[one] to [four]

8.3K 569 4
                                    

Siang hari begitu terik walau awan putih berjejeran demi mengumpulkan teman, tetapi rasa panas menyengat menyentuh hati. Rerumpunan beraroma kering menghantarkan kegetiran saat memandang tumpukan tanah lembap.

Tangan mungil menggenggam bunga Melati, menaburkannya ke tanah coklat. Tidak ada setetes air mata, meski bibir mencebik sedih.

"Dah, Py. Miss you."

Ciuman jarak jauh dilantunkan. Lalu, hendak berbalik meninggalkan gundukan tanah yang tidak ada isinya. Namun, kekehan seseorang menghentikan kaki mungil bersepatu warna kuning. Bocah cilik itu mendongak. Bingung.

Mulut terbekap agar tidak menyemburkan tawa. Tidak baik tertawa di atas kesedihan orang lain. Mengusap cairan melekat di ujung mata, pria itu tersenyum tipis.

"Ayo pulang, Young Master." Gio menawarkan kedua tangan kepada Cloudy untuk digendong.

Karena memiliki sifat cengeng, nyaris terisak. Cloudy lebih telanjur berlari-tanpa peduli pijakannya-menuju villa Alfonso. Bukan diakibatkan dari terbunuhnya Arpy-kuda kesayangan Cloudy-demi kepentingan bersama melainkan Gio menohok telak kepolosannya.

Beriringan dengan suara tangisan Cloudy, Gio merasa bersalah. "Sial, pasti bos besar bakal memarahiku lagi."

***

Dibantu Jollie, Cally melangkah mendekati ruang tamu. Dadanya masih terasa sakit. Meski telah diobati oleh dokter pribadi dan ramuan herbal milik Acer, Cally semakin marah saat Reon memerintah pegawai peternakan untuk membunuh Arpy.

Dalam keadaan suntuk, Cally menemukan suasana canggung di ruang tamu yang sedikit berhadapan dengan ruang keluarga. Cally menangkap basah Theressa-tamu Reon alias kekasihnya-sedang menggelendot di samping Reon.

Cally berdeham. Tetapi, tidak ada reaksi dari keduanya. Geram, Cally berdeham lebih keras menimbulkan sakit di dada. Cally terbatuk, Jollie pun mengelus punggung demi mereda suara itu.

Tersadar, Theressa menoleh. "Hallo, Callila," katanya melambaikan tangan. "Bagaimana keadaanmu?"

"Justru aku bertanya, sedang apa kamu di sini?" sarkas Cally tidak suka basa-basi.

"Temani Reon." Theressa membenamkan kepala Reon di dada yang dibalut pakaian sangat tipis.

Jijik. Cally mengernyit tak suka. "Begitu, ya. Apa barusan tidak berlaku bagimu untuk segera minggat?"

"Aku mandi. Mengelap badanku agar terhindar dari kuman-kuman kuda itu. Dasar kuda sialan. Untung kuda itu mati."

Merasa dikuliti, Cally ingin mencincang tubuh Theressa. Memotongnya hingga lima bagian. Dan membuangnya ke hewan-hewan buas milik keponakan dari adiknya senang sekali berbuat iseng.

"Sabar, Callila." Jollie menenangkan sahabatnya. "Waktu aku bertanya ke Gio, Arpy menjadi tahanan di peternakan Miss Adora. Ada Young Lady yang merawatnya. Tidak usah khawatir."

Mendengar nama Adora dan keponakan cantiknya, sepertinya Cally ketinggalan berita. Sejak kapan saudara dan keponakannya tinggal di villa Alfonso yang lain?

Pertanyaan itu lebih baik disimpan dulu. Kepentingan Cally sekarang adalah membasmi hama supaya tak mencemari villa Alfonso dan peternakannya.

"Siapkan makan siang, Jollie. Aku dan Cloudy mungkin lapar," titah Cally dipatuhi Jollie yang sangat memahami pergolakan jiwa sahabatnya yang sibuk mencari senjata.

Jollie menuju dapur, tetapi terhentikan oleh suara Theressa memerintah. "Siapkan juga untukku dan Reon."

Menengok ke sofa bergantian menatap Cally yang setengah mati menahan amarah, Jollie hanya mengangguk pasrah. "Tunggu setengah jam lagi, Miss," kata Jollie kembali melanjutkan langkah.

Good Time ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang