Prolog

2.9K 100 0
                                    

"Selamat datang di rumah baru Gregory Kristian dan Maruella Sachi! Akhirnya, setelah susah payah cari rumah yang cocok untuk kami, kami menemukan rumah di..."

"Ge, jangan alay! Sini bantu aku susun barang!" teriak Sachi dari arah kamar. Gregory meringis pelan dan membuat tanda "peace" ke kamera.

"Ibu Negara mulai marah. Padahal, dia yang punya ide untuk merekam seluruh kegiatan kami. Untuk membuat kenangan, karena kenangan....."

"Tapi ga sekarang juga Ge, bantu aku dulu!" teriak Sachi lagi. Ingin menjahili Sachi, Gregory pun datang ke kamar dan merekam Sachi yang sedang sibuk memindahkan baju-baju mereka ke dalam lemari.

"Ini dia, Maruella Sachi. Mungil memang, tapi jangan mau tertipu badan mungilnya. Sachi itu perempuan sadis yang.. AW!"

Omongan Gregory terhenti dan kamera bergoyang saat Sachi menghampiri Gregory dan mencubit tangannya kuat-kuat. Camera recorder yang sedari tadi dipegangnya akhirnya ditaruh di nakas samping tempat tidur dalam keadaan masih merekam. Ah, camera recorder itu dibeli mereka 5 tahun lalu atas ide Sachi. Sachi suka mengabadikan kenangan melalui gambar dan video. Agar tidak lupa, katanya. Di dalam camera recorder itu, terdapat jutaan kenangan antar mereka berdua. Dimulai dari persahabatan, kemudian saat cinta mulai tumbuh, saat mereka mengikrarkan janji pernikahan, dan hingga saat ini.

"Kok tega sih kamu," gerutu Gregory seraya mengusap tangan yang tadi dicubit Sachi.

"Abis kamu ngeselin," balas Sachi kesal. Tampaknya Sachi tidak tau camera recorder itu masih berjalan.

"Tapi sayang kan?" kata Gregory jahil, seraya menaikkan sebelah alisnya dan merangkul Sachi.

"Unfortunately, terlanjur cinta," kata Sachi berusaha jutek. Gregory tertawa dan mencium seluruh wajah Sachi. Sachi memberontak, namun tak bisa menolak juga saat bibirnya dikulum pelan oleh Gregory.

Tawa keduanya berhenti. Selalu seperti ini. Magis. Ketika bibir keduanya menyatu, mereka seolah lupa segala hal. Meski sudah 6 tahun bersama, jantung keduanya selalu berdetak kencang setiap tubuh mereka berdekatan.

Gregory melepas ciumannya saat merasa Sachi mulai kehabisan nafas. Keduanya terengah, saling memandang dengan tatapan yang teman-temannya bilang membuat seluruh jagat raya iri akan keduanya.

"I love you," bisik Gregory.

"Forever?" tanya Sachi. Gregory mengangguk yakin.

"Forever."

Kemudian keduanya kembali berciuman. Mengabaikan camera recorder bekerja menyimpan momen yang akan segera menjadi kenangan. Mengabaikan peringatan bahwa tidak ada cinta yang abadi. Tidak ada kata selamanya dalam cinta.

Well, mungkin cinta tidak untuk selamanya. Tapi kenangan, akan ada untuk selamanya.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang