Kenangan Kelima

574 39 12
                                    

Jangan rindu. Berat. Kamu ga akan kuat. Biar aku saja.

- Dilan to Milea, Bandung, 1990

2011

Ge: Aku ga sabar lihat kamu dandan dan pakai kebaya

Ge: Jangan sampe aku serang kamu depan semua dosen dan teman kamu, Sa.

Ge: Jadi, jangan terlalu cantik ya.

Sachi mendengus begitu mendapat pesan dari Ge. Sachi telah selesai dirias oleh MUA pilihan Kitaro, pamannya, ketika dirinya membaca pesan dari Ge.

Ah, waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa, hari ini merupakan hari kelulusan Sachi sebagai sarjana komunikasi. 4 tahun lalu, Ge membantunya menemukan jurusan yang paling tepat untuk Sachi, dan pilihan Sachi jatuh pada Ilmu Komunikasi di Universitas Pelita Harapan. Ge, seperti keinginan awalnya, masuk Fakultas Kedokteran di kampus yang sama.

Di jurusannya, Sachi ditantang untuk berani bicara di depan umum. Sachi pun mau tidak mau keluar dari zona nyamannya, membuang sedikit demi sedikit rasa takut dan malunya, dan Ge menyukai perubahan Sachi tersebut.

Me: Tenang aja. Aku mana cantik.

Sachi tersenyum pada Kitaro yang meminta Sachi segera memasuki mobilnya.

"Kamu bisa terlambat," kata Kitaro.

"Om sih, paksa aku make up dulu."

"Ini kelulusan kamu loh, Sa. Sekali seumur hidup. Ga ada salahnya kan dandan."

"Om juga ngomong gitu pas kelulusan SMA," gerutu Sachi. Kitaro hanya tertawa.

"Kamu udah besar, Sa, sekarang. Bukan anak kecil lagi. Waktu jalan cepet banget ya," kenang Kitaro. Sachi merasakan keinginan kuat untuk menangis dan memeluk Kitaro. Sachi merasa beruntung memiliki Kitaro sebagai paman disaat kedua orangtuanya meninggalkan Sachi. Kitaro menyayangi Sachi seperti kedua orangtua Sachi menyayanginya dulu.

"Iya dong Om, udah besar. Mau bikin om bangga. Ga repotin om terus kaya anak kecil," balas Sachi.

"Omong kosong. Kamu tidak pernah membuat repot. Orangtua kamu pasti bangga, Sa, liat kamu sekarang." Kitaro tersenyum tulus pada Sachi, dan Sachi membalas senyumnya sama tulusnya.

Ge: Lucu

Ge: Aku tergila-gila setiap lihat kamu

Ge: Masih ngaku ga cantik

Ge: Sa, sepertinya aku sedikit terlambat. Jalanan macet

Sachi mendengus membaca balasan Ge. Gombal, pikirnya.

Me: Ya sudah, gapapa. Kamu jangan pegang ponsel sambil nyetir, Ge, udah sering aku bilangin juga. Hati-hati di jalan ya, ga perlu ngebut.

Sachi kemudian menyimpan ponselnya saat kampusnya sudah di depan mata. Suasana kampus sudah ramai. Perempuan dengan kebaya sepertinya berlalu lalang dimana-mana, sementara pria mengenakan kemeja batik dengan celana bahan panjang. Stand-stand yang menjual bunga serta barang kelulusan lainnya pun sudah berjajar di pinggir auditorium.

"Sa!!"

Sachi menoleh saat suara cempreng yang sangat dikenalinya memanggilnya. Ah, Selly. Beruntungnya, jadwal wisuda mereka sama, yaitu hari ini. Padahal Selly mengambil jurusan Akuntansi, dan jadwal wisuda dibagi per beberapa jurusan agar tidak terlalu ramai. Percayalah, sekitar 3000 orang lulus dalam hari yang sama, tidak dapat dibayangkan.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang