[three] to [one]

3.3K 295 13
                                    

Pemandangan pagi menyeimbangkan perasaan Reon tatkala memikirkan istrinya. Saking tak kuat membayangkan, bagaimana pertemuan mereka yang terjadi sebentar lagi.

"Tidak semudah itu kamu bisa bersatu kembali."

Tuturan dari orang di belakangnya membuat Reon menoleh. Senyum miring dari Jelice menandakan ada yang terlupakan.

"Apa maksudmu?" tanya Reon tak paham.

"Dua tahun beberapa bulan, kamu ke mana selama itu? Bermain? Malas-malasan? Sibuk bekerja? Sehingga tidak mau mengurus Reon dan mencari kak Oceana?"

Kerutan kening tiga lapis meyakinkan Reon akan suatu kenyataan. Kenyataan yang tak bisa ditepis olehnya.

Bermain? Reon senang bermain wanita hingga melupakan Oceana dan anak semata wayangnya.

Malas-malasan? Akibat kemarahan terpendam, Reon selalu malas mencari tahu keberadaan Oceana.

Sibuk bekerja? Pekerjaan dari Azzorra bikin dia sibuk dan mengalihkan dari permasalahan dunianya. Gara-gara kesibukannya, Reon memohon pada Gio untuk menjaga Cloudy.

Pemandangan pagi dilihatnya tak lagi indah di mata. Aura suram menguar keluar dari tubuhnya. Muka ditekuk, merasa bersalah. Serta sinar tadinya berbinar bahagia berubah kelu.

Sebagai pelaku perusak suasana hati, Jelice hanya tergelak dalam hati. Ya, bagaimana pun itu, Jelice tak tega keponakannya mempunyai ayah tak bertanggung jawab. Maka dari itu, Jelice membeberkan masa lalu Reon tepat di mukanya.

"Sudah sadar?" Jelice meletakkan dagunya di pundak Reon. "Kalau memang sadar, yakinkan istrimu bahwa kamu bisa berubah."

"Apakah bisa?" desah Reon terasa putus asa.

Menjauh, Jelice mengedikkan bahu sembari angkat tangan. "Ya, tidak ada yang tahu kecuali mencobanya terlebih dahulu."

Reon menarik napas panjang, lalu mengembuskannya lesu.

Jelice ingin terbahak mengamati kelakuan saudaranya. Dulu, sebelum menikah dengan Oceana, tindakan Reon tak bisa ditolerir. Apa pun akan dilakukannya demi kepuasan diri.

Sampai menikah pun, tindak tanduk itu tak sedikitpun berubah. Ada saja perbuatan tak enak dilihat membuat Oceana melancarkan serangan. Butuh setahun atau lebih, Oceana memalingkan muka Reon dari dunia kelamnya. Usaha yang tak sia-sia sampai Oceana hamil, lalu melahirkan.

Sikap protektif ditambah posesifnya Reon, Oceana dilarang ke mana-mana. Kelembutan dimiliki Oceana mampu membungkam segalanya. Kesabaran Oceana pun berbuah manis.

Jelice sungguh takjub atas usaha Oceana yang telah berusaha semaksimal mungkin. Akan tetapi, masa-masa itu hilang dalam sekejap saat Oceana menghilang.

Si bungsu yakin ada konspirasi. Dan kemungkinan bukan dari pihak Acer, Gio, ataupun Jollie. Menyebut Jollie bikin kepala Jelice kian meradang. Mau apa Jollie bertindak seobsesi itu kepada Reon? Uangkah?

"Kalian sudah packing?" Gio melongo. "Young Master sedang menunggu kalian. Tinggal kalian berdua yang tersisa."

Reon menguap, Jelice memutar bola mata kesal. Bayangan terlintas di benak mereka, buyar seketika. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan di otak mereka.

"Aku mengantuk," keluh Reon sambil menarik tasnya, lemah.

"Katakan saja kalau kamu ingin aku mengangkat tasmu," tebak Gio langsung dihadiahkan terjangan benda mendarat di dadanya. Takut jatuh, Gio berusaha menyeimbangkan posisinya. "Seharusnya kamu meminta tolong sebelum mengejutkanku," dengkusnya jengkel.

"Kamu mengganggu, Gio," balas Reon melenggang melewati sahabatnya.

Gio berdecak. Kemudian melirik Jelice. "Kamar ini sudah rapi. Jadi, Anda tidak perlu menunggu."

Good Time ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang