[two] to [one]

6.9K 469 3
                                    

"Ain, Jio!"

Teriakan demi teriakan membuat kepala Gio pusing. Selama sehari, Gio disibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang benar-benar menguras tenaga. Kegiatan-kegiatan yang super sibuk atas perintah Reon.

Kepulangan Theressa mengakibatkan kelinglungan Gio. Kenapa bisa begitu? Itu dikarenakan Theressa mulai jatuh cinta dengan Gio sebelum wanita itu pamit pulang.

Peristiwa dua hari yang lalu, Theressa meyakinkan Gio bahwa dia akan datang lagi. Bukan untuk Reon, tetapi demi Gio yang senantiasa menolongnya.

Padahal Gio hanya membantu lewat titah sahabatnya, walau itu terpaksa. Bukan dari isi hati. Hati Gio masih bergelut pada pesona indah dari Adora Alfonso. Cinta pertamanya.

Untuk hari ini, selama Reon pergi, Gio mesti menjaga Cloudy. Menuruti kemauan Cloudy, dan tak membuatnya menangis apalagi menolak bantahan.

Sementara Acer mesti menyibukkan diri untuk kesehatan Cally yang agak mulai membaik. Mungkin ketidakhadiran Theressa menekan Cally untuk terus sembuh. Semenjak kemunculan Theressa akhir-akhir ini, Cally tak mampu beristirahat. Namun, kehadiran tamu tak asing bisa jadi memicu kewaspadaan bagi Cally.

Sedangkan Jollie harus membantu, dengan membersihkan tata ruang tamu yang nanti ditempati tamu tak disangka-sangka.

Sekarang ini, Gio menemani tuan muda kecilnya di sebuah halaman peternakan. Dari jarak ini, pandangan Gio bisa menempuh jarak di mana villa Alfonso yang lain terlihat dari sini.

"Jioo!" Teriakan Cloudy menyentak Gio ke dunia.

"Yes, Young Master," sahut Gio sembari menarik napas perlahan.

"Ain! Pay!"

"Play," ralat Gio, tersenyum.

Pipi Cloudy menggembung, tanda tak suka diserobok. Meski begitu, Cloudy hanya cengengesan berikutnya. Gio pun tak marah akan kecemberutan Cloudy, pria kecil kesayangannya.

"Yok!" Cloudy meraih tangan besar Gio, mengajaknya bermain di halaman peternakan. "Ain," katanya lagi.

Tak mendapat kesempatan untuk menolak, Gio pasrah ditarik Cloudy menuju perkampungan para hewan peliharaan bocah laki-laki itu.

Tidak apa-apa buat tuan muda kecilnya, ujar Gio dalam hati.

***

Sebelum Reon menuju bandara yang jarah tempuh mencapai 10 kilometer, pria itu mendapatkan pesan. Pesan itu mengatakan untuk tidak menjemput mereka di bandara sekaligus meminta Reon menunggu di halte dekat peternakan.

Tak ingin kekesalannya terulang lagi, karena sebuah permintaan dari sang tamu, Reon membawa adik perempuan. Tak lain tidak bukan adalah Adora.

Perempuan itu menampilkan gaya yang anggun. Layaknya seorang putri. Lembut ditambah baik hati. Meski masalahnya terus bermunculan secara mendadak, tetapi aura dimiliki Adora tak pernah lepas.

"Kenapa mereka lama sekali?" gerutu Reon sembari mengintip jam di pergelangan tangan kirinya. "Astaga, kita sudah menunggu di sini lebih dari satu setengah jam?"

Adora berjalan menghampiri Reon, mengelus pundaknya. "Sabar," katanya.

Reon menolehkan kepala, melihat Adora yang tersenyum menenangkan. Terutama raut wajah menunjukkan kepedihan mendalam, Reon langsung mendekap Adora.

"Apa semua baik-baik saja?" tanya Reon khawatir.

"Baik," sahut Adora sambil menganggukkan kepala.

"Dia datang?"

"Aku tidak tahu."

Reon mengurai pelukan, lalu menunduk. "Bagaimana bisa kamu bertahan sekuat ini? Aku pun tidak menerima laporan dari Thalia tentang rapuhnya kamu."

Good Time ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang