31. diari misterius

1.6K 116 10
                                    

Kalau memang cinta, katakan saja, kenapa harus takut? kenapa harus malu?

***

Sudah dua minggu sejak Jinny terbaring lemah di rumah sakit, dan kini ia bisa bersekolah seperti biasanya. Jinny menatap gerbang sekolahnya lekat, ia merindukam sekolahnya ini.

Jinny melangkah memasuki sekolahnya, ia menoleh pada Pak Ujang yang sedang asyik meminum kopinya.

"Pagi, pak Ujang." Sapanya.

Pak Ujang menoleh lalu ia tersenyum hangat pada Jinny.

"Eh, ada neng geulis, udah sembuh neng?"

Jinny mengangguk menanggapi pertanyaan pak Ujang, setelah itu ia pamit menuju kelasnya.

"JINNNNNNYYY!!!" teriak Sasya, heboh, ia segera berlari dan berhambur ke pelukan sahabatnya itu.

"Gue kangen sama lo."

Jinny berdecih. "Alay lo, baru aja tadi malam dari rumah gue."

"Hehehe," Sasya terkekeh pelan, lalu menarik tangan Jinny untuk duduk di sampingnya.

Tak lama kemudian Jai datang dari balik pintu. Jinny mendongak, tatapan mereka pun bertemu, Jai menatap Jinny lekat, seakan mengunci mata itu untuk tak menatap siapapun. Jai tersenyum hangat, Jinny pun membalasnya.

Plak..

"Masuk woy, adegan tatap-tatapan melulu." Angga yang baru masuk ke kelas langsung memukul tengkuk Jai. Otomatis tatapan mereka terputus, dan Jinny segera menghadap ke depan, saat ini mungkin pipinya sudah memerah, jantungnya juga tak henti-hentinya berdetak dengan cepat.

Sedangkan Jai hanya meringis lalu beranjak ke tempat duduknya. sesekali ia mencuri- curi pandang terhadap Jinny, begitu pula sebaliknya. Jinny yang entah kerasukan setan apa, juga melakukan hal sama seperti Jai. Tak hayal sesekali mata mereka saling bertemu.

Sedangkan para sahabatnya menatap mereka jengah.

"Udah, jadian aja." Celetuk Dio.

Jinny segera memalingkan muka dan membenamkannya di meja. Kali ini mungkin pipinya sudah semerah tomat.

"Tunggu waktu yang pas," ucap Jai.

"Waktu yang pasnya itu kapan? Keburu di ambil orang lagi," sindir Angga.

Jai tersentak, apa yang dikatakan Angga ada benarnya juga. Tapi dia terlalu takut untuk mengungkapkan isi hatinya, ia takut Jinny akan menolaknya. Tapi..

"Jadi laki-laki itu yang gentle, gak usah takut-takut. Gue aja udah jadian." Ucap Angga.

"Uhukk uhukk..."

"Sya, sya.. lo kenapa woy?" tanya Jinny yang langsung menoleh pada Sasya ketika ia terbatuk-batuk.

"Keselek gajah." Ucap Sasya asal. Otomatis seluruh penghuni kelas tertawa terbahak-bahak.

Jinny mulai berpikir dengan sikap aneh Sasya selama ini, ada seseuatu yang mencurigakan, pasti Sasya menyembunyikan hal penting dari Jinny.

"Lo lagi jatuh cinta ya, Sya?" tanya Jinny, kali ini cukup keras hingga semua orang mengalihkan pandangannya pada Sasya.

"Uhukk uhukkk..."

Jinny dan semua teman kelasnya menoleh, kali ini bukan lagi Sasya yang terbatuk, namun Angga.

"Lo jadian sama Angga?!" tanya seluruh penghuni kelas.

Sasya yang ditanya hanya terdiam, iya memasang ekspresi datar, perlahan ia melirik Angga, dan sejurus kemudian ia mengangguk malu-malu.

Jinjai Couple (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang