue telponin berkali-kali, lo aja yang sok ngartis." ucap Libra tesulut Libra.

"Hehe biasa lah, gue sibuk ngurusin jadwal gue yang padat."

"Jadwal apa? Mulung sama ngamen? Atau jadwal nyopet?"

"Bukan, jadwal begal. Begal hati kamu tapi," ucap Rio dengan wajah sok gantengnya.

Libra menggeleng miris "Dosa apa yang udah Mami gue perbuat nyampe punya anak kaya ini?"

"Emang Rio kaya gimana Lib? Kok lo ngomong nya kaya gitu?" tanya Leo memancing suasana.

"Iya, sifat dia sama abangnya, beda banget, Bang Nata pinter dia bego. Bang Nata cakep, dia bulukan. Pokoknya berkebalikan deh," jawab Libra, sontak membuat Leo terbahak kencang.

"Nistain aja gue terus, ikhlas gue mah. Biar pahala nambah," dengus Rio sambil mendelik pada kedua orang yang sedang menertawakannya.

***

"Hati-hati kalian pulangnya," ucap Libra.

"Iya Mami," ledek Rio.

"Makasih udah bantuin gue minta ijin sama Bundo."

Leo tersenyum "Iya sama-sama. Gua jalan dulu ya Lib," ucap Leo.

"Gua juga, bye bye My second Mommy," ucap Rio, lalu memeletkan lidahnya dan langsung menjalankan mobilnya, bersamaan dengan Leo.

"Dasar anak kurang ajar!" teriak Libra.

Di perjalanan, Leo mengendaraai motornya dengan pelan. Ia teringat kejadian saat di rumah Libra.

Flashback on...

"Ijinin aja Sha, kapan lagi dia punya momen sama temen-temennya. Lagian acara sekolah kok," ucap Adrian memantu Libra.

"Bener Bun, ijinin aja. Liat tuh mukanya udah lecek kaya kucing emperan toko." Daniel terkikik geli melihat wajah adiknya yang memberengut sebal.

"Aku sama Rio bakalan jagain Libra kok Bundo, dijamin gak bakalan kenapa-kenapa."  kali ini Leo yang berbicara.

Sedangkan Rio? Apa kabar dengan manusia satu itu? Dia tengah asik menikmati makanan di meja makan sendirian.

Dasar orang kaya rasa fakir miskin!

Natasha nampak ragu, bukan apa-apa. Dia seperti ini karena Libra adalah anak perempuan satu-satunya yang ia miliki, jika terjadi sesuatu yang membahayakan keselamatan dan masa depannya, Natasha tidak akan mampu memaafkan dirinya sendiri.

Namun dia juga tidak tega melihat wajah memelas dengan mata berkaca-kaca penuh permohonan itu.

"Bundo ijinin, tapi janji jagain Libra ya Leo."

Flashback off ...

Leo tersenyum kecil saat memasuki rumah, hingga membuat bi Nani tersenyum senang melihatnya.

Sudah sembilan tahun lamanya, terhitung sejak sang ibu meminggal dan ayahnya yang terlalu sibuk dan melupakan anaknya. Tuan mudanya itu sering muram dan jarang tersenyum. Namun beberapa waktu ini, dia melihat Leo lebih ceria dan berwarna.

Dulu pernah ada seorang gadis yang selalu menemani Leo, mereka sering bersama. Namun entah mengapa gadis itu tiba-tiba menghilang dan kembali membuat Leo jadi dingin.

"Ternyata cowok yang dipeluk Libra di halte itu abangnya, pantes aja mereka mirip, satu pabrik ternyata." kekeh Leo saat sudah Sampai di dalam kamarnya.

"Bego lu Leo! Marah-marah kaya cewek pms."

Leo meraba jantungnya yang berdetak cepat saat memikirkan Libra.

Apakah ini yang dinamakan cinta?

Apakah Leo sudah bisa melupakan masa lalu yang menghilang dahulu?

***

TBC

SERAH DAH!

 LibraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang