Jual mahalnya gak usah sering-sering, kalo gue diambil orang, apa lo rela?
- Jai -
***
Jai berlarian dengan sangat tergesa-gesa, tak hayal sesekali ia menabrak seorang murid hingga murid itu tersungkur ke lantai. Jai membungkukkan badannya dan meminta maaf beberapa kali, setelah itu ia membantunya untuk berdiri, lalu melanjutkan pengejarannya. Apa lagi selain untuk mengejar Jinny yang sudah jauh di depan.
Dengan napas yang masih terengah-engah, Jai berusaha menarik tangan Jinny, dan dengan cepat Jinny menepisnya.
"Apaan sih?" ketus Jinny.
Jai tersenyum dan berdiri tegak, ia menatap Jinny lekat, lalu mendorongnya untuk melangkah maju.
"Jalan aja terus,"
Jinny mengerutkan keningnya, namun setelah itu ia lebih memilih tak acuh dan menatap lurus jalan di depannya.
"Sebentar sore, jalan yuk." Ajak Jai.
Jinny menoleh, ia menatap Jai sinis.
"Ogah!" tolaknya.
Jai terkekeh, rupanya Jinny telah kembali seperti ia yang dulu. Dalam hati Jai bersyukur, ia lebih memilih Jinny yang sering tak acuh padanya, dari pada Jinny yang perhatian namun hatinya telah dimiliki orang lain, sungguh ia tak rela. Egois memang, tapi apa mau dikata, hatinya selalu sakit saat melihat Jinny yang dulu sering bermesraan dengan Aldi.
Jai menggeleng pelan, kenapa juga ia harus memikirkan masa lalu yang buruk itu. Ia menatap lurus ke depan, namun seketika matanya membulat sempurna, kala mendapati seseorang yang menyunggingkan senyum ke arahnya dari depan sana. Jai berdecak sebal, lagi-lagi saat ia bersama dengan Jinny, nenek lampir itu selalu muncul. Ia tak paham, sebenarnya apa sih maunya Mawar itu? Sudah jelas ditolak mentah-mentah, tapi masih saja mengejar Jai.
Arrgghhh.
Jai mengacak rambutnya frustasi. Lalu ia segeran menarik tangan Jinny dan membawanya untuk berlari. Jinny yang tak siap akan tarikan Jai akhirnya hanya bisa pasrah.
Jai membawa Jinny berlari dan bersembunyi disebuah ruangan sempit yang terletak di samping ruang UKS. Suasana canggung menyelimuti keduanya. Dengan ruangan yang begitu sempit ini, terpaksa posisi mereka terpaut dekat, hanya beberapa senti yang tersisa agar Jai bisa menyentuh Jinny.
Jinny tepat berada di belakang pintu, dan di depannya ada Jai. Posisi ini membuat kerja jantungnya menjadi tak normal. Jinny menunduk, ia merasa kesulitan untuk bernapas.
Sementara Jai yang memperhatikan Jinny sejak tadi tersenyum penuh arti. Ide jahil, kembali hinggap di kepalanya. Ia berniat untuk menggoda Jinny.
"Jinn.." panggil Jai.
Dengan terpaksa Jinny mendongak, dan betapa terkejutnya ia saat wajah Jai yang tampak sangat dekat dengan wajahnya.
"M-mau apa lo?" tanya Jinny gugup. Ia semakin waspada karna Jai yang semakin mendekatkan wajahnya.
Jai menatap Jinny intens, pertanyaan dari Jinny tadi sengaja ia abaikan, saat ini pikirannya cuma dipenuhi dengan langkah selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jinjai Couple (Tamat)
Teen Fiction[Tamat] ________________________ "Dia wanitaku, dan dia adalah cinta pertamaku." Jinny salsabila givana, mengira hidupnya akan baik baik saja saat masuk SMA nanti, namun pemikirannya tentang kedamaian terhempas sangat jauh saat ia dipertemukan d...