bonus part

2.1K 116 4
                                    

Selama detakan itu masih ada, kau juga masih terukir di hati.

_________

Malam itu Jinny terlihat sangat gelisah, pasalnya sedari tadi Jai tak menelponnya. Sudah 5 tahun sejak mereka pacaran, dan waktu kelulusan mereka mengambil tempat kuliah yang berbeda, Jinny di UI dan Jai lebih memilih ke luar negri. Jai mengatakan biar nanti dia bisa merasakan rindu dan cemburu, karna itu pertanda ia masih sangat cinta.

Dan sekarang, seharusnya Jai sudah sampai di Indonesia, tepatnya sudah se-jam lalu. Tapi sampai saat ini, tidak ada telpon masuk dari Jai. Jinny menunggu dengan gelisah, ia terlihat sangat khawatir.

Kring.. kring...

Dengan segera Jinny melihat ke layar ponselnya, berharap itu panggilan dari Jai, dan benar saja. Tapi, apa yang dikatakan orang lewat telpon itu membuat Jinny gemetar.

"Halo.."

"Apa betul ini dengan mbak Jinny?"

"Iya, betul. Ini kenapa ponsel pacar saya ada di mbak ya?"

"Maaf mbak, pemilik ponsel ini mengalami kecelakaan saat hendak memanggil sebuah taksi dan sekarang dia masih berada di ruang UGD."

Jinny merasa kakinya menjadi sangat lemas, air mata sudah bercucuran di pipinya. Tara yang sedari tadi memdengar berusaha untuk menenangkan Jinny.

"Di rumah sakit mana mbak?"

Setelah mendapatkan jawabannya, Jinny segera mengambil kunci mobilnya. Namun saat hendak keluar dari rumah, tangannya di cekal.

"Lepasin bang, Jinny mau liat keadaan Jai." Rontak Jinny pada Tara.

"Biar abang yang nyetir."

Tara tau, saat ini Jinny sangat kacau. Ia tak mau adiknya itu kenapa-kenapa di jalan. Jadi lebih baik dia yang menyetir daripada harus membiarkan adiknya itu sendirian.

Tara segera masuk ke mobil diikuti dengan Jinny. Dan sesegera mungkin Tara melajukan mobilnya.

"Rumah sakit mana?"

Jinny memberitahi abangnya itu dimana saat ini Jai dirawat. Sambil menggigit kuku jarinya Jinny terus mendesah dan melihat ke depan.

"Loh abang, ini bujan jalan menuju rumah sakit."

"Abang tau, noh liat, bensinnya mau habis. Kita isi bensin dulu."

Jinny kembali memdesah, kali ini sangay kencang, sampai Tara menoleh padanya.

"Jinny naik taksi aja deh." 

"Jangan, abang gak mau kamu kenapa-kenapa, ini udah malem."

"Tapi.."

"Gak ada tapi-tapian, kamu tetep duduk yang tenang. Abang yakin Jai gak kenapa-kenapa."

Jinny akhirnya pasrah, dan berusaha untuk tenang seperti perintah abangnya itu. Tapi, ia kembali berpikir, bagaimana jika Jai terluka parah dan tak bisa di selamatkan?

Jinny mengacak rambutnya frustasi, yang ia mau bukan akhir yang seperti ini, yang ia mau mereka sehat-sehat saja sampai menikah, punya anak, dan sampai tua kelak.

Jinjai Couple (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang