Kenangan Keenam

562 45 13
                                    

Tetapi akan ada saatnya kamu melepaskan bukan karena kamu menyerah. Juga bukan karena kamu berhenti mencintai. Melainkan kamu tidak memiliki pilihan lain selain melepaskan untuk membuatnya bahagia.

2012

Ge: Aku ga sabar liat kamu, Sa

Hati Sachi berdetak lebih kencang saat membuka pesan dari Ge. Seminggu. Tepat seminggu sudah dirinya tidak bertemu dan tidak berkomunikasi dengan Ge. Bukan keinginan keduanya, tentu. Namun Meiske mati-matian menerapkan budaya pingit sebelum pernikahan mereka.

Sachi teringat malam-malam sendiri yang dihabiskannya untuk merindukan Ge. Tidak jarang Sachi menangis karena tidak bisa menahan rindu yang menggila, juga pikiran-pikiran aneh yang mengganggu. Ge sedang berbuat apa, apakah Ge sedang bersama perempuan lain? Sudahkah pria itu makan? Tidur? Ge terkadang terlalu cuek pada kesehatannya sendiri. Terakhir, apa pria itu merindukannya sebesar Sachi merindukannya?

Sachi: Aku pikir ponselmu disita.

Balas Sachi pada akhirnya. Sachi memang cenderung malu mengekspresikan rasa cintanya seperti Ge, hingga terkadang Sachi terkesan cuek. Namun Sachi yakin, Ge tau Sachi mencintainya sebesar pria itu mencintai Sachi.

Ah, selama masa pingit, Meiske selalu menerornya untuk tidak berkomunikasi dengan Ge dalam bentuk apapun. Sachi menurut, tidak bisa melawan Meiske. Sachi bahkan curiga Meiske menyita ponsel Ge karena biasanya Ge tidak tahan berpisah dengannya.

Ge: Dear God, kamu mengenal calon mertuamu dengan baik

Ge: Sa, I miss you.

Oh, tidakkah pria itu tau bahwa Sachi hampir mati menahan rindu?

Alih-alih membalas pesan itu, Sachi mengamati dirinya dari kaca. Seumur hidupnya, baru kali ini Sachi merasa begitu cantik, begitu menawan. Dengan gaun sederhana bermodelkan Sabrina yang melekat indah pada tubuhnya, juga riasan yang tidak terlalu tebal. Gaunnya sangat menggambarkan Sachi. Tidak heboh mengembang mekar, tidak terlalu panjang hingga menyapu lantai. Sachi teringat Meiske menggerutu saat Sachi memilih gaun sederhana, namun mengalah juga karena Ge bersikeras menyukai gaun pilihan Sachi. Pesta pernikahan mereka memang dilaksanakan cukup besar karena Robert memiliki banyak relasi. Sachi tidak bisa melawan, meskipun Sachi sendiri tidak menggunakan penuh jatah undangannya. Siapa lagi yang bisa Sachi undang? Sachi hanya punya Kitaro sebagai keluarga dan Selly sebagai sahabat. Ditambah beberapa teman kuliah dan dosen yang memang cukup dekat dengannya, undangan yang Sachi sebar dari pihaknya tidak mencapai 50. Sachi tidak tau siapa 950 orang lain yang diundang oleh Meiske, dan tidak mau tau.

"Sa, mama masuk ya?" suara Meiske membuyarkan Sachi dari lamunannya. Sachi bahkan tidak sadar pintunya telah dibuka. Sachi memang baru saja selesai dirias dan ditinggalkan sendiri di ruangannya hingga pemberkatan dimulai kurang lebih satu 30 menit lagi.

"Eh, iya ma, silahkan." Sachi mulai membiasakan diri memanggil Meiske dengan sebutan mama sejak mereka bertunangan.

Meiske memandang Sachi lembut, kemudian mengusap bahu Sachi.

"Cantik, Sa," kata Meiske dengan mata berkaca-kaca. Sachi tersenyum dan mengecup pipi Meiske sayang.

"Terima kasih, Ma. Mama juga cantik."

Meiske tidak menjawab. Meiske sibuk memperhatikan penampilan Sachi dari bawah hingga atas, dan merapikan beberapa hal yang mungkin tidak sesuai dengan selera Meiske.

"Ga kerasa ya, udah bertahun-tahun sejak kamu sama Ge. Tiba-tiba sekarang kalian sudah mau menikah saja," kata Meiske seraya mengusap air mata yang mulai turun. Sachi mengusap Meiske, berusaha menenangkan Meiske.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang