[Cloudy] to [Gio]

8.1K 300 22
                                    

Seorang pria menginjak halaman mansion di tengah derasnya hujan. Dibantu payung dari pria paruh baya, pria sedang menggendong sesuatu sungguh berterima kasih.

Saat masuk, pria itu menyerahkan digendongnya kepada sahabatnya. "Beri dia susu. Cari sampai dapat. Aku mesti kejar Oceana."

"Oceana?" Mata sahabatnya membulat. "Bukankah tadi pagi Oceana baik-baik saja?

"Ceritanya panjang." Pria itu meraih payung serta jaket anti air, dibawa seorang perempuan. "Thanks, Jollie."

"Nona Oceana tidak pulang, Tuan?" Jollie mengintip sesuatu di gendongan sahabat pria itu. "Ini bayi Tuan sama Nona?"

"Jangan bertanya, Jollie," kata pria itu gusar. "Jaga Cloudy selama aku pergi. Jika aku tidak menemukan istriku, mungkin aku tidak baik-baik saja."

Sahabatnya berdecak, sangat heran dengan tabiat pria itu serin mengada-ada. Namun, ketika mata sahabat pria tadi menangkap sepasang mata emas telah terbuka. Di situ sesosok pria ini langsung terenyuh.

"Gio, jaga Cloudy untukku."

***

Gio, sedang memasak untuk makan siang merasa terganggu dengan tepukan di bahu. Ditolehkan kepalanya, memandang seorang pria paruh baya dan seorang bayi menggemaskan.

"Yo, yo, yo."

Bayi berusia delapan bulan mengulurkan tangan ke arahnya. Gio mengulas senyum segaris.

"Maaf, Young Master. Saya masih kotor tangannya." Gio memerlihatkan kedua tangan terkena bau-bauan aroma dapur. Hal itu tak membuat bayi kecil merengek.

Ditatap pria paruh baya, Cloudy kecil menggerakkan bibirnya. "Baa, baa. Yaaa!"

Pria itu sungguh mengerti apa kemauan tuan kecil, melangkah pergi. Kedatangan dan kepergian dua pria terpaut usia sangat jauh bikin Gio menggelengkan kepala.

Entah sudah seberapa dekat Cloudy dengan Gio.

Berbulan-bulan, Gio mengganti segala keperluan Cloudy selama ayahnya pergi. Reon Alfonso.

Bersama Acer selaku ayahnya dan Jollie, sahabat Cally, Gio mendapatkan kehidupan mesti disyukuri. Hanya saja Gio merasa kepergian Oceana yang misterius, membuat Reon jarang pulang ke mansion.

***

"Sial, manusia laknat!"

"Tutup mulut Anda, Nyonya."

Gio berhasil mengejar Cloudy yang sedang menenangkan Marvell tampak menangis. Usia Cloudy beranjak satu tahun, sedangkan Marvell masuk satu setengah tahun.

"Kamu itu tidak punya tata krama, ya?! Apa ini hasil didikan dari ayahmu?!"

"Ini tidak ada hubungannya dengan ayah saya, Nyonya. Anda itu lebih baik mencontohkan perilaku sopan di depan anak-anak."

"Lancang sekali kamu!"

Cloudy tak tahan lagi tatkala Sherina membentak Gio. Dirogoh saku celananya, lalu meletakkan benda itu ke punggung kaki Sherina.

"Bawa anak---" Sherina menghentikan kata-kata lanjutan, karena merasakan sentuhan aneh di kakinya. Sentuhan menyerupai lemak dan lendir. Saat pandang menuju bawah, Sherina pasi. "Gyaaa! Kodok!"

Gio membelalak ketika satu kata itu keluar dari bibir Sherina. Dilihat seekor kodok menempel erat di kaki istri dari ayahnya Marvell. Pria itu menelan ludah.

"Jauhkan kodok itu dariku!"

Bulu kuduk Gio merinding. Di antara semua hewan, hanya satu hewan tak bisa Gio sentuh. Kodok dan katak. Dua-duanya masalah pasca trauma. Trauma masa kecil.

Good Time ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang