[two] to [eleven]

3.2K 304 12
                                    

Jollie tersudutkan oleh beberapa orang. Acer sedang menuangkan teh untuk mereka, sedangkan Gio mengajak anak-anak main di belakang villa. Jelice tak mau adu mulut, lebih memilih angkat kaki dan menyusul Gio.

Sementara itu, Marinka tak layak memperdebatkan masalah ini karena memang bukan urusannya. Veera juga seorang saksi, memilih menyingkir. Masalah ini cukup hanya kepada para sahabat, orang yang dicintai dan sebagai ayah dari sang bayi berusia dua tahun.

Reon sengaja dipanggil melalui telepon rumah. Adora yang mengangkatnya, dan meminta mereka ke sini sekalian membawa Crescencia. Tentu saja ketiga serta sang anak bergegas ke villa satunya.

Di sinilah mereka berada. Setelah dipergoki oleh Samuel dan Cally, Jollie merasa disidang menanti hukuman mati. Jika tak ada Samuel, mungkin Cloudy bakal berdarah-darah tertimpa gelas kaca. Reon tak mampu membayangkan jika itu terjadi.

“Kenapa?” Kepala Reon terasa pening. Siapa tak menyangka, dalam satu hari Reon menemui dua orang yang mungkin berarti sekali bagi Cloudy. Sekarang merusak segalanya, hubungan kekerabatan ini. “Kenapa kamu melakukannya?!”

Tangan Jollie saling memilin. Gemetaran sekaligus geragapan.

Kesal, Cally melempar koran ke muka Jollie. “Kamu tuli?! Kakakku memintamu untuk menjawab?!” teriaknya.

Samuel menenangkan istrinya. Kesehatannya belum pulih. Keguguran dialami ditambah perbuatan sahabatnya bikin Samuel tak habis pikir. Siapa lagi bikin Samuel untuk menyalahkan akan kondisi ini?

Tarikan napas, lalu mengeluarkannya secara kasar. Jollie mengangkat kepala. “Menurut kalian apa?” tanya Jollie terus bertahan atas situasi menegangkan ini. “Bertahun-tahun aku menyukai Reon, tapi balasannya apa? Oceana merebut milikku.”

Jollie berdecak.

“Oceana yang malang.” Mata Jollie menerawang. “Dia menghilang bukan karena pergi sendiri. Aku melihatnya tepat jelas di mataku. Oceana dibawa lari oleh Azzorra, kakek senang berambisi itu.”

Bunyi pecahan memecahkan ketegangan itu. Marinka dan Acer menganga. Mereka menatap saling bergantian. Dada mereka jadi sesak bukan kepalang.

Mungkin Jollie tak mampu melarikan diri lagi. Jadi, sebaiknya menuturkan keresahan selama dua tahun beberapa bulan. Sekalian membeberkan kejahatan siapa yang paling menghancurkan.

“Oceana koma usai menyusui Cloudy.” Jollie kemudian menunduk. “Aku mendapat berita bahwa Azzorra menyelundupkan obat tidur ke infus Oceana. Kalian tahu?” Dia mendongak, menatap keempat orang itu dan dua orang di belakangnya. “Perusahaan Ayah Oceana bangkrut. Justru itu terbilang bagus. Aku ingin memasukkan diriku sebagai calon istrimu, Reon, tapi Azzorra menghinaku terang-terangan. Dia bilang aku tidak pantas bersanding denganmu karena statusku sebagai pelayan.”

Kepalan tangan ketiga bersaudara itu terkepal. Sudah berapa kali Azzorra ikut campur urusan percintaan mereka setelah kematian orang tua mereka.

“Berkat itu, Azzorra mengimbau Madam Marinka untuk segera menjodohkan dengan sepupu Oceana. Keluarga Veera terbilang sukses. Saking sibuknya, orang tua Veera memohon pada Madam Marinka untuk menemui Reon di peternakan ini. Sekalian perkenalan.”

Pundak Jollie terasa sakit karena remasan kasar dari Marinka disertai tatapan tajam. “Ada baiknya kamu menjelaskan, mengapa kamu ingin melenyapkan cucu saya bukan membicarakan calon mantan sahabat saya.”

Jollie menepis tangan itu, lalu menengadah. “Anda begitu angkuh, Madam. Aku hanya berusaha menjelaskan betapa liciknya Azzorra. Bukankah Azzorra juga menyembunyikan ibu kandung Gio?”

“Apa?!”

Samuel, Adora, dan Cally terkesiap. Sedangkan Reon sangat tahu perihal itu.

Membuang muka, Acer tak bisa meratapi ke mana istrinya pergi. Pria ini sudah tua. Memarahi Azzorra yang tak pernah menyadari kesalahan atas perbuatannya, itu sia-sia. Azzorra, orangnya kepala batu. Baik hati maupun isi otaknya.

Good Time ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang